Di mohon bijak, dalam episode ini terdapat adegan kekerasan fisik.
.
.
.
.
.
Ellgar, adalah anak dari seorang pedangang di wilayah luar gunung melian. Waktu itu terjadi kekacauan di tempat tinggalnya, dan Ellgar kecil tinggal hanya dengan ayahnya yang berjualan buah dan sayur. Ibu Ellgar, telah meninggal dunia akibat sakit parah.
Sejak Bupati, yang menempat di wilayah itu tidak berkunjung lagi, wilayah kecil itu sering di datangi oleh perompak jalan yang mereka namai dengan sebutan perompak lembu. Para perompak hari itu datang lebih awal sedangkan, dagangan mereka semua belum laku terjual termasuk dengan dagangan ayah Ellgar.
#Flashback On
Si paman Baron, sedang turun gunung menuju arah selatan dan memasuki kawasan kecil perbatasan barat daya wilayah Thebes.
Suasana ramai yang kemudian menjadi sunyi karena kedatangan perompak lembu dengan kudanya.
"Mereka datang... mereka datang. Perompak lembu, bagaimana ini. " Bisik orang orang di sana sambung menyambung.
Ayah Ellgar, yang mengetahui hal itu, segera membawa masuk anaknya ke dalam lemari kecil di tempatnya berdagang yang kebetulan di ketahui oleh Baron.
"Nak! ingat pesan ayah, jangan keluar apapun yang terjadi," pintanya. Ellgar, hanya diam menatap ayahnya dengan patuh, dan memandangi ayahnya dari jarak yang cukup jauh di belakang kerumunan orang.
"Tuan! saya tidak ada uang sama sekali. Dagangan semua belom laku tuan," ujar pria paruh baya.
"ALASAN!!!"
Bentak salah satu dari perompak dan memukul pria tersebut hingga muntah dan di lakukan berkali kali.
Mereka pun memukuli pedagang lain yang tidak bisa memberikan upeti pada mereka.
"Berhenti!"
Seru ayah Ellgar, dengan keberanian penuhnya dan menghampiri para perompak untuk menghentikan mereka karena, tidak tega melihat banyak pedagang yang telah dipukuli.
Baron, kala itu mulai mengendap endap mendekati lemari kecil yang berisikan Ellgar, dengan maksut jika terjadi apa apa pada ayahnya, dia bisa langsung membawanya kabur dari tempat itu.
"Kalian bukan dari wilayah kami, kenapa kami harus menuruti perintah kalian semua setiap hari untuk memberikan upeti. Bahkan hari ini, kalian tiba-tiba datang sepagi ini, dan kau meminta minta pada kami secara paksa, bahkan pengemis saja tidak mampu melakukanya," tegas ayah Ellgar.
"O,oo... hahahaha!!! sekarang ada yang menjadi pahlawan kesiangan rupanya, dan mau menghentikan kita semua, kawan." Ejek perompak bersamaan.
"Tempat ini milik kami semua, kita pedagang di sini sudah lama tinggal, dan menjadi makmur sepanjang hari tapi, semenjak kalian datang penghasilan kami kalian kuras setiap kalian ke tempat kami."
"Hei!!! Pak tua jangan asal bicara, kau sungguh tidak beretika. Sejak kapan perompak lembu mengkuras habis harta kalian. Kalian semua ini hanya tinggal di perbatasan kecil, dulu kami datang hanya minta bahan pangan tapi kalian usir mentah mentah dengan paksa dan malah menuduh kami semua ingin mengambil upeti pada Bupati. Sekarang, apa salah jika kami melakukan apa yang kalian tuduhkan. Kami sebelumnya bukan perompak hanya kelompok kecil yang sedang membutuhkan bantuan saja, tapi kalian menilai kami seperti serigala liar yang sedang kelaparan. " Sahut ketua perompak lembu, bernada tinggi.
"Tapi waktu itu kalian meminta paksa!" seru salah satu pedagang wanita.
"Itu karena 2 adik di kelompok kami sedang sakit parah. Haaah, sudahlah! tidak perlu basa basi lagi! kalian semua belum tahu sepertinya, jika tempat ini sudah menjadi milik kami secara resmi," ungkapnya.
