Di Ruang UGD

Didalam mobil itu terasa sunyi. Gavin berusaha pokus menatap jalan yang sesak dengan berbagai jenis kendaraan, semua berkutat bersama waktu yang seakan mencekik meminta untuk bergegas menyelesaikan pekerjaan.

Sesekali Gavin melirik kebelakang lewat pantulan kaca spion yang ada di atas kepalanya. wajah tampanya nampak murung! dan tanpa sadar tanganya mengepal merasakan kesal.

"Apa dia akan baik-baik saja? " Gavin memberanikan diri membuka suaranya untuk menghilangkan ketegangan.

Teo sendiri seakan enggan menjawab pertanyaan Gavin. dirinya terlalu sibuk memandangi wajah pucat Adel yang ada di pangkuanya. "Cepat sedikit, Gavin." Serunya alih-alih menjawab pertanyaan sang sahabat.

Kembali Gavin menatap kaca spion. "Aku bertanya. apa dia akan baik-baik saja?"

"Berhenti membuat aku kesal dan jangan perduli padanya!" Kata Teo setengah berteriak.

"Apa kau bilang-

"Menyetir saja dan lihat jalan." Perintah Teo ketus.

Gavin semakin mengepalkan tangannya marah ucapaan Teo benar-benar membuatnya melupakan dimana posisinya.

Akhirnya Gavin memilih diam dan berkonsentrasi walupun matanya sesekali melirik kebelakang untuk memastikan kalau Adel baik-baik saja.

Bertahanlah, aku akan membawamu. Batin Gavin.

Teo mengelus pipi Adel yang nampak pucat layaknya mayat hidup. entah apa yang terjadi sampai sang Dara pingsan? pertanyaan itu terus berputar meminta penjelasan.

"Bangunlah Adel, jangan buat aku ketakutan." Gumam Teo, elusan tanganya seakan tidak berarti apa-apa.

.

.

Anandita terlihat panik dan ketakutan. seketika tubuhnya bangun dan menatap pergerakan Noah. "Kakek?" Mata Anandita menyempit merasakan takut.

Kakek Hendri berusaha tenang dan membalikan tubuhnya.

"Noah, kenapa-

"Katakan? siapa yang mencintai siapa?" Noah memencingkan kedua matanya kearah Anandita mengabaikan pertanyaan Kakek Hendri.

Tenggorokan Anandita bergetar. pertanyaan itu membuatnya tidak bisa berkutik, waktu itu Kakek Hendri sudah memergokinya membicarakan Teo dan Sekarang Sang Kakak! tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah Noah mau menerima kenyataan itu? kenyataan kalau dirinya mencintai Teo sahabat sekaligus Kakak iparnya! entahlah, membayangkan-nya saja sudah membuat Anandita mual.

Anandita mendangah seraya tersenyum hambar mellihat bagaimana Noah menatapnya. "Kak!"

"Katakan Dita? apa yang barusan Kakak dengar itu benar?" Naoh bertanya dengan suara berat.

Anandita masih betah membisu. sejujurnya dirinya merasa kebingungan dan harus mulai dari mana untuk memberi tahu Noah, tentang perasaannya terhadap Teo.

Apa yang harus aku katakan? aku tidak tau harus mulai dari mana? Anandita malah melamun dan bergulat didalam hati.

"Dita! "

Anandita dan Kakek Hendri tersentak mendengar suara nyaring Noah.

"Noah, kecilkan suaramu." Kata Kakek Hendri seraya beranjak berdiri agar bisa sejajar dengan Cucu tampannya itu.

Anandita menunduk merasa takut, air mata kembali bercucuran. sedangkan Kakek Hendri berusaha mencaikan suasana.

"Memang apa yang kamu dengar? katakan? "

Noah hanya menghela napas panjang merasa tidak percaya dengan apa yang tadi didengarnya.

Setelah berbincang dengan kedua orang tua Gavin. Noah dan Kasih memilih naik ke lantai atas untuk menenangkan diri dan juga Baby Ayres mulai bosan, ditambah Kasih ingin memberi tahukan kalau Adel dilarikan kerumah sakit kepada Bu Puji. akan tetapi ketika Noah ingin kembali untuk menemani para tamu, tak sengaja dirinya mendengar suara dari dalam kamar Anandita dan itu menyelitik jiwa penasarannya. diam-diam Noah membuka pintu kamar sang Adik dan pembicaraan intens keduanya terdengar.

Mata Noah bergantian menatap Sang Kakek Dan Anandita. kemudian Noah membungkuk untuk mendekati Anandita membawa perasaan kalut.

