Hadirin ramai bertepuk tangan menyaksikan acara demi acara lamaran Ben dan Iva yang sangat meriah. Dekorasi bunga berwarna warni di seluruh ruangan terlihat syahdu tertimpa cahaya lampu-lampu pesta.
Tua muda menjadi satu berbahagia bersama merayakan bersatunya dua anak manusia dalam sebuah judul "PERTUNANGAN".
Ada mata-mata yang menatap Iva dengan iri karena telah resmi menjadi tunangan Ben. Banyak pula mata-mata yang menatap Ben dengan nakal seolah mengajak pemuda itu untuk pergi meninggalkan acara dan semua tanggung jawabnya.
"Ada apa sih Kristin itu ngelirik kamu terus? Genit amat jadi perempuan. Kamu juga, harusnya kamu hargai sedikit orang tua kita. Jangan main mata sama perempuan lain," protes Iva jengkel pada Ben.
"Eeeeh.. suka-suka aku mau main mata sama siapa aja. Salahmu sendiri kenapa mau dijodohin sama aku? Udah tahu aku ini kalau ada makhluk cantik, mana bisa diem aja??" jawab Ben cuek dengan pandangan sinis dan merendahkan.
"Ih...! Asal kamu tahu ya, aku tidak akan pernah mau dijodohin sama kamu! Aku ini terpaksa!! Terpaksa!" Mata Iva berkaca-kaca menahan emosi. Bayangan Aarav kembali melintas. Bahkan matanya kerap mencari wajah Aarav diantara tamu undangan meski ia tahu bahwa ia tidak akan pernah menemukannya.
"Senyuuum laaaaah kalian berdua! Jangan ribut diatas panggung begini!" potong Bu Dian menengahi pertengkaran kecil Ben dan Iva.
Cekrik..!! Cekrik..!! Cekrik..!!
"Sesi foto selesai sudah, dan keluarga dipersilahkan menuruni panggung," ucap MC kepada mereka yang berada diatas panggung.
Iva menuruni panggung dengan tergesa-gesa karena sudah tidak tahan berdampingan dengan Ben. Baginya lelaki macam Ben sangat tidak ada nilainya.
Meski nilai hartanya selangit, tetapi nilai moralnya tidak lebih tinggi dari seonggok pohon kaktus.
"Aduh!" Iva spontan mengaduh saat kakinya tersangkut karpet dan hampir jatuh.
Ben yang ada di depannya menoleh dan dengan gerak reflek memakai kedua tangannya untuk menahan tubuh Iva.
Mata mereka bertatapan. Wajah mereka menjadi sangat dekat. Satu centi lebih dekat lagi maka bibir mereka akan bersentuhan.
Selama beberapa detik keduanya terpaku. Mendapati wajah mempesona di depan mata masing-masing.
"Iva sayang, kamu tidak apa-apa nak?" Bu Lelly tergopoh mendatangi putrinya.
Iva dan Ben terhenyak. Sama-sama merasa aneh dengan kejadian barusan. Keduanyan berbarengan memalingkan wajah dari satu sama lain.
"Iva baik-baik aja Bu.. Cuma tadi hampir jatuh. Itu saja," tutur Iva menenangkan ibundanya.
"Untung ada saya, Tante," celoteh Ben tersenyum nakal.
"Ya baguslah Ben. Kamu sudah mulai memikirkan orang lain selain dirimu sendiri," canda Pak Henry menepuk bahu anak lelakinya.
Iva tersenyum puas melihat candaan calon ayah mertuanya kepada Ben. Sebuah canda yang sangat menohok.
Ben yang mendapati Iva tersenyum puas, menjadi emosi. Tanpa pikir panjang ia berjalan menuju Kristin. Dengan sekejap kini mereka berdua telah melantai di dance floor diiringi hentakan lagu pengiring pesta.
Sontak perilaku Ben menjadi sorotan para hadirin tamu undangan. Didepan tunangannya sendiri, Ben berani asik berdansa dengan gadis lain. Hal ini seolah menunjukkan bahw Ben masihlah Ben yang dulu.
Dan Kristin, gadis pendulang kesempatan, entah apa yang ia pikirkan? Berani-beraninya membuat kegaduhan di acara keluarga terhormat Pak Henry?
Iva hanya bisa menatap nanar dari pinggir lantai dansa. Menyesali, menangisi dalam hati mengapa harus lelaki seperti Ben yang menjadi tunangannya. Ia tahu Ben sengaja melakukan ini semua untuk menyakiti hatinya.
Pak Henry memerintahkan Bryan, sepupu Ben, untuk membisikkan sesuatu kepada MC.
Bryan berjalan cepat mendatangi MC dan membisikan sesuatu. Dengan cekatan MC mendekati DJ, dan mendadak lagu disco tadi segera berhenti dan berganti dengan lagu yang sangat pelan.
