- Pergi -

Aku terbangun dan menatap jam kecil diatas nakas. Pukul 04:13 Wib. Masih terlalu Dini untuk aku bergegas. Aku memutuskan mandi dan bersiap-siap untuk kepergianku. Aku tidak ingin Lyra dan Nico tahu.

Aku memesan Taxi Online melalui aplikasi hijau di ponselku.

Tentunya dengan alamat jemput di alamat rumah Nico yang ku ketahui melalui GPS yang ku aktifkan.

Aku memesan tujuanku ke alamat yang ku searching di gugel malam tadi.

Setelah memastikan barang-barangku, aku pun meletakkan surat yang sudah aku tulis diatas nakas. Surat itu hanya formalitasku saja. Aku tidak mau dicap sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih.

Aku pun beranjak menyampirkan waist bag di bahuku dan menjinjing travel bag di jari-jariku. Aku melirik kiri-kanan memastikan belum ada orang yang bangun sepagi ini selain aku. Aku mengendap-endap keluar dari pintu rumah.

Aku seperti maling yang takut ketahuan. Beberapa kali aku berjalan dengan sangat hati-hati agar aku tidak menimbulkan suara berisik yang akan membangunkan sang pemilik rumah.

Tak lama aku sudah berada diluar rumah. Meski perasaanku tidak enak dan takut meninggalkan rumah dalam kondisi tidak terkunci. Tapi aku lebih takut pemilik rumah ini tahu jikalau aku akan pergi diam-diam begini.

Aku keluar pagar, menutupnya dengan terburu-buru. Aku memilih berjalan agak menjauh dari rumah. Menunggu Taxi Online yang sudah ku pesan tadi.

Beberapa saat, Taxi yang ku tunggu sudah berada tidak jauh dari pandanganku.

Driver taxi itu langsung menyapaku.

"Dengan Mbak Anggia?"

"Iya pak."

"Silahkan! mbak"

Akupun masuk kedalam taxi dengan perasaan lega luar biasa seakan meninggalkan beban yang amat berat, lalu ku duduk sembari menyandarkan kepalaku.

"Sesuai aplikasi ya mbak?"

"Iya pak."

Taxi pun mulai berjalan perlahan dan meninggalkan kediaman rumah Lyra dan Nico. Perlahan tapi pasti, rumah itu sudah jauh dan tak nampak lagi di mataku tertutup cuaca yang masih gelap subuh ini.

Ku lirik jam dipergelangan tanganku. Satu-satunya accesories ku yang tersisa. Sudah pukul 05:05 Wib. Aku pun menyadari bahwa aku tidak memegang uang cash sama sekali untuk membayar Taxi dan tempat untuk ku tinggali nanti.

"Pak, kira-kira ketempat tujuan saya nyampek nya berapa lama ya?" Tanyaku pada sopir Taxi itu.

"Kurang lebih 1 jam, mbak" jawab supir Taxi itu sopan.

"Nanti, kalau kira-kira udah mau nyampek, bisa tolong mampir sebentar ke ATM pak?" Pintaku.

"Soalnya kalau disekitar sini mesinnya sering kosong, Pak" tambahku lagi. Berbohong. Karena sebenarnya aku mau mengulur waktu agar sampai di ATM cuaca yang masih gelap sudah berubah menjadi terang.

Jujur saja, aku tidak seberani kelihatannya. Apalagi setelah aku tahu aku dirampok waktu tiba dikota ini. Aku pura-pura saja sok tahu soal mesin ATM sekitar sini. Agar aku kelihatan bukan seorang pendatang.

"Siap, mbak" sahut pak sopir sambil terus mengemudikan Taxi.

Pandanganku kosong kearah jendela taxi yang ku tumpangi. Membuat pikiranku sliweran entah kemana.

Aku tidak pernah berada sejauh ini, dalam kondisi sendirian begini seumur hidupku. Ini kali pertamaku. Memang aku terbiasa hidup mandiri. Tapi tidak pernah hidup sendiri ditempat asing begini. Rumah orangtua ku adalah tempat ternyaman yang aku punya selama ini.

Aku hidup dengan kedua orangtuaku. Aku anak Sulung dari dua bersaudara.

Orangtuaku bukan dari kalangan orang berduit. Ayahku hanya karyawan swasta biasa. Sedangkan ibuku hanya mengandalkan gaji suaminya. Meskipun kadang dia punya penghasilan tak seberapa dari hasil menjahit baju bila ada orang yang memakai jasanya.

Adikku Annisa Delviya, saat ini masih berstatus pelajar SMA disalah satu sekolah swasta di kotaku.

Sejak Belia dan masih sekolah, aku terbiasa menjalani berbagai macam profesi. Dari mulai menjadi asisten ibuku menjahit sampai berjualan kue yang kadang ku ambil dari saudara sepupuku. Aku tidak perlu membuatnya, hanya menjualnya dan mendapat keuntungan.

Aku sudah biasa hidup bekerja keras. Tapi itu bukan berarti aku punya tabungan lebih untuk hidupku dimasa mendatang. Realitanya tidak seperti itu.