"Dengar Dita, Teo bukan pria baik! dan satu lagi, dia mencintai wanita lain percayalah, Kakak tau siapa dia kamu tidak pantas mencintai pria seperti Teo! sama sekali tidak pantas, sekarang berhenti berharap dan buang perasaan tidak berguna itu." Seru Noah dengan tatapan tajam, satu tanganya menarik tangan Anandita tanpa memperdulikan isakan adiknya.

Kakek Hendri langsung menyingkirkan tangan Noah cukup kencang. "Hentikan Noah, Cucuku kesakitan."

"Kakek, beri tau Dia, kalau Teo bukan pria baik! katakan padanya!" ucapnya ketus. Lalu Noah memalingkan wajah dan bergegas pergi membawa perasaan kesal.

.

.

Gavin bergegas memarkirkan mobil setelah melewati penjaga yang bertugas didepan rumah sakit. tanpa membuang waktu Gavin keluar untuk membukakan pintu mobil.

"Berikan dia padaku?" Gavin meraih tubuh Adel secepat kilat. akan tetapi! Teo menghentikan niatnya.

"Jangan menyentuhnya!" Teo menatap tajam tangan Gavin yang siap meraih tubuh sang dara.

Ingin rasanya Gavin menjawab. tapi Gavin memilih pasrah! kembali ia menarik tangannya dan mundur membawa wajah penuh tanya.

Ada apa dengan diriku? kenapa aku perduli. ingat Gavin, Adel adalah wanita yang dicintai Teo, jadi jangan bertingkah seolah dia adalah milikmu.

Gavin mengalah dan membiarkan Teo membawa Adel masuk kedalam ruang UGD.

Dari kejauhan Gavin menatap kepergian Teo. "Ada apa denganku?" Tanyanya pada diri sendiri. merasa bingung dengan sikap yang dirinya perlihatkan. "Kejadian itu tidaklah berarti lagi, ingat itu Gavin."

.

.

"Suster! " Teo berteriak histeris setelah melewati pintu kaca berukuran besar.

Suster yang berjumlah tiga orang meminta Teo untuk membaringkan Adel diatas ranjang perawatan.

"Tolong, dia." Pinta Teo panik sambil menggenggam tangan Adel.

Suster sibuk memeriksa Adel yang masih menutup mata. "Apa yang terjadi, Pak.?" Tanya Suster disaat tangan dan mata memeriksa sebagian tubuh Adel.

Teo dengan tenang menceritakan kejadian dirumah tadi, sampai akhirnya Dokter datang disusul Gavin.

Dokter memeriksa tubuh Adel secara berkala mengecek apa ada luka yang berarti. akan tetapi tidak ada hal yang menghawatirkan.

Teo dan Gavin hanya bisa menjadi penonton saja. tanpa sadar keduanya menatap wajah Adel yang masih nampak pucat.

Kemudian, Kedua pria tampan itu mengerutkan kening ketika Dokter tersenyum penuh arti sambil melirik kearah mereka.

"Tuan. diantara kalian siapa suaminya?" tanya Dokter.

Gavin dan Teo saling tatap mendengar pertanyaan itu.

Dokter menatap Teo. "Anda, suaminya? "

Spontan Teo menggelengkan kepala.

Dokter mengangguk paham. lalu matanya beralih melirik Gavin. "Pasti anda, 'kan Suaminya.?"

Gavin juga memberikan reaksi yang sama. gelengekan kepala menjadi pertanda kalau tebakan Dokter muda itu salah.

Dokter mengerutkan keningnya melihat gelengan kepala dari kedua pria yang ada dihadapanya itu bingung.

"Lantas, dimana suaminya?" Mata Dokter bergantian menatap Teo Dan Gavin seolah meminta jawaban.

"Me-memangnya ada apa, Dokter?" Teo bertanya sambil menatap Gavin yang juga menatapnya bingung.

"Saya tidak bisa memberi tau karena Tuan bukan suaminya. tolong beritahu keluarga dan suami-

"Adel?"

Dokter seketika berhenti berbicara ketika dari arah samping terdengar suara.

Bu Puji dengan tertatih menghampiri ranjang perawatan yang mana ada putrinya disana.

"Adel Sayang, apa yang terjadi?" Tangis Bu Puji pecah sambil memeluk Adel yang masih pingsan.

Teo dan Gavin mundur beberapa langkah untuk memberi ruang kepada wanita paruh baya itu.

"Dokter, apa yang terjadi dengan putri saya?" Bu Puji melirik Dokter lekat. akan tetapi dirinya seakan tidak melihat Teo dan Gavin.

Dokter muda bernama Ilham itu mengelus punggung Bu Puji seraya tersenyum ceria. yang mana menarik perhatian Teo dan Gavin.