"Bapak ibu para tamu sekalian, marilah kita saksikan dansa pertama Ben dan Iva yang baru saja bertunangan. Sesuai judul lagu yaitu Perfect by Ed Sheeran. Mari kita doakan mereka akan menjadi sempurna untuk satu sama lain."
Riuh tepuk tangan undangan sama riuh nya dengan isi dada Iva. Ia tidak mau berdekatan apalagi harus berdansa dengan Ben. Baginya hal itu sama saja mengkhianati janji kasih sucinya dengan Aarav.
Iva terbuyar dari lamunannya saat jemari Ben menariknya menuruni tangga lantai dansa.
Entah apa yang diniati oleh Ben saat tiba-tiba ia mengecup tangan Iva dan menundukkan badannya seperti pemuda jaman kerajaan saat menghormati seorang wanita. Yang jelas perilaku ini semakin membuat Iva tidak nyaman.
"I Found a love for me.. Oh darling just dive in, follow my lead... " suara lagu mulai terdengar.
Ben melingkarkan tangan kanannya di pinggang Iva, kemudian tangan kirinya membimbing jemari Iva bertengger di pundaknya. Dengan satu tarikan, tubuh Iva dibawa mendekat, bersentuhan dengan dada bidang Ben.
"I Found A Girl, Beautiful and sweet.." Ben ikut berdendang menirukan lirik lagu sambil menatap mata Iva tajam. Seolah hendak mengatakan bahwa Iva-lah yang telah ia temukan.
Jantung Iva seperti genderang perang yang ditabuh oleh sepuluh prajurit. Berdetak kencang tidak karuan menanggapi perilaku Ben yang mendadak manis dan sangat gentleman.
Wajah tampan Ben dengan hidung mancung dan bibir tipisnya terpajang jelas di depan wajah Iva.
"Ben... kamu... " Iva tersipu dan tidak mampu meneruskan kata-katanya. Ia tidak menginginkan momen ini, namun inilah yang terjadi.
"Jangan kira aku menyukaimu. Aku hanya tidak ingin pergi dari rumah dan kehilangan semuanya," cibir Ben sambil tetap berwajah riang dan tersenyum manis.
Iva merasa kehilangan akal. Makhluk apa yang ada di depannya ini??? Pandai sekali bersandiwara.
Pandai sekali mengusik dan menyakiti hati seorang gadis. Tak heran teman-temannya menjuluki dia Ben "The Player."
"Kamu pikir aku bodoh? Rasa suka dan cinta tidak akan bisa dirasakan oleh orang seperti kamu. Dua perasaan itu terlalu suci dan sakral. Kamu tidak pantas merasakannya!" Iva merangkai kalimat yang tidak kalah pedasnya untuk membalas hinaan Ben.
"Tapi kamu cantik malam ini, aku suka kamu. Bagaimana selanjutnya?" kilah Ben mulai memperlihatkan kepiawaian dalam merayu.
"Selanjutnya? Selanjutnya adalah kita pulang ke rumah masing-masing dan berharap orang tua kita sadar lalu membatalkan perjodohan konyol ini," tangkas Iva tidak memperdulikan rayuan Ben.
Ben tertawa mendengar harapan Iva.
"Tidak semudah itu. Papaku kalau sudah berkehendak, tidak akan ada yang bisa merubahnya sekalipun ada gunung meletus," seloroh Ben masih terus berdansa dengan mendekap Iva.
"Ben, jangan dekap aku seperti ini! Risih aku!" Iva mendorong Ben sedikit mundur.
"Bayangkan saja aku adalah Aarav. Pacar kutu buku yang kamu cintai itu," olok Ben menatap Iva dengan sangat menjengkelkan.
Iva memilih diam. Melanjutkan pembicaraan dengan Ben sepertinya tidak ada guna dan hanya semakin menambah keruwetan, pikir Iva dalam hatinya.
*****
***Teaser Next Chapter :
Baru kali ini ada seorang perempuan berani marah bahkan menamparnya. Biasanya, perempuan manapun akan bertekuk lutut dan bersedia diperlakukan seperti apapun olehnya.
"Dasar perempuan gila!!" Ben mencengkram kedua pergelangan tangan Iva sembari mengguncang-guncangkan tubuh tunangannya.
"Minta maaf sama aku!!" bentak Ben menarik tubuh Iva dengan kasar. "Cepaaaattt...!!!" hardik Ben kembali.
Iva menjerit dan mengaduh. Ia berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ben. "Lepaskan aku...!!" jerit Iva***.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Ira Kirana
👌👌👌 ... rein sukses slalu buatmu
2022-04-04
1
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
semangat ya thorr...
2021-04-20
2