"Maksutnya?"tanya ayah Ellgar.
"Apa kalian semua belum tahu jika, Bupati yang bertangggung jawab di kawasan ini telah mati terbunuh oleh Raja Kerajaan Thebes, dari barat daya 3 bulan yang lalu," timpalnya.
Baron, yang mendengar nama Raja Thebes pun ikut tercengang, dan tetap memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Raja wilayah Thebes, menghapiri saya beberapa hari setelah kalian semua mengusir kami. Raja Thebes memberi saya kesepakatan hingga akhirnya dia memberikan saya seluruh wilayah perbatasan yang dia kuasai pada kami, dan dari sanalah kami membentuk kelompok kecil ini menjadi perompak lembu yang di takuti," sambungnya.
"Kesepakatan apa?" tanya ayah Ellgar.
"Mengenai pembantaian, dan pencurian berantai di kelompok besar wilayah timur yang bernama, Srigala Putih. Mereka membawa harta berharga yaitu, peta tempat tinggal Ecidna sang monster terkuat," jawabnya.
"Lalu apakah kalian berhasil? bukankah mereka adalah pejuang dari timur yang di lindungi warga gunung Ze hera ?" tanyanya lagi.
"Kau sepertinya tahu banyak tentang mereka Pak tua, wawasan mu luas juga. Saya dan kawan kawan kecil saya, jika di bandingkan dengan kekuatan mereka pasti tidak akan mampu melawanya, walaupun semua tahu bahwa, Srigala Putih tidak memiliki inti spiritual yang bisa di bangkitkan, tapi mereka adalah pendekar hebat sehingga kami melakukanya dengan penyerangan dari dalam, dan memporak porandakan mereka semua, hingga membantai yang lemah lalu akhirnya membuat orang orang gunung Ze Hera membantunya tapi sayang, malah di habisi oleh penguasa kejam sang raja Thebes. Kami tidak tahu apakah mereka, para Srigala Putih mengetahuinya atau tidak, tapi setau saya sekarang hanya tertinggal satu gunung terkuat saja yang belum dia lumpuhkan," jelasnya lagi.
Baron, yang mendengar penjelasanya itu seketika emosinya meluap bahkan hampir saja dia tidak terkontrol.
Ya, Baron, adalah salah satu bawahan dari ketua kelompok Serigala Putih yang kala itu lolos dari pembantaian di sana, dan berhasil membawa beberapa orang yang selamat tapi tidak tidak tahu jika yang menghabisi seluruh warga Ze hera adalah Raja Thebes, yang pernah melawan gunung suci Melian.
"Kalian semua benar benar kejam!"
Aya Ellgar, membalasnya dengan berkaca kaca, dia tidak menyangka bahwa, kelompok yang terlihat kecil ternyata sangat berbahaya.
"Jika kami lemah seperti kalian, maka kami akan di tindas seperti waktu itu."
Balas terang ketua perompak lembu tersebut.
Seketika suasana menjadi hening.
Baron, yang kala itu masih sakit hati badanya terasa tersayat sayat atas kejadian waktu itu, dan sekarang sedang mencoba menahan dirinya karena, dia tidak bisa melawan mereka yang terlalu banyak.
Dari sanalah, kemudian dia mencari tahu siapakan Raja Thebes itu yang telah mati di tangan Morpha, dan apakah wilayah Thebes sudah menemukan persembunyian Ecidna serta bagaimana kekuatan dari Ecidna itu.
Ellgar kecil, yang masih di dalam lemari perlahan di dekati olehnya. Baron, mampu membaca situasi yang akan terjadi selanjutnya, sehingga pelan pelan dia mengambil Ellgar, dan seketika itu bersamaan terdengar suara jeritan wanita.
"Aaaa...... aaa...pem..pembunuh, pembunuh, ada pembunuh."
Teriak seorang wanita yang ketakutan.
"Sraat !!! crash.. crash..!"
2 kepala laki laki terpotong dan salah satunya adalah ayah Ellgar.
