Langkah kaki berirama menyentak sanubari Adel dan kedua orang tuanya. ketiganya menatap sosok itu lekat membawa perasaan bingung.
"Siapa kamu?" Ayah Adel bertanya dengan posisi tangan yang masih terangkat didekat wajah putrinya.
Sosok itu berhenti berjalan. lalu ia menarik Adel yang masih meringsek dengan tatapan kosong. alih-alih menjawab, sosok itu malah merangkul Adel dan mengusap pipinya yang basah.
Kepala kokoh itu menggeleng minta Adel untuk tidak menangis dan berusaha kuat. kemudian ia menoleh kearah dimana Bu Puji dan Sang suami berdiri.
"Bapak Dan Ibu jangan menyalahkan-nya. semua ini salah saya! disini Saya lah yang bersalah tolong maafkan Saya, Saya akan bertanggung jawab. Bapak dan Ibu jangan khwatir." Pria tampan itu menatap kedua pasutri itu lekat seolah mengatakan kalau dirinya tidak main-main.
Mendengar ucapan pria itu tidak lantas membuat Bu Puji dan Sang suami tersenyum lega. wajah keduanya masih menyitarkan kekecewaan karena putri yang amat sangat disayang telah mencoreng nama baik keluarga, terlepas siapa yang salah dan yang benar.
Ruangan Minimalis itu nampak hening. semua kebahagian yang selalu tercipta kini sirna sudah, Bu puji menutup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha untuk menyembunyikan raungan rasa kecewa tentang kabar menyakitkan itu.
Sang Suami bergegas mendekati Bu Puji membawa wajah sama kecewanya. lalu keduanya saling rangkul untuk menengangkan diri meratapi nasib putri tunggalnya.
Adel sendiri seakan enggan berpaling dari pria yang berdiri kokoh didepannya. mata sembabnya menatap si pria yang juga menatapnya sendu seolah menyesali perbuatannya.
Buliran bening kembali membasahi pipi Adel yang mana nampak memerah akibat tamparan kedua orang tuanya. bibirnya rapat seakan tidak sanggup terbuka walupan hanya sekedar bertanya? apa benar dirinya Ayah dari Janin yang ada didalam rahimnya?
Kemudian Adel menuduk seraya menutup mulutnya? melihat wajah pria itu seketika otaknya mengingat kejadian dimana dirinya taksadarkan diri didalam mobil si pria ini waktu di Kota Surabaya.
Adel oleng dan ia meringsek lemas lalu tubuhnya mendarat diatas sofa. tangisanya pecah merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan si pria kepadanya tempo hari.
Adel memang gadis nakal yang sudah biasa berkutat dengan gemerlapannya malam. akan tetapi pekerjaan kotor itu sudah lama ia tinggalkan, berkat dukungan dari Sang sahabat yang kita kenal dengan sebutan Kasih. wanita beranak satu itu menyadarkannya untuk kembali menjadi Adel yang dulu menginggalkan kawan-kawan ditempatnya menimba Ilmu dan menata indahnya masa depan. tapi kenapa ketika ia ingin mewujudkannya hal besar ini bisa terjadi?
"Hiks...hiks...Ya Alloh..hiks...hiks..." Adel meraung sambil menepuk-nepuk dadanya. otaknya terus mengingat kejadian tempo hari yang mana mengakibatkan si janin bersarang di rahimnya, akan tetapi sekuat apapun dirinya mengingat otaknya tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan batinya. kejadian itu seolah hilang dan berubah menjadi bayang-bayang tak berarti.
Sosok itu tidak mampu bersuara ia hanya berdiri diantara keluarga kecil itu canggung. tanpa bisa menenangkan Sang Dara atau kedua orang tuanya, hatinya dikuasi rasa bersalah yang amat sangat dalam. karena perbuatannya masa depan wanita muda itu hancur berantakan dan mungkin sudah merenggut angan-angan kedua orangtuanya.
Si pria berjas hitam itu menunduk seraya menutup mata. "Jadilah pria yang bisa bertanggung jawab. ingatlah, sekarang aku harus melakukan ini?" Gumamnya sambil meringis menahan rasa perih disudut bibirnya?
Baiklah Teo. aku akan membuktikan, kalau aku bisa membuatnya bahagia. Seru batin Gavin seraya melirik Adel sendu.
.
.
Flashback...
Teo berjalan menghampiri Mobilnya yang masih terparkir didepan rumah sakit berniat masuk kedalamnya. tapi baru saja tanganya siap membuka pintu mobil suara cukup nyaring terdengar?
"Teo, tunggu? "
Tangan Teo berhenti menarik pintu mobil tapi tubuhnya masih enggan berbalik. ia hanya diam dengan wajah datar. "Ada apa?" Tanyanya acuh. lirikan mata ia selipkan untuk beberapa saat.
Pria yang di yakini Gavin berdiri dibelakang tubuh tinggi Teo membawa perasaan bersalah.
"Relakan dia untukku! " Seru Gavin mantap. sebenarnya hatinya tidak memberinya izin untuk mengatakan itu. tapi lain dengan nuraninya.
