KESALAHAN FATAL

Kinan sama sekali tidak bernafsu untuk sarapan. Nasi goreng diatas piring hanya diaduk-aduk dengan geram dari tadi. Nenek, Shan dan Kak Bima hanya melihatnya dengan wajah bingung. Matanya berulang kali menyipit dan giginya menggigit gemas.

“Aaaaaahhhhhhhh!!!!!!! Aku tidak mau bekerja. Boss baru itu menyiksaku. Membuatku malu. Kalau dia bukan CEO, pasti sudah ku hajar”

Kinan berteriak dengan keras di meja makan. Yang lain hanya bisa menutup telinga karena pekikan Kinan mendengungkan gendang telinga.

“Sabarlah! Mungkin kopimu memang tidak enak, hingga kau harus mengulangnya sampai 18 kali”

Nenek mencoba menenangkan cucu perempuannya itu. Shan mengangguk membenarkan kata-kata Nenek. Sedang Bima hanya tertawa dengan keras.

“Tidak ada yang lucu untuk ditertawakan Kak! Seumur hidup, selama bertahun-tahun aku membuat kopi, baru kali ini aku mengulanginya hingga delapan belas kali. DELAPAN BELAS KALI. Ini penghinaan yang luar biasa.”

Kinan menancapkan garpu di meja dengan keras. Semua orang di meja makan melihat ekspresi berlebihan itu dengan gelengan kepala. Sarapan kali ini ditutup dengan amukan Kinan yang menyala-nyala.

Shan berjalan menuju sekolah dengan Ibunya. Masih tergambar jelas raut kemarahan di wajah Kinan. Shan merasa kondisi psikologi Ibunya yang seperti ini sangat berbahaya. Shan sangat mengerti sifat ibunya. Semakin Ibunya marah, dia akan semakin bertingkah konyol dan memalukan. Hari ini ketika Kinan mengantarnya ke sekolah, Shan berharap Ibunya tidak melakukan hal apapun yang diatas normal.

“Shan sayang, kau belajar yang rajin ya?” Pesan Kinan sambil berjongkok memeluk Shan sesampainya di depan gerbang sekolah.

“Ya Bu, sekarang lepaskan pelukanmu, aku punya reputasi di sekolah ini” bisik Shan ditelinga Kinan.

Kinan melepaskan pelukan dengan kerut di keningnya. Reputasi? Kinan berpikir beberapa saat. Siapa yang mengajarkan bahasa seperti itu?

“Oh, ya Tuhan! Anakku yang tampan ini ternyata punya banyak fans” pekik Kinan tanpa sadar.

Suaranya yang keras membuat beberapa anak yang masuk gerbang menoleh. Beberapa diantaranya tertawa kecil. Shan hanya menahan perasaan malu agar wajahnya tak semakin memerah.

“Baiklah, aku masuk. Ibu pergilah!”

Shan berlari menjauhi Ibunya dengan diiringi tawa teman-temannya. Langkahnya terhenti mendengar teriakan ibunya yang kedua

“Ken Shanju yang ganteng dan pintar, Semangat belajar ya! Ibu mencintaimu!”

Shan menoleh kebelakang, Kinan membentangkan tangannya keatas, membentuk pola hati. Shan menarik nafas panjang, Ia sudah mengira kalau Ibunya akan bertingkah seperti itu.

Aku tak pernah menjumpai orang tua lain berteriak seperti itu di depan gerbang sekolah. Kalau bukan Ibu, siapa lagi? Pikir Shan.

...***...

“APA???? Kau menumpahkan kopi di meja Pak Radit? Dan mengenai Laptopnya?”

Bang Miko terkejut mendengar cerita Kinan. Dan yang bercerita hanya bisa mengangguk dengan menahan tangis di pojok pantry.

“Bagaimana bisa? Aduh!! Tamat sudah riwayatmu Kinan”

“Bang, aku tadi tidak sengaja. Aku memegang cangkir terlalu miring. Laptop dan beberapa berkas yang ada di atas meja terkena kopi. Aku di marahi besar-besaran. Hingga beberapa karyawan melihat ke ruangan Boss. Akhirnya aku dapat Surat peringatan. Gara-gara aku, Pantry jadi kena marah”

Bang Miko menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Dalam hati dia tidak tega melihat Kinan yang menangis seperti itu. Namanya sudah buruk dimata Boss, dengan kejadian seperti ini akan semakin memperdalam kesan buruknya.