"Putri Ibu baik-baik saja. dia hanya kelelahan. dan lagi, tolong jangan membuatnya bekerja terlalu banyak, saya khwatir dengan Kandunganya yang masih sangat muda!" papar Dokter Ilham semangat. "Usia kandungannya sekitar 7minggu. jadi, sangat rawan kalau Putri ibu terlalu lelah. saya sarankan untuk sementara waktu biarkan dia istirahat." Tambah Dokter Ilham.

Sontak saja Bu Puji menjatuhkan tubuhnya. kalimat terakhir itu membuatnya tidak berdaya. "Tidak... itu tidak mungkin, Tidak... hiks...hiks...Adel." Serunya. tangisan tidak bisa lagi ditahan. putri yang amat disayang dan dibaggakan kini tengah hamil tanpa ada ikatan pernikahan! kembali Bu Puji meraung dalam diam menyesali ketidak becusaannya mengawasi sang Putri. "Adel.. hiks...hiks...apa yang kamu lakukan...hiks...hiks...bagaimana dengan Papa, Adel..."

Senyuman Dokter Ilham menghilang berganti dengan wajah penuh tanya. kemudian matanya menatap dua pria yang ada dihadapanya, terlihat kalau wajah keduanya menyiratkan rasa tidak percaya. disini Dokter Ilham mengambil kesimpulan kalau anak yang dikandung si wanita hasil diluar pernikahan.

Tak ada yang bisa dirinya lakukan Dokter Ilham memilih pamit dan pergi untuk menghindar dan merenung. karena perkataanya pasti akan membuat perubahan besar dalam hidup si wanita dan keluarganya. akan tetapi, disini dirinya tidak salah! ingatlah, Dokter Ilham adalah seorang tenaga Medis yang memang harus memberitahukan kondisi Pasien-nya.

Teo mundur beberapa langkah. kakinya seakan lemah tidak kuat menopang bobot tubuhnya, matanya berkedip cepat otaknya melang-lang buana bertamasya untuk membuang kalimat Dokter Ilham tentang sang pujaan hati.

Sekarang apa lagi Tuhan? Adel hamil! dia hamil. Teo berbicara didalam hati sambil meringsek lemas.

Gavin mematung disaat Teo dan Bu Puji terkulai. tubuhnya bak karang dilautan begitu kokoh seakan anginpun enggan menggoyahkan tubuh tingginya. Sesaat pikiranya melayang mengingat kejadian dua bulan yang lalu ketika dirinya menggagahi Sang dara yang masih menutup mata, kepalanya ia miringkan untuk memperjelas ingatkannya seraya menatap Adel lekat.

"Apa dia mengandung anakku? apa janin itu anakku?" Gavin bergumam dengan tatapan kosong.

Tanpa sadar Adel mulai membuka matanya. dan satu tanganya bergerak menghilangkan rasa kaku yang seakan membelenggu.

"Aku dimana?" Ucap Adel penuh perjuangan pasalnya rasa pusing lebih mendominasi.

Mendengar suara lembut itu membuat Bu Puji beranjak bangun dan menghampiri ranjang perawatan, sampai akhirnya tangannya terangkat dan siap mendarat dipipi Adel. "Adelia!"

Gavin yang melihat hal itu bergegas maju dan menghalau niat Bu Puji.

Bu Puji dan Gavin saling tatap. Gavin melihat wajah wanita paruh baya itu dipenuhi amarah.

"Kamu.?" Bu Puji menatap lekat Gavin. "Kamu yang waktu itu?"

