Hati Vim nelangsa. Ia sedari tadi berada di situ menikmati cerahnya malam tak menyangka Laras akan hadir di kolam renang juga. Vim ingin meninggalkan tempat duduknya tetapi separuh hatinya menahan tetap diam di tempat.
Menunggu apa yang Vano dan Laras lakukan selanjutnya. Laras duduk di pinggir kolam renang dengan kaki menjuntai.
"Jika kau tidak mau turun, aku akan menarikmu." Ujar Vano mendesak Laras agar mau berenang
"Jangan. Aku malas basah malam-malam."
"Tapi kakimu sudah basah. Sekalian saja berenang."
Vano memercikkan air ke arah Laras. Laras menjerit.
"Turunlah."
Kali ini tangan Laras ditarik oleh Vano hingga Laras merosot ke dalam kolam. Vano dengan cepat mengangkat tubuh Laras yang terjun bebas ke dalam air. Seketika Laras mengusap wajah
nya berulangkali.
Jika mereka berdua sedang bahagia, tidak dengan Vim. Vim merasakan ada yang menyayat hatinya melihat keintiman mereka. Daripada menambah sakit hati, Vim beranjak meninggalkan bangku yang ia duduki sejak tadi.
Menutup pintu kamarnya yang menghadap ke kolam renang
dengan gorden dan meraih kunci. Dalam hitungan menit mobil Vim sudah menderu meninggalkan bagasi rumah.
Udara malam tidak terasa menyejukkan bagi hati Vim yang sedang terbakar cemburu. Vim sekuat tenaga berusaha menghilangkan setiap rasa yang hadir saat berdekatan atau melihat Laras, tetapi tetap tidak berhasil. Rasa itu terus ada bahkan tumbuh subur di hati Vim hingga Vim memutuskan untuk menjauhi Laras. Vim harus pergi dan memulai usaha sendiri agar bisa jauh dari Laras. Untuk itulah Vim berencana menyusul Vadli.
Sementara Laras dan Vano masih di tempat semula. Dinginnya air menjadikan perut Laras lapar minta diisi makanan. Laras me-
nepi menuju tangga kolam.
"Aku sudah terasa lapar. Dinginnya air membuatku lapar lagi."
"Makan saja lagi. Minta tolong bibik antar ke sini."
"Nanti saja. Pakaianku sudah kering aku bisa mengambilnya sendiri."
"Bagaimana dengan sketsaku. Sudah selesai?"
"Belum. Sedikit lagi akan selesai. Aku kehabisan tinta."
Sebenarnya yang Laras butuhkan adalah tinta biasa yang mudah didapatkan, namun Laras belum sempat membeli tinta itu.
"Aku bisa mengantarkan membeli tinta itu. Kau mau?"
Vano menawarkan diri dan Laras tidak menolak.
"Boleh. Aku ganti baju dulu ya."
"Ya kita ganti baju dulu. Kau di kamarmu dan aku di kamarku."
"Tentu..haahaaa."
Laras mengakhiri percakapan sebelum mereka berpisah masuk ke dalam kamar masing-masing.
Lima belas menit kemudian Vano telah menunggu Laras di mobil
nya.
"Lama menunggu ya. Maafkan aku."
"Tidak lama. Boleh jalan sekarang?"
"Boleh."
"Sebelum membeli pena kita makan dulu ya."
"Mas bawa uang?"
"Bawa dong. Perlu kutunjukkan dompetku yang tebal?" Ujar Vano menyombongkan diri.
"Ehm..Iya uang pemberian mami. Mas kan belum gajian."
"Iya sih tapi mami berbaik hati memberiku uang jajan sampai akhir bulan."
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, berhenti di sebuah tempat jajanan makanan. Mereka singgah di sebuah mini market membeli tinta yang dibutuhkan dan kertas untuk membuat sketsa, tidak lupa sedikit jajanan untuk Laras. Waktu sudah hampir jam sembilan malam. Sebuah panggilan ponsel menghentikan langkah Vano yang hampir melewati pintu.
Laras ikut berhenti menunggu Vano berbicara dengan penelpon.
Setelahnya Vano berbicara pada Laras.
"Laras dengarkan, aku harus melihat temanku yang baru masuk unit gawat darurat, ada yang perlu kuurus. Kau tunggu di sini sampai Pak Uun sopir mami datang menjemput. Mengerti Laras?"
"Ya aku mengerti tapi..lamakah Pak Uun tiba?"
"Tidak lama. Kau tunggu ya. Aku akan menelpon Pak Uun. Jangan kemana-mana." Pesan Vano lagi.
Laras mengangguk mengiyakan dan seorang diri menunggu pak sopir datang menjemput. Menunggu di antara para pembeli lain yang hilir mudik masuk keluar mini market. Setengah jam berlalu ketika Laras melirik jam tangan.
Laras mulai bosan dan gelisah. Dia mencoba menghubungi Vano tapi tidak diangkat. Untuk menghubungi Vim, Laras merasa takut. Nomor Pak sopir tidak pernah Laras simpan.
Menunggu sambil berdoa agar pak sopir segera kelihatan di depan Laras. Menunggu terasa membosankan bagi Laras. Laras memalingkan wajah ke kanan saat namanya disebut oleh sebuah suara. Tidak terlalu susah menemukan sumber suara karena pemiliknya ada di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan tidak jauh dari Laras.