“Ya sudah. Lain kali kau harus berhati-hati. Boss kita tidak seperti dulu, kita tidak boleh lagi membuat kesalahan. Sedikitpun tidak. Dia sudah tidak suka dengan karyawan pantry sejak awal. Secara personal, dia memang sedang bersiap-siap menerkam kita.”

Beberapa orang di pantry mengangguk. Kinan yang merasa bersalah, meminta maaf kepada mereka satu persatu.

“Kinan, nanti sepulang kantor, kau bersihkan ruangan Boss. Tadi kulihat banyak orang keluar masuk ruangannya dan pot bunga yang ada disebelah lemari sebaiknya kau pindah, Boss bilang ia tidak suka ada bunga di ruangannya”

“Baik Bang!”

...***...

Pukul 17.30.

Semua karyawan sudah pulang. Kinan mematikan AC satu persatu. Mematikan lampu yang tidak perlu. Tidak ada yang lembur hari ini. Kantor begitu sepi kalau begini. Kadang Kinan merasa takut jika berjalan sendirian. Biasanya security akan mengecek lagi, namun sore ini sepertinya mereka belum berkeliling.

Terakhir yang belum ia lihat adalah ruangan Raditya. Malas juga untuk masuk ke ruangannya. Kinan membuka pintu, sepi. Sudah pulang rupanya. Ruangan ini sekarang sangat menyeramkan dan sangat dingin. Dulu waktu Pak Bastian yang disini, ruangan lebih terasa menyenangkan dan begitu hangat. Sekarang Kinan serasa lebih baik masuk ke sebuah pemakaman umum daripada ruangan CEO.

Kinan membersihkan kursi empuk berwarna hitam milik Boss. Seumur hidup belum pernah ia mendudukinya. Kinan melihat kiri kanan, tidak ada orang sama sekali, aku bisa mencoba duduk diatasnya, pikir Kinan.

Dalam imajinasinya, Kinan membayangkan jika ia yang menjadi Presdir dan Raditya yang menjadi OB. Akan lucu rasanya membayangkan wajah dingin dan congkak itu menjadi wajah ketakutan. Akan kusuruh dia membuat kopi dari pagi hingga sore. Hahaha…

Tidak berselang lama ia duduk di kursi Presdir, tiba-tiba terdengar suara orang membuka pintu. Panik, Kinan langsung bersembunyi di bawah meja.

Bodoh! Seharusnya aku berdiri saja. Tidak bersembunyi seperti ini. Kalau ditanya sedang apa, aku bisa menjawab sedang membersihkan ruangan. Aduh! Kenapa aku bodoh sekali hari ini?

Nuri dan Radit duduk di sofa panjang. Kinan bisa langsung bisa mengetahuinya dari suara mereka. Beberapa kali Nuri tertawa kecil.

“Kenapa kau mengajakku kembali ke kantor?”

“Kantor sudah sepi, semua karyawan sudah pulang. Bicara berdua seperti ini lebih terasa dekat, Radit! Rasanya seperti kembali mengulang masa lalu”

Wah! Bu Nuri memanggil Bos dengan hanya nama Radit. Mereka pasti sudah kenal dekat sebelumnya. Mengulang masa lalu??? Apa artinya?

Kinan mengintip dari celah kecil dibawah meja. Nuri dan Radit duduk sangat dekat sekali. Pikiran Kinan semakin tak tentu. Pasti ada sesuatu yang terjadi diantara mereka. Nuri semakin mendekat ke tubuh Radit. Sebenarnya Radit sedikit risih dengan sikap Nuri, ia takut ada yang melihat.

“Kenapa kau menghindar? Apa kau tidak merindukanku? Beberapa tahun di Amerika, kau tidak pernah menghubungiku. Keluarga kita sudah bicara serius tentang hubungan kita. Kalau kau menyukaiku, buktikan sekarang”

“Buktikan apa?”

Radit menyerngitkan dahi. Nuri memandangnya lekat-lekat sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Raditya.