Teo menyeringai mendengar lontaran kalimat Gavin. kemudian tubuhnya berbalik membawa wajah jengah. kembali kedua sahabat itu saling tatap mengirimkan signal ketidak sukaan. saat ini keduanya mengabaikan persahabatan yang sudah lama terjalin hanya karena perempuan semua seakan diujung tanduk!
"Katakan sekali lagi?" Pinta Teo santai.
Sesaat suasana menjadi hening semilir angin dan bisingnya kendaraan tidak membuat keduanya terganggu. langkah kaki Gavin mulai menapaki jalan untuk bisa mendekati Teo yang masih berdiri didekat mobil sambil menatapnya datar.
"Relakan dia untukku? " Gavin menyuarakan kalimat yang sama. tatapannya terlihat lemah merasakan ketidak pastian.
Teo menghela napas panjang bibirnya bergetar menahan rasa sakit dihati. dan tanpa diduga tanganya mengepal dan melayngkan satu pukulan yang mana membuat Gavin tersungkur.
Dalam posisi duduk diatas tanah Gavin mengusap darah segar yang terlahir dari sudut bibirnya. pukulan Teo benar-benar kuat, tapi ia malah tertawa datar. "Apa ini artinya Kamu memberikannya padaku?"
Teo memasukan tangannya yang baru saja ia layangkan kewajah Gavin kedalam saku celannya. bungkam, Teo masih belum memberi jawaban.
Dengan menutup mata Teo bersuara. "Berjanjilah, dia akan selalu tersenyum?" Seru Teo lirih. tapi sumpah demi apapun dirinya merasakan kehancuran yang belum pernah dirasakannya, merelakan sang pujaan hati untuk orang lain bukanlah perkara yang mudah.
Gavin mengangkat kepala dan menatap Teo. "Aku berjanji."
Setelah itu Teo berbalik dan masuk kedalam mobil miliknya sampai ia menginjak pedal gas.
Masih dalam posisi yang sama Gavin menatap kepergian Teo membawa luka dihatinya dan itu karena ulahnya.
Aku berjanji Teo, Aku berjanji
Flashback of...
.
.
Para penjaga membuka gerbang ketika mobil milik Teo membunyikan klakson. secepat kilat Teo membawa mobilnya masuk kedalam pekarangan Rumah Kakek Hendri.
Mobil ia parkirkan tapi dirinya masih betah berdiam tanpa bisa melakukan apa-apa. kepalanya ia sandarkan dengan tatapan kosong, Teo menatap langit yang sudah gelap jelas karena malam sudah datang. ia mendesah berasaan dengan meremas kemudi merasakan kemarahan dan luka hati yang sudah tergores.
"Arghhh....Kenapa Tuhan..kenapa..." Teo berteriak histeris sambil mengacak-acak rambutnya merasa frustasi.
.
.
Setelah mengakui perbuatannya. Gavin memilih meninggalkan kediaman Adel dan menjalankan mobilnya menuju kediaman kedua orang tuanya untuk membicarakan tentang Adel. salah satunya untuk menikahi sang Dara. beruntung Sekertarisnya selalu siap ketika di butuhkan jadi dirinya tidak perlu kebingungan.
Dalam hal ini Gavin tidak yakin kalau kedua orangtuanya akan menerima Adel! tapi sesulit apapun Gavin akan berusaha mengatakan semuanya.
Seperti pada umumnya ketika mobil Tuan muda Masuk. para penjaga bergegas membuka gerbang dan membungkuk. itulah yang saat ini dilakukan para penjaga di kediaman kedua orang tua Gavin..
Hunian berwarna putih gading dengan lantai yang terbuat dari batu marmer menyambut kedatangannya. taman cantik berhias bunga dan pepohonan tersaji sejauh mata memandang menambah kesan mewah Rumah bergaya modern itu.
Gavin keluar dari dalam mobil dengan wajah datar. Sesekali matanya melirik sekitar mencari sesuatu yang tidak terlihat, kemudian kakinya berlari masuk kedalam Rumah.
Suara gelak tawa menyambut kedatangan Gavin. di ruang utama ia melihat semua anggota keluarga tengah berkumpul, Sofa berukuran besar yang berjumlah tiga buah itu terisi tanpa ada celah. disana ada Nyonya dan Tuan Abrisam. ada juga empat pasangan suami istri yang diyakini Kakak Gavin, dan lagi. ada dua pasangan lansia yang sudah di pastikan Kakek, Nenek Gavin. semua nampak hanyut dalam obrolan yang pasti membahas berbagai banyak hal tentang Karir masing-masing.
Tentang Gavin
Gavin tiga bersodara. dirinya menjadi Adik dari kedua Kakaknya. Kakak Gavin semuanya sudah menikah dan masing-masing dikaruniai satu orang anak.
Kakak laki-laki-nya mempunyai perusahan sendiri dan masih bersinggungan dengan perusahan keluarga Abrisam. sedangkan Kakak Perempuan-nya mempunyai Butik yang tersebar diberbagai penjuru Indonesia, sudah berpuluh cabang di beberapa kota seperti Kota Jakarta, Bandung, Makassar dan Masih banyak lagi. bahkan sekarang rencananya sang Kakak akan membuka cabang di Negara tetangga.