Ternyata suara itu adalah milik Edo, sahabat Vim. Laras merasa senang dengan datangnya Edo. Ia bisa meminta Edo mengantarkan kembali ke rumah. Edo tampak turun dari mobil menghampiri Laras.
"Kamu sama siapa? Kenapa di sini?"
"Aku tadi bersama Vano membeli ini." Laras menunjukkan bawaannya.
"Mana Vano, mengapa kau sendirian?"
"Aku menunggu pak Uun datang. Vano harus bertemu temannya tadi."
"Jadi kau sendirian??"
"Ya tapi nanti Pak Uun datang menjemput."
"Sudah lama ya. Kelihatan kau gelisah sekali."
"Lumayan mas."
"Begini, ikut aku saja nanti kuantar pulang."
"Tapi nanti Pak Uun akan mencari."
"Kalau Pak Uun tidak datang bagaimana?"
"Ehm..aku tidak tahu."
"Makanya ikut aku dulu. Aku mengantarkan barang kawanku sebentar, setelah itu aku antar kau pulang ya."
Laras berpikir sebentar tapi kemudian ia setuju dengan ajakan Edo. Edo memandang Laras. Andai saja Vim mengetahui Laras berdiri di tempat itu seorang diri, Edo percaya Vim pasti marah.
"Jangan takut aku tidak akan berbuat jahat padamu. Masuklah."
Pintu mobil dibuka oleh Edo. Laras duduk di sebelah Edo dan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Saling diam selama di perjalanan. Berhubung Laras baru dua kali ini berjumpa dengan Edo sehingga ia masih
merasa canggung.
"Kita sudah sampai. Kau ikut masuk ya. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian di sini . Bisa panjang urusanku dengan Vim kalau terjadi seauatu."
Di depan tempat itu kelihatan tidak ramai. Sebuah klub malam yang tidak terlalu mewah dan besar. Eksteriornya apik yang membuatnya tampak menarik.
Siapa sangka di dalamnya penuh gemerlap dan lumayan ramai pengunjung.
Edo mencari-cari sahabatnya si Dion. Jam tangan di dalam kotak yang dibawa Edo sudah dinantikan Dion sejak minggu lalu.
Mereka janjian bertemu di club itu.
Laras mengekori Edo sedari tadi. Suasana nya begitu asing buat Laras. Untuk pertama kali Laras masuk ke tempat seperti itu.
"Di belum puas kau dengan Tira. Sebentar lagi kalian menikah."
Edo menegur Dion hand sedang berbicara dengan seorang wanita.
"Jangan prasangka dulu. Dia menanyakan Vim."
Dion mengarahkan matanya ke seorang wanita dua puluh lima tahun yang tadi berbicang dengan
Dion.
"Oh Vim ada di sini? Mana dia?"
"Ke toilet. Hei ini siapa?" Tanya Dion.
"Dia Laras adik Vim. Kalian belum pernah bertemu ya."
"Benar. Nah itu Vim datang."
Edo dan Laras bersamaan menoleh ke belakang. Edo membalikkan badannya akan menyambut Vim.
Buuuuggg
Di luar dugaan Vim meninju perut Edo tiba-tib dan Edo sama sekali tidak menyangka akan men-
dapatkan pukulan mendadak.
"Vim! Apa-apaan kau!" Teriak Edo.
Buuuuggg
"Vim! Vim! Kendalikan emosimu!!"
Kali ini Dion turun tangan menangani Vim. Mengapit perut
Vim dengan kedua tangannya.
Laras menjerit. Beberapa orang di samping mereka menjauh. Dion berusaha menahan Vim agar tidak menyerang Edo lagi tapi Vim yang terbawa emosi mencoba berontak ingin membantai sahabatnya sendiri.
"Mengapa kau mengajaknya kemari?!"
Vim bertanya dengan penuh amarah mendapati Laras berada di tempat itu bersama sahabat
nya. Sebenarnya ada hubungan apa Laras dan Vim. Buat Vim Laras terlalu lugu untuk diajak ke tempat itu selain dengan dirinya. Jika Laras berada di situ haruslah bersama Vim. Vim yang akan
menjaga Laras.
"Aku akan mengantarnya pulang tapi nanti setelah memberikan ini pada Dion."
"Berikan saja sendiri. Mengapa kau bawa Laras?"
"Kau tanya saja Laras kenapa ia di depan minimarket tanpa pengawalan."
Edo mengusap hidungnya dengan punggung tangan. Kotak yang di- bawa tadi diserahkan kepada Dion
pemilik jam tangan bermerk itu.
"Masih untung Laras bertemu denganku hhhhh!"
Dengan wajah kesal Edo pergi meninggalkan sahabatnya.
Vim menggandeng tangan Laras mengajak Laras pulang diikuti oleh Dion.
Laras diam seribu bahasa begitupun dengan Vim. Tidak ada yang ingin memulai memecah keheningan di antara mereka.
Hingga sampai di rumah, Laras turun dari mobil dan langsung menuju kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
TK
lanjutkan
2021-11-06
1
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
like
2021-11-03
1
Jo Doang
udha masuk fav.. aku mendukungmu
2021-10-31
2