Baron, yang mengetahui Ellgar menyaksikanya kemudian membungkam rapat mulutnya dengan tangan.
"Tanganku.. tanganku!" teriak seorang wanita.
Ternyata wanita yang berteriak pembunuh tadi tangan kananya di potong oleh ketua perompak. Dendamnya di hari itu membuatnya membabi buta hari ini.
Sesuai dengan pengelihatan Baron bahwa, akan terjadi hal yang tidak di inginkan di tempat tersebut.
"SIAPA LAGI YANG MAU DI CINCANG HIDUP HIDUP!!! " Teriakan dari ketua perompak lembu.
2 kepala itu untuk 2 adik kelompoknya dulu yang tidak tertolong, dan satu tangan wanita karena telah meneriakinya perompak.
Semua orang terdiam dan membungkan mulut dengan tangan masing masing karena ketakukan, bahkan beberapa ada menggigit lidahnya sendiri hingga mati di tempat.
Ellgar, yang meronta ronta melihat ayah dan pedagang lain terbunuh dengan mata kepalanya sendiri, di pukul bahunya oleh Baron sampai dia pingsan. Baron, yang kala itu tidak mempunyai kemampuan untuk melawan para perompak lembu sehingga, dia tidak dapat membantu mereka semua dan membawa pergi Ellgar, yang tanpa sengaja di pertengahan jalan menuju melian, dia bertemu dengan Phylos yang kelaparan dan membawanya juga ke gunung suci Melian.
Sesampainya di melian, Baron memberikan Ellgar kecil obat penghilang ingatan agar dia tidakmemiliki trauma di kehidupan mendatang.
Setiap anak anak yang dia tolong dan memiliki pengalaman pahit dia akan memberikanya obat karena, dia tidak ingin mereka merasakan apa yang dia rasakan. Baron hanya ingin semuanya bahagia tanpa mendendam di kehidupanya nanti, dan hanya ini yang mampu dia berikan pada mereka.
#Flashback Off
Suara Ramai
"ELLGAR!!!" teriak Phylos, dari jauh sambil berlari ke arahnya. "Hah...hah... hei," sambungnya ngos ngosan.
"Ya, kenapa berteriak tuan Phylos yang beretika," sindirnya.
"Kali ini stop dulu masalah etika." Jawabnya dengan menepuk pundak Ellgar, yang kemudian mengatur napasnya.
"Iya sudah iya," balas Ellgar.
"Kau...apa kau telah menjodohkan pasangan baru lagi?" tanya Phylos dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah Ellgar.
"Oh, itu ya. Hahaha!"
"Benarkan? aku mendengar kabar dari orang orang," timpal Phylos bertanya.
"Ya, begitulah...sesuai yang mereka juluki sebagai pria pembawa cinta." ucap Ellgar, membalasnya bernada santai.
"Kau selalu membantu percintaan orang lain, tapi kenapa kau masih saja sendiri tidak punya pasangan," tanya sahabatnya.
"Hahaha...! kau selalu saja terlalu banyak mikir."
Ellgar, berjalan menuju tempat duduk yang kemudian di ikuti oleh Phylos.
"Gimana, kau sudah mendapatkan wanita yang kau suka?" tanya Ellgar, menyambung pertanyaan dari Phylos lalu tertawa kecil.
"Kau... Kau!" balasnya terputus putus yang setengah malu. Wajah Phylos memerah karena, dia juga sebenarnya masih sendiri.
Mereka berdua pun bercanda tawa seperti biasa. Ellgar, memang di kenal sebagai si pandai besi titisan dewa cinta di mansion bawah para pekerja karena, setiap ada pasangan yang jatuh cinta selalu saja bisa bersatu.
.
.
_____________________________________
Kedepanya jika terdapat adegan kekerasan fisik di beberapa episode, pembaca di mohon bijak dalam membaca dan kontenya tidak di konsumsi untuk anak di bawah umur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Azizah
episode ini ngeri, sampai motong kepala& kaki. untung aku 21+ thor...
2021-05-08
1
kotao 😪...
semangat ogeb \😭/
. / \
2021-04-07
1