Uang yang ku hasilkan semata-mata untuk menunjang kebutuhan sekolahku dan keperluan pribadiku yang kadang aku perlukan atau lebih tepatnya yang aku inginkan.

Mengerti kan, anak gadis banyak keinginannya. Dan aku memenuhi itu dengan cara berubah-ubah profesi tadi.

Mungkin orangtua ku masih mampu menyekolahkan aku dan Nissa, adikku. Serta memberi kami makan setiap harinya.

Tapi, itu tidak bisa menutupi keinginan seorang anak perempuan dikala itu yaitu aku. Aku tidak ingin menuntut lebih kepada orangtuaku. Aku sadar diri kalau aku banyak maunya.

Tidak munafik, seusia sekolah aku sering menginginkan ini dan itu. Memakai baju ini, sepatu itu. Punya perlengkapan ini dan itu. de el el alias banyak lah. Padahal jika ku tela'ah dimasa sekarang, barang-barang yang ku beli itu sebenarnya adalah 'hal yang tidak penting'.

Tapi pada saat dulu aku ngebet menginginkannya. Sampai aku tidak berfikir untuk punya tabungan buat masa depan.

Kadang aku menyesalinya. Tapi begitulah masa-masa belia ku. Waktu itu aku berfikir untuk langsung menghabiskan dan menuntaskan hasrat keinginan yang aku punya. Toh udah capek-capek cari duit kan. Harus dinikmati. Itulah pemikiranku dulu. Masih labil dan belum dewasa.

Setelah menyelesaikan jenjang sekolahku, dan tidak ada tanda-tanda akan melanjutkan ke bangku perkuliahan, aku memutuskan melamar pekerjaan.

Beruntung aku dapat pekerjaan yang lumayan dengan statusku yang hanya tamatan SMA. Aku bekerja dikantor pemasaran barang konveksi. Jika dihitung hingga sekarang, aku sudah bekerja kurang lebih 5 tahun disana. Pekerjaan pertama yang kudapat sekaligus pekerjaan terakhirku.

Aku memutuskan berhenti setelah aku tahu bahwa aku hamil. Padahal karirku lagi bagus-bagusnya saat ini. Hampir naik level, begitulah bahasa kerennya.

Aku benar-benar terpaksa melepaskannya. Tapi mau bagaimana lagi. Dua hari selepas aku mengundurkan diri dari sana aku sudah ada dirumah Lyra dalam kondisi miris. Sulit dipungkiri kefakiran kisah hidupku.

"Huffffffff" aku menarik nafas panjang mengingat sebagian riwayat hidupku.

Ku kerjapkan mataku berkali-kali yang hampir menangis tatkala aku mengingat keluarga dan teman-teman seperjuanganku bekerja.

Ku netralkan pikiranku yang tadi sudah berselancar kemana-mana.

"Maaf mbak, ini ada ATM. Mbak bisa pakai yang ini? Soalnya tujuan mbak sudah kelihatan itu didepan sana."

"Oh iya pak." mataku mengedarkan pandangan keluar melihat ATM yang dimaksud pak sopir. Dan melihat sederetan rumah kontrakan yang ku tuju sudah dekat.

"Sebentar ya pak." Tambahku lagi sembari membuka pintu Taxi dan turun menuju ATM.

Aku mengambil uang secukupnya sesuai kebutuhanku. Aku tidak menarik semuanya berhubung ku takut kejadian yang lalu terulang.

Aku keluar dan melanjutkan perjalanan yang sudah didepan mata akan sampai.

"Terima kasih banyak, pak" ucapku tulus pada sopir taxi yang mengantarku. Sembari ku bayar ongkos menggunakan uang cash yang baru ku tarik tunai tadi.

Dan disinilah aku sekarang. Di kontrakan yang minimalis sesuai dengan budgetku yang ekonomis.

Syukurnya memang ada satu rumah yang sudah ku booking malam tadi.

Berkat penawaran di internet, aku langsung menelpon nomor tujuan dan mengajukan diri untuk menempati rumah ini. *"Zaman sekarang memang praktis. Yang penting ada duit"* batinku.

Sekarang tinggal aku melanjutkan bagaimana hidupku disini. Baik atau tidaknya biar semesta yang menentukan.

Bersambung...

.

.

.

.

Hai !!! dukung karya baru aku ya.

dengan cara di baca, Like, komen dan kalau punya poin lebih boleh kasi vote ke aku dong !!

jangan lupa kembali ke layar awal novel ini dan kasi dukungannya lewat bintang juga yah.

😘😘😘😘😘😘

ini karya pertama aku di noveltoon. dulunya sering buat cuma di file pribadi aja.

kritik dan sarannya aku tunggu lho! yang mendukung dan jangan menjatuhkan.

terimakasih.....

Terpopuler

Comments

meimei

meimei

hidup baru ...mulaaaai....