Terpopuler

Comments

Sarami Ami

Sarami Ami

nyesek gue

2021-08-03

1

Agung Manik

Agung Manik

itu pasti anaknya Gavin,sewaktu adel di sekap di rumah gavin

2021-04-02

0

jeni

jeni

nah kan...adel hamil...itu pasti anaknya Gavin ayo up thor penasaran

2021-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Perasaan Yang Sesungguhnya (Visual)
2 Kediaman Aditama
3 Di Ruang UGD
4 Langit Jingga Yang Kelabu
5 Memberi Tahu Keluarga
6 Siapa yang akan mengerti?
7 Pernikahan Atau Kekejaman?
8 Panggilan Baru
9 Novel Mr. Apartemen
10 Selamat Datang Menantu Abrisam
11 Menyelinap Dan Penolakan
12 Seonggok Rindu Yang Tidak Berarti
13 Meminta kesempatan
14 Mungkin Harus Seperti Ini
15 Siapa Yang Mengisi Hati Ini?
16 Berdua Saja Seperti Biasa
17 Cerita Di Pagi Buta
18 Perasaan ini?
19 Malam Penuh Kejutan
20 Perhatian Di Rumah Besar
21 Wajah Murung Ini Membuatku Cemburu
22 Tunggu Aku Gadisku
23 Teriakan Itu?
24 Pengumuman
25 Kabar Kecelakaan Gavin
26 Selamatkan Anakku
27 Tugas Mustahil Tapi Berhasil
28 Adel Rindu Mas
29 Syarat Yang Tak Di Sangka
30 Gavin Sadar!
31 Kebahagiaan Adel
32 Masa Lalumu!
33 Keberanian
34 Ketegaran Adel
35 Sepucuk Surat
36 Gavin Yang Kebingungan!
37 Kembalikan Ingatanku
38 Tak Terbendung
39 Semakin Jelas!
40 Kejahatan Yang Terungkap
41 Dia Akan Melahirkan? Tapi Aku Tidak Bersamanya!
42 Kelahiran Sang Buah Hati
43 Lebih Baik Begini
44 Pengumuman lagi
45 Teo Yang Dulu
46 Berusaha Untuk Kembali
47 Memanggil Namanya
48 Di Mana Istriku?
49 Kisah Cinta Kami
50 Meminta Izin
51 Mari Kita Berpisah!
52 Gavin Yang Mengetahui Kebenaran?
53 Akhir Yang bahagia Untuk Kita
54 Hari Pernikahan
55 Datangnya Awan Hitam
56 Kesepakatan Yang Menyedihkan
57 Pindah Ke Surabaya
58 Serangan Berujung Rasa Benci
59 Memberi Kebebasan
60 Mengajukan Permintaan
61 Aku Sudah Menikah!
62 Bayangan Indah
63 Malam Yang Di Tunggu-tunggu
64 Bertemu Lagi
65 Mimpi Yang Menjadi Kenyataan
66 Beruntung Bisa Di Cinta Sebegitu Dalamnya
67 Menunggu Dua Tahun. (Menjadi Ayah) Tamat..
68 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Perasaan Yang Sesungguhnya (Visual)
2
Kediaman Aditama
3
Di Ruang UGD
4
Langit Jingga Yang Kelabu
5
Memberi Tahu Keluarga
6
Siapa yang akan mengerti?
7
Pernikahan Atau Kekejaman?
8
Panggilan Baru
9
Novel Mr. Apartemen
10
Selamat Datang Menantu Abrisam
11
Menyelinap Dan Penolakan
12
Seonggok Rindu Yang Tidak Berarti
13
Meminta kesempatan
14
Mungkin Harus Seperti Ini
15
Siapa Yang Mengisi Hati Ini?
16
Berdua Saja Seperti Biasa
17
Cerita Di Pagi Buta
18
Perasaan ini?
19
Malam Penuh Kejutan
20
Perhatian Di Rumah Besar
21
Wajah Murung Ini Membuatku Cemburu
22
Tunggu Aku Gadisku
23
Teriakan Itu?
24
Pengumuman
25
Kabar Kecelakaan Gavin
26
Selamatkan Anakku
27
Tugas Mustahil Tapi Berhasil
28
Adel Rindu Mas
29
Syarat Yang Tak Di Sangka
30
Gavin Sadar!
31
Kebahagiaan Adel
32
Masa Lalumu!
33
Keberanian
34
Ketegaran Adel
35
Sepucuk Surat
36
Gavin Yang Kebingungan!
37
Kembalikan Ingatanku
38
Tak Terbendung
39
Semakin Jelas!
40
Kejahatan Yang Terungkap
41
Dia Akan Melahirkan? Tapi Aku Tidak Bersamanya!
42
Kelahiran Sang Buah Hati
43
Lebih Baik Begini
44
Pengumuman lagi
45
Teo Yang Dulu
46
Berusaha Untuk Kembali
47
Memanggil Namanya
48
Di Mana Istriku?
49
Kisah Cinta Kami
50
Meminta Izin
51
Mari Kita Berpisah!
52
Gavin Yang Mengetahui Kebenaran?
53
Akhir Yang bahagia Untuk Kita
54
Hari Pernikahan
55
Datangnya Awan Hitam
56
Kesepakatan Yang Menyedihkan
57
Pindah Ke Surabaya
58
Serangan Berujung Rasa Benci
59
Memberi Kebebasan
60
Mengajukan Permintaan
61
Aku Sudah Menikah!
62
Bayangan Indah
63
Malam Yang Di Tunggu-tunggu
64
Bertemu Lagi
65
Mimpi Yang Menjadi Kenyataan
66
Beruntung Bisa Di Cinta Sebegitu Dalamnya
67
Menunggu Dua Tahun. (Menjadi Ayah) Tamat..
68
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!