"Topeng Cinta Sepasang CEO"
Malam ini seharusnya menjadi puncak kebahagiaan Iva. Seorang gadis berusia dua puluh tahun yang akan bertunangan dengan Ben, pujaan gadis seisi kota. Siapa yang tidak kenal Ben? Pemuda tampan, gagah, kaya raya. Mobil mewah yang selalu dikendarainya berkeliling kota, membuat setiap mata memandang kagum.
Bukan senyum, bukan pula tawa bahagia yang menghiasi wajah cantik Iva. Hanya ada bulir air mata dan tangis terpendam disana. Ragam bouqet bunga yang tertata rapih di pinggir meja nampak begitu cantik. Secantik wajah Iva apabila ia bisa menghentikan isak tertahannya.
"Va, sudah deh. Kamu harus berhenti menangis. Nanti kalau dilihat ibumu gimana?" Karin menyeka air mata Iva.
Karin, sahabat baik Iva sejak mereka duduk di bangku SD. Apa yang Iva rasakan, bisa Karin rasakan. Ia mengerti sahabatnya sedang patah hati.
"Kenapa harus Ben...!" jerit Iva tertahan. Nafasnya tersengal menahan emosi didalam dada.
"Ya masih mending Ben, daripada sama si Sony. Iiih... perjaka tua. Wajah tidak mendukung meski dana mendukung" seloroh Karin berusaha membuat sahabatnya tertawa.
"Kariiin.... ayolaaah... " Iva melenguh frustasi.
Dipandanginya undangan pertunangan diatas meja. Nama dirinya dan Ben yang tertulis dengan tinta emas. Hanya saja, kebahagiaan itu tidak semudah mengukir sebuah kartu undangan.
Seandainya saja perusahaan orangtua nya tidak menjelang penyitaan aset, tentunya ia tidak akan terjebak dalam situasi seperti sekarang ini.
"Aarav... Aku masih dan selalu cinta dia," tutur Iva lirih. Kali ini tangisnya pecah tidak bisa lagi tertahan.
Karin cepat memeluk Iva. Ia mengetahui bahwa saat Iva menangis berarti beban memang sudah terlalu berat untuk disanggah sendiri.
Aarav, pemuda sederhana yang menemani hidup Iva selama hampir dua tahun terakhir. Pemuda yang akan segera menjadi terlarang bagi Iva.
"Iva.. Sayangku... Please Girl... Hidup keluarga kamu bergantung dengan status hubunganmu dengan Ben. Jadi ayolah hapus air mata itu, pasang senyum yang paling manis, dan jadilah anak baik untuk ayah ibu kamu," ucap Karin meneguhkan hati Iva.
Tersadar bahwa tidak ada lagi yang bisa diperbuat, Iva menuruti ucapan Karin. Perlahan ia hapus air mata dari wajahnya. Dengan dibantu Karin kini riasan wajah Iva sudah kembali seperti semula. Memancarkan wajah cantik bersinar dan memukau.
"Nah.. That's my girl," puji Karin merapihkan ujung gaun pesta Iva.
Mereka berdua keluar dari kamar rias dan bergegas menuju pintu ballroom tempat pesta pertunangan diadakan.
Dress satin Iva yang mengembang untuk acara pertunangannya dirasa semakin berat seiring dengan langkah gontainya menuju ballroom. Semakin ia menuju ujung lorong, semakin nafasnya terasa sesak. Semakin ia merasa terperangkap, terkurung dalam sebuah sangkar emas.
Dan meski sangkar itu terbuat dari emas, kenyataannya ia lebih memilih untuk pergi meninggalkannya.
Siapa yang bisa aku salahkan dalam situasi ini? Tidak ada! Pekiknya dalam hati.
Dari kejauhan ia melihat Ben sedang duduk bersama kedua orangtuanya. Tidak dipungkiri memang lelaki bernama Ben itu ketampanannya seperti tanpa cela. Matanya yang selalu melirik tajam menusuk ke hati semua gadis yang menatapnya.
Tapi semua gadis di kota ini tahu betapa Ben tidak pernah mencintai siapapun selain dirinya sendiri. Bahwa ia tidak pernah menyayangi siapapun selain hatinya sendiri. Dan bahwa semua gadis yang dekat dengan Ben hanya akan berakhir dengan air mata.
Perbedaan gadis-gadis itu dengan Iva adalah bahwa, ia memulai semua dengan air mata. Entah berakhir dengan apa, setelah diawali dengan air mata. Iva terus mengisi relungnya dengan berbagai pemikiran yang semakin membuatnya tertekan.
"Iva, kamu sudah ditunggu, di meja depan panggung ya," suara MC mengarahkan Iva menuju meja keluarganya. Iva mengangguk pasrah. Ia mencoba tersenyum dan menyembunyikan kepedihan hanya untuk dirinya sendiri.
Saat ia berjalan menuju panggung, mata Ben tidak berhenti menatapnya lekat. Terus dan terus menatap.
Ben dalam hatinya tentu juga tidak bisa memungkiri bahwa Iva sungguhlah cantik. Sinaran senyumnya terpancar seperti berlian menyinari ruangan.
Undangan beramai-ramai berdiri dan bertepuk tangan menyambut kedatangan Iva dalam ruangan. Gemerlap lampu sorot semakin memulas kemolekan gadis yang telah berhasil menyembunyikan air mata dan kepedihan hanya untuk dirinya sendiri.