“Jangan pura-pura lugu Radit. Cium aku!”

Radit terkejut. Kinan yang melihatnya pun hanya bisa melongo. Dia tak percaya kalau Bu Nuri, Manajer keuangan yang cantik dan sangat berkelas mengucapkan kata-kata seperti itu. Beberapa kali di dekati karyawan laki-laki dibalasnya dengan dingin. Saat ini, dengan Radit, dia bertekuk lutut minta dicium.

Murahan sekali dia ternyata, tapi bisa kupahami, siapa yang tidak ingin mendekati CEO tampan seperti Boss, gumam Kinan.

“Tapi…..” Radit belum selesai bicara tapi wajah Nuri sudah semakin mendekat. Belum sempat terjadi apa-apa, tiba-tiba terdengar suara ajaib dari dalam ruangan.

tuuuuuuuuuutttt

“Kau kentut ya?” Tanya Radit sambil menahan badan Nuri yang sedikit condong kearahnya.

“Tidak! Mana mungkin?” Nuri menarik diri dengan kesal. Gagal usahanya untuk dapat ciuman Raditya.

Kinan menggigit kepalan tangannya, keringat dingin menetes membasahi dahinya. Kenapa kentutmu keras sekali ketika pertunjukan akan dimulai? Dasar bodoh! Ini pasti ketahuan. Mati aku!

"Lalu darimana suara itu?" ujar Radit penasaran.

Radit lalu menghampiri meja. Sumber suara ajaib itu pasti berasal dari sini. Radit melihat kolong meja dan terkejut ketika mendapati Kinan mendongakkan kepala sembari tersenyum kearahnya. Radit hanya diam. Nuri yang menyusul dibelakangnya terkejut bukan main.

“Kau..kau..kenapa ada disini? Kau mencoba mengintip kami?” Tanya Nuri dengan suara meninggi. Kinan yang terpergok bersembunyi hanya bisa tersenyum sambil berdiri perlahan.

“Maaf Boss, Maaf Bu Nuri, saya tadi hanya membersihkan ruangan. Tapi..tapi..tapi saya tidak melihat apa-apa. Sungguh. Saya hanya membersihkan debu dibawah meja. Ini buktinya!” Kinan menunjukkan telapak tangannya yang kotor menghitam karena debu.

Nuri mendesis geram. Kinan yang melihat ekspresi seperti itu memilih untuk kabur sambil terus membungkuk meminta maaf. Radit masih membisu melihat Kinan. Sikap dingin seperti itu sangat sulit diartikan. Dalam hati, Kinan mencoba untuk menguatkan diri.

Tenang Kinan, besok pasti tidak akan terjadi apa-apa? Kau tidak akan dipecat. Tenang …tenang….tenang…

...***...

Esok harinya,

“Huaaaaaa….AKU DIPECAT!!”

Kinan menangis sejadi-jadinya. Seisi Pantry ikut panik. Bang Miko mengambilkannya air putih. Beberapa OB menatap dengan iba. Seperti sudah diprediksikan sebelumnya. Boss baru tidak suka dengan Kinan.

“Tadi bagian HRD memanggilku lalu memberiku uang 3 kali gaji, aku bertanya untuk apa, dan mereka bilang aku diberhentikan. Mereka tidak memberikan alasan kenapa, hanya saja mereka bilang kinerjaku sangat tidak disukai Boss”

“Ini sungguh keterlaluan. Alasan pemecatan mu sangat tidak masuk akal. Kita benar-benar ditindas” Bang Miko berteriak lantang seperti orator demonstrasi. Kinan dan yang lainnya mengangguk dengan mantap.

“Harus ada yang berani menentang ketidakadilan ini. Ini negara demokrasi, Bung! Rakyat kecil seperti kita juga punya hak untuk merdeka” Bang Miko mengepalkan tangan dengan pandangan yang berapi-api. Seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuh.

Kinan yang sempat putus asa, kembali menenggak seteguk semangat yang dibawa teman-temannya. Ini baru namanya solidaritas.