Keluarga Hebat bukan. dan lagi kedua menantu di keluarga itu bukan dari kalangan orang biasa, keduanya anak dari pengusaha sukses seperti Keluarganya.
Sesaat Gavin termenung disela langkahnya. otaknya memikirkan banyak hal! bagaimana reaksi keluarga tentang kabar yang dirinya bawa? apa mereka mau menerima Adel sebagai menantu didalam keluarga-nya?
Tapi tidak ada waktu untuk berpikir. bagaimana pun dirinya harus memberi tahu semua keluarga terlepas dari reaksi mereka.
Gavin kembali melangkah dengan mantap tekadnya sudah kuat sekuat karang dilautan.
Sang Ayah yang tengah tertawa melirik kedatangan putra bungsunya itu semangat.
"Lihat, siapa yang datang?" Seru Tuan Paris Ayahnya Gavin.
Semua menoleh kearah Gavin membawa wajah berseri.
"Dari mana saja kamu Pria tampan?" Goda pria paruh baya yang tidak lain adalah Kakek Gavin.
Semua tertawa mendengar ucapan Sang Kakek.
"Jangan menggodanya! lihat wajahnya terlihat kusut." Sang Nenek membela Gavin.
Akan tetapi kembali gelak tawa terdengar.
Gavin seolah acuh dan tidak perduli ketika semua keluarga menggodanya. pikirannya kalut dengan berbagai pertanyaan? sampai akhirnya Gavin berdiri di antara semua keluarga membawa tatapan datar.
Sang ibu yang tengah asik menyantap buah bersama menantu perempuannya menyodorkan garpu berisi potongan Apel yang sudah di kupas kearah Gavin.
"Buahnya sangat manis, cobalah?" Ucap sang Mama dengan wajah ceria.
Gavin menetap garpu berisi potongan Apel itu lekat tanap berminat memakannya. tapi kemudian tangannya meraih si garpu dan memakan apel itu.
Sang Mama tersenyum ceria dan meminta Gavin untuk membersihkan tubuh. tapi Gavin malah diam tanpa bersuara.
"Gavin?" Pria dengan kemeja coklat yang diyakini Kakaknya menegur Gavin.
Gavin memutar kelapanya kerah sang Kakak. setelah apel manis itu masuk kedalam lambungnya Gavin membuka mulutnya. tapi sebelum itu mata lelahnya menatap satu persatu anggota keluarga.
"Restui Gavin?"
Semuanya saling tatap dan seketika diam.
"Restui?" Seru Ibunya bingung.
Kembali keluarga menatap Gavin seolah meminta penjelasan.
Gavin mengangguk pelan. "Restui Gavin untuk Menikah?"
Kalimat terakhir Gavin membuat semua diam. tidak mampu bertanya atau sekedar memintanya untuk mengulangi perkataan-nya.
Tapi Tuan Paris beranjak berdiri dan menghampiri Gavin membawa wajah senang.
Tepukan Gavin rasakan diatas bahunya. senyuman sang Ayah benar-benar membuatnya tidak berkutik.
"Papa senang mendengarnya, memang kamu sudah sepantasnya menikah dan mengambil alih Perusahaan Global Jaya (Nama perusahan keluarga Abrisam) Katakan? Siapa Nama gadis itu dan seperti apa keluarga-nya? apakah dia anak seorang pengusaha seperti Kakak iparmu?" Mata Tuan Paris menatap bangga kedua menantunya. "Atau anak seorang Jendral?"
Seketika Gavin menelan salvirnya gugup. semua kalimat sang ayah membuatnya mual.
Astaga Tuhan, bukan hanya masalah Sosial saja yang berbeda! aku dan Adel berbeda keyakinan! apa Papa bisa menerima kenyataan ini? Batin Gavin penuh ketakutan, apalagi melihat semua tatapan keluarga yang menunggu dirinya memberi jawaban.
"Pah, Gavin sudah membuatnya hamil! dan dia bukan dari kalangan orang seperti kita, dia gadis biasa. dia-
"Apa kamu bilang, Gadis biasa? Apa kamu bercanda?" Celetuk Kakak laki-laki-nya.
"Gavin, jangan membuat lelucon. lebih baik kamu mandi dan-
"Tidak Mah, Gavin sedang tidak-
Plakkkk...
.
.
Masih penasaran ikuti terus...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Suharnani
Itu namanya cobaan hidup. setiap gak mau terjadi seperti Adel. Kalau sudah jalan takdirnya mau gimna lagi. cacian, malu, marah pasti ada. salah satunya ber pasrah dan berserah diri kepada sang Pencipta, supaya di mudahkan semua masalah dan cobaan yg di jalani. Toh di dunia ini tidak jalan yg mulus
2024-09-04
0
Har Tini
berat banget cobaan gavin
2022-01-30
0
Ma'e Abid
smpe disini udah nyesek
2021-04-05
1