2022-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 - Sadar -
2 - Bertemu Nico -
3 - Alibi Gia -
4 - Masa Itu -
5 - Pergi -
6 - Lyra -
7 - Semangat dan Mimpi -
8 - Erick Darell Ravendra -
9 - Usaha Gia -
10 - Keadaan tanpa Gia -
11 - Pertemuan tak Terduga -
12 - Perkenalan pertama kali -
13 - Kejadian Tak terduga -
14 - Kedatangan Tamu Special -
15 - Pertemuan berujung bencana -
16 - Antara Erick dan Arga -
17 - Penjelasan -
18 - Kepulangan Erick-
19 - Teman Baru -
20 - Sekilas tentang Arga -
21 - Restu dan Sebuah Pesan Baru -
22 - Rekan Bisnis -
23 - Bersama Arga -
24 - Kenyataan Pahit -
25 - Kedatangan Erick -
26 - Pulang -
27 - Menuju Rumah Calon Mertua -
28 - Hari yang sama ditempat berbeda -
29 - Seperti Mimpi -
30 - Galau dan Perkara Hutang -
31 - Visual -
32 - Kembali lagi -
33 - Percakapan Kakak dan Adik -
34 - Menghilangnya Gia -
35 - Mencari Gia -
36 - Menemui Nico -
37 - Perasaan Mikha -
38 - Cemas -
39 - Figura Foto -
40 - Curhat -
41 - Menuju Hari H -
42 - The Wedding -
43 - Selanjutnya -
44 - Malam Panjang -
45 - Serangan Kaget -
46 - Babak Baru -
47 - Aktifitas -
48 - Keputusan Arga -
49 - Duka dan Semangat -
50 - Cemburu -
51 - Bertemu kembali -
52 - Tidak Percaya Diri -
53 - Tertunda -
54 - Pindah -
55 - Tempat Tinggal Baru -
56 - Sakit -
57 PENGUMUMAN !!!
58 - Donor -
59 - Sulit Menang -
60 - Gugup -
61 - Pulang Kerumah -
62 - Makan Malam -
63 - Pesta -
64 - Canggung -
65 - Bersikap Baik-baik Saja -
66 - Setelah Dua Tahun -
67 - Clue -
68 - Berkumpul -
69 - Tanya? -
70 - Menuntut Penjelasan -
71 - Masa-masa Menyakitkan -
72 - Pembicaraan Konyol -
73 - Taxi Online -
74 - Marry Me? -
75 - Membereskan -
76 - Kerelaan Nico -
77 - Bertemu Mama Anna -
78 - Sebuah Pesan -
79 - Akhir -
80 Bonus Chapter
81 PROMO
Episodes

Updated 81 Episodes

1
- Sadar -
2
- Bertemu Nico -
3
- Alibi Gia -
4
- Masa Itu -
5
- Pergi -
6
- Lyra -
7
- Semangat dan Mimpi -
8
- Erick Darell Ravendra -
9
- Usaha Gia -
10
- Keadaan tanpa Gia -
11
- Pertemuan tak Terduga -
12
- Perkenalan pertama kali -
13
- Kejadian Tak terduga -
14
- Kedatangan Tamu Special -
15
- Pertemuan berujung bencana -
16
- Antara Erick dan Arga -
17
- Penjelasan -
18
- Kepulangan Erick-
19
- Teman Baru -
20
- Sekilas tentang Arga -
21
- Restu dan Sebuah Pesan Baru -
22
- Rekan Bisnis -
23
- Bersama Arga -
24
- Kenyataan Pahit -
25
- Kedatangan Erick -
26
- Pulang -
27
- Menuju Rumah Calon Mertua -
28
- Hari yang sama ditempat berbeda -
29
- Seperti Mimpi -
30
- Galau dan Perkara Hutang -
31
- Visual -
32
- Kembali lagi -
33
- Percakapan Kakak dan Adik -
34
- Menghilangnya Gia -
35
- Mencari Gia -
36
- Menemui Nico -
37
- Perasaan Mikha -
38
- Cemas -
39
- Figura Foto -
40
- Curhat -
41
- Menuju Hari H -
42
- The Wedding -
43
- Selanjutnya -
44
- Malam Panjang -
45
- Serangan Kaget -
46
- Babak Baru -
47
- Aktifitas -
48
- Keputusan Arga -
49
- Duka dan Semangat -
50
- Cemburu -
51
- Bertemu kembali -
52
- Tidak Percaya Diri -
53
- Tertunda -
54
- Pindah -
55
- Tempat Tinggal Baru -
56
- Sakit -
57
PENGUMUMAN !!!
58
- Donor -
59
- Sulit Menang -
60
- Gugup -
61
- Pulang Kerumah -
62
- Makan Malam -
63
- Pesta -
64
- Canggung -
65
- Bersikap Baik-baik Saja -
66
- Setelah Dua Tahun -
67
- Clue -
68
- Berkumpul -
69
- Tanya? -
70
- Menuntut Penjelasan -
71
- Masa-masa Menyakitkan -
72
- Pembicaraan Konyol -
73
- Taxi Online -
74
- Marry Me? -
75
- Membereskan -
76
- Kerelaan Nico -
77
- Bertemu Mama Anna -
78
- Sebuah Pesan -
79
- Akhir -
80
Bonus Chapter
81
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!