“Lalu apa yang bisa kita lakukan Bang Mik?” Tanya seorang OB. Semua orang menunggu jawaban dari Bang Miko dengan bersungguh-sungguh. Bang Miko melihat mereka satu-persatu. Tangannya yang mengepal itu lalu terjatuh lesu.

“Aku juga tidak tahu, bisa-bisa kita juga dipecat masal sama Boss”

“Yah…!” Seisi pantry mendesah lemas. Kinan kembali tertunduk lesu. Mati sudah harapannya. Semangat Bang Miko yang berapi-api padam dengan sendirinya.

“Baiklah sampai disini, aku minta maaf pada kalian semua jika ketika aku disini banyak sekali merepotkan. Aku juga berterima kasih atas segala perhatian kalian semua. Di pantry ini, seperti hidup dalam keluarga yang menyenangkan. Tapi aku harus pergi, dan kalian tidak perlu sedih atas kepergian ku. Meskipun hanya seorang pesuruh, aku akan tetap mendongakkan kepala keluar dengan harga diri.”

Bang Miko menangis ketika Kinan mengambil tas dari loker. Badannya yang besar itu ternyata masih punya hati untuk mengeluarkan air mata. Kinan memeluknya dengan erat. Bahkan Kak Bima pun tidak pernah menangisi ku, ucap Kinan dalam hati.

Dengan segenap kekuatan hati yang tersisa, Kinan memberanikan diri menemui Raditya. Kinan harus membuat klarifikasi. Kinan harus bertemu dengan Radit untuk yang terakhir kalinya.

...***...

Setelah melihat Kinan masuk ruangannya, ekspresi pertama yang diperlihatkan Raditya adalah menyerngitkan dahi. Kinan duduk di kursi tepat di depan meja Radit. Ia lalu mengambil cangkir kopi Radit dan meminum kopinya sampai habis. Kinan lalu melihat bosnya dengan sinis.

Apa yang dilakukan wanita ini? ada apa dengannya?

Raditya masih terdiam menunggu apa yang akan dikatakan oleh Kinan. Wanita berambut panjang itu hanya duduk diam di depan meja Raditya dengan tatapan mengerikan. Namun Radit masih santai melihatnya.

“Aku mengerti kau punya 100% hak untuk memecat ku seperti ini. Tapi aku tidak pernah bisa mengerti bagaimana cara berpikir mu. Apa hanya gara-gara aku memergoki kalian berduaan kemarin, lantas dengan seenaknya kau memecat ku? Kau sangat tidak professional.”

Kening Radit kembali mengerut. Kinan menggebrak meja lalu berdiri dengan congkak. Telunjuk tangannya mengarah lurus ke arah hidung Radit.

“Kenapa kau tak memecat dirimu sendiri sebelum memecat ku, Raditya Abhimanyu?”

“Siapa yang memecat mu? Dan kenapa aku memecat harus diriku sendiri?” Raditya nampaknya masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.

Kinan mencondongkan badan dan menarik kerah baju Raditya. Raditya hanya bisa terdiam melihat Kinan dengan penuh tanda tanya. Wanita ini semakin aneh, pikirnya. Gayanya sok preman kampung yang menakuti anak kecil.

Dengan sedikit memicingkan mata, Kinan bicara dengan pelan, “Kau bilang tidak ada yang boleh mempunyai hubungan khusus di kantormu. Dan apa yang kau lakukan dengan Bu Nuri kemarin sungguh tidak sesuai dengan omongan mu sendiri. Kalau aku tidak kentut, kalian pasti sudah melakukan hal tidak senonoh didalam kantor”

Radit tersenyum geli mendengarnya. Dia teringat suara kentut Kinan yang menggelikan.

Pintu tiba-tiba terbuka. Dengan masih dalam posisi yang sama, mereka menoleh ke arah pintu. Nuri yang terkejut melihat apa yang dilihatnya spontan berteriak dengan keras,

“SECURITY!!!!!!”

...***...

Terpopuler

Comments

Siti Nurmila

Siti Nurmila

yg mecat nuri mngkin

2023-02-17

1

Sawiru

Sawiru

wkwkw... 😆

2023-01-30

1

Azzahro shofiya Ramadhani

Azzahro shofiya Ramadhani

🤣🤣🤣bikin ngakak mlem2 aja si othor...

2023-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!