"Karin, jangan kemana-mana.." pinta Iva menggenggam tangan sahabat yang sudah dirasa sangat dekat, seperti saudara kandung.
"Mejaku ada di belakangmu. Apapun yang kamu butuh cukup panggil aku," ucap Karin menenangkan.
Pertunangan ini tidak pernah Iva ataupun Ben inginkan. Namun takdir telah mempertemukan mereka di ruangan ini. Dan mereka harus menjalankan skenario yang telah ditetapkan padanya.
Ben dan Iva kini duduk berdampingan, tanpa menatap satu sama lain. Sama-sama membuang mata, dan sama-sama mengingkari keberadaan satu sama lain.
"Ben, Iva disapa dong," bisik ayahnya.
"Halo, Iva, " sapa Ben setengah hati.
"Malam Ben, Om Henry, Tante Dian," jawab Iva manis.
"Kamu cantik sekali malam ini sayang," puji Bu Dian, mama Ben. "Ben sampai tidak berkedip menatap kamu," lanjutnya.
"Iiih mama.. Aku wajar saja tadi menatap Iva. Banyak cewek aku yang lebih cantik dari dia," sanggah Ben sewot.
"Ben!!" hardik Pak Henry.
"Bercanda he he he," kelit Ben santai.
Kini tiba prosesi tukar cincin. Ivo, adik lelaki Iva membawakan cincin ke atas panggung.
"Ben, apa yang membuat kamu jatuh cinta pada Iva? Dan Iva, apa yang membuat kamu mau menerima lamaran Ben?" tanya MC memeriahkan suasana.
Ben dan Iva sama-sama bingung. Mereka melirik pada orangtua mereka yang juga tergugup dengan pertanyaan MC.
"Eh.. Hmmm... Ben mencintai aku dengan cara yang sangat romantis. Bunga, hadiah, kata mesra dan semacamnya sering ia berikan. Akhirnya aku pun menerima lamarannya," beber Iva mencoba sealami mungkin. Jawaban yang menyelamatkan semua orang diatas panggung.
"Iva, dia cantik dan pintar. Dan terlebih, dia sangat disayang oleh papa mamaku. Jadilah aku melamarnya, " timpal Ben mengikuti Iva.
Hadirin kembali bertepuk tangan dengan meriah. Bagi mereka, pertunangan ini adalah benar merupakan penyatuan dua anak manusia yang sedang jatuh cinta.
Cincin emas putih bertahtakan berlian mungil disematkan Ben pada jari manis Iva. Dan Iva pun melakukan hal yang sama. Jantung mereka masing-masing berdegup kencang.
Emosi yang membuncah. Menyesak sampai ke tenggorokan menyulitkan mereka untuk berbicara satu sama lain. Kebebasan yang terancam untuk berakhir, itulah yang masih terpatri di benak Ben dan Iva.
Setelah selesai prosesi tukar cincin, Ben dan Iva duduk kembali bersebelahan. Iva dapat melihat Ben memutar-mutar cincin di jarinya. Bahkan sesekali melepasnya, kemudian memakainya lagi. Berulang kali melakukan hal yang sama, menunjukkan ketidaknyamanan Ben saat ini.
Hati Iva semakin pedih. Mendapati bersanding dengan pemuda yang tidak mencintainya, sama saja seperti selalu ditolak seribu kali oleh lelaki yang sama. Sementara lelaki yang memujinya, harus tertinggal di masa lalunya.
Ben melihat guratan kesedihan di mata Iva. Dengan pelan ia berkata, "Hadapi saja, kita stuck berdua. Dan tolong pahami bahwa aku, masih ingin bebas. Jadi tolong jangan kamu campuri urusan aku."
Iva terkejut. Memang Ben terkenal blak-blakan dalam gaya berbicaranya. Hanya saja, perkataan sekasar itu tidak ia sangka muncul dari Ben.
"Tolong juga pahami, bahwa aku bahagia dengan pacarku sendiri sebelum aku masuk dalam sangkar emas ini bersama kamu. Jadi tolong kamu jangan bicara yang menyebalkan kepadaku," balas Iva sengit.
Ben menoleh kaget pada Iva. Dalam hatinya ia heran dengan Iva yang berani melawan kata-katanya. Selama ini, para gadis selalu merajuk dan bermanja-manja apabila ia melontarkan kalimat-kalimat pedas.
Iva membalas tatapan Ben dengan mata sinis.
Aku terpaksa duduk disini bersama kamu demi ayahku!! Umpat Iva dalam hati.
Aku terpaksa menerima pertunangan ini demi papaku!! Gerutu Ben dalam hati.
*****
***Teaser Next Chapter :
Ben dan Iva, kalian kami jodohkan saat ini demi untuk tercapainya hal-hal baik dikemudian hari. Ben jika sudah menikah nanti, dia ada yang menemani di rumah, sehingga bisa jadi dia tidak berpesta lagi tiap malam," ujar Pak Henry kepada Ben dan Iva.
"Dan Iva, dengan adanya Ben, pasti Aarav akan berhenti mengejar-ngejar kamu," tambah Bu Lelly membenarkan ucapan Pak Henry***
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Lily Saputra
gara2 ada yg aplod di fb novel GBC jadi kesini ada yg sama...
2023-01-28
1
Juwitha Indrik
semua gara2 maichel Yuan😇 dan jiongmy aku suka baca novel mu kak semangat...dan sehat selalu biar aku bisa baca novel karya baru kakak tetussss
2022-08-04
0
Johny Wu
siplaaa
2022-05-27
0