KINAN DAN RADIT

KINAN DAN RADIT

CEO BARU

Pagi ini begitu dingin. Hujan baru saja reda setelah hampir semalaman turun tanpa henti. Kinan telah terbangun sejak ayam jago pertama berkokok. Hari ini dia harus berangkat pagi-pagi karena akan ada acara besar di kantornya. Sebagai seorang office girl, hari ini pasti tugasnya yang paling berat. Membersihkan ini itu, disuruh kemana-mana, membuatkan minuman, apalagi nanti pasti akan ada banyak tamu.

Hari ini ada pergantian kepemimpinan perusahaan. Pak Bastian Abhimanyu, Presdir yang sekarang, akan berhenti dan digantikan oleh anaknya. Sebenarnya Kinan agak kecewa ditinggal pergi orang tua itu. Selama ini ia sering dapat bonus dari Pak Bastian. Hal itu karena Pak Bastian selalu memuji kopi buatan Kinan. Kinan berharap semoga anaknya juga sama baiknya.

“Sampai kapan kau akan tidur Shanju? Ini hari senin, nanti akan ada upacara bendera. Kau mau kena hukuman? Ibu tidak akan ke sekolahmu kalau surat teguran dari guru kelasmu datang lagi”

Kinan berteriak dari dapur. Beberapa orang terlihat keluar dari kamar dengan wajah sebal.

“Kamar Shan di lantai atas, kau di dapur, apa tidak bisa kau bangunkan dia dengan tidak teriak-teriak seperti itu? Suaramu lebih keras dari speaker masjid. Nenek ini sudah tua, jantungku sering sakit kalau terkejut.”

Seorang wanita tua menggerutu menghampiri Kinan. Tercium khas bau minyak kayu putih. Kinan hanya tersenyum melihat nenek yang sedang mengambil air putih.

“Rumah kita kan tidak luas Nek, berteriak sedikit saja terdengarnya seperti keras sekali. Lagipula, Shan dan Kak Bima tidak akan bangun kalau aku tidak teriak-teriak seperti itu, mana mereka? lama sekali turunnya?”

Kinan melirik kearah tangga. Sarapan sudah terhidang sederhana di atas meja makan. Tapi anak dan kakaknya belum juga terlihat keluar dari persembunyian. Membangunkan laki-laki memang lebih sulit daripada membangunkan harimau tidur.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya keluar juga yang ditunggu-tunggu. Seorang laki-laki berusia 35 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun. Alis Kinan terangkat melihat wajah mereka. Kenapa semua terlihat begitu kesal?

“Suara Ibu lebih keras dari bel sekolah” Kata Shanju sesaat setelah duduk di ruang makan. Kinan memonyongkan bibirnya. Ini bukan pertama kalinya dia diprotes karena suaranya, tapi tetap saja sebal rasanya jika terus dikatai seperti itu. Tadi Nenek, terus Shanju setelah ini pasti Bima.

“Kau mau bilang suaraku lebih keras dari klakson truk mu, Kak?” Tanya Kinan kepada Bima yang sedang menyuapkan nasi ke mulutnya. Dengan mulut yang masih mengecap dia menjawab, “Itu kau tahu, kenapa masih bertanya?”

Kinan mendesis sebal. Suara keras adalah sebuah anugerah. Paling tidak, seisi rumah tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli jam beker. Penghematan adalah hal yang paling utama di rumah ini.

Kinan melirik jam tangannya yang usang, pukul 06.00. Dia harus segera berangkat. Hari ini hari senin, bus kota pasti akan penuh kalau tidak berangkat pagi-pagi.

“Kak, kau antar Shan pergi sekolah ya? Aku harus berangkat sekarang. Nanti akan ada acara di kantor, jadi aku harus sampai pagi-pagi sekali”.

Wajah Kinan terlihat memelas memohon pada kakaknya. Bima hanya mengangguk tanpa melihat. Percuma rasanya Kinan berekspresi seperti itu. hishh..

“Shan sayang, Ibu berangkat dulu ya? Jangan lupa bawa bekalmu hari ini!” Kinan mencium pipi Shan sebelum menyambar tas dan pergi dengan terburu-buru.

“Kalau telat seperti itu, dia pasti lupa berpamitan denganku” Nenek menggerutu. Bima dan Shanju melihat Nenek dengan ekspresi yang sama. Menahan tawa.

...***...

Setengah jam lagi acara akan dimulai. Semua karyawan sudah berkumpul di Hall utama. Pegawai bagian belakang seperti Kinan juga ikut di dalamnya. Bukan untuk penyambutan atau ikut makan-makan tapi harus siap-siap jika ada perintah untuk ini-itu. Semua karyawan terlihat tegang. Kinan pun heran melihatnya, ada pergantian kepemimpinan bukannya disambut dengan bahagia tapi semua wajah berekspresi gugup.

“Bang, aku lihat semua pegawai tegang sekali. Memangnya ada apa? Nanti tidak akan ada PHK kan?” tanya Kinan penasaran. Bang Miko melihat Kinan serius. Lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.

“Katanya, anak Pak Bastian itu sangat tidak ramah.”

“Oh begitu.”

Kinan menganggukkan kepala. Tidak semua buah jatuh dekat dengan pohonnya ternyata. Kinan masih penasaran dengan wajah Presdir yang baru. Kalau Pak Bastian ganteng seperti itu, seharusnya anaknya juga lebih menawan.

“Miko..Jatmiko!! Sini sebentar!” seorang karyawan memanggil Bang Miko. Bang miko segera berlari kecil, meninggalkan Kinan yang celingukan sendiri.

Sepertinya akan segera dimulai. Beberapa petugas keamanan tampak mulai banyak berjaga-jaga mengelilingi ruangan. Di sudut ruangan tampak Pak Bastian datang dengan seorang laki-laki muda. Seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuh. Kinan sedikit berjinjit untuk bisa melihat ke depan. Maklum, dia pasti ada di belakang kerumunan karyawan.

Pak Bastian mulai berpidato. Semua diam mendengarkan dengan seksama. Bang Miko telah kembali disamping Kinan. Bang Miko adalah Office Boy senior di kantor ini. Dia adalah orang yang sangat ramah dan lucu sekali. Pertama kali Kinan bekerja di kantor ini, Bang Miko lah yang sering bergaul dengannya.

“Sebenarnya ini adalah saat paling berat bagi saya. Meninggalkan kantor ini berarti meninggalkan kalian semua. Saya pasti akan merindukan saat-saat seperti sekarang. Hanya saja di usia ini, tidak mungkin bagi saya untuk tetap memimpin kalian. Harus ada orang baru yang melanjutkannya. Dan saya mempercayakan anak saya, Raditya Abhimanyu, untuk menggantikan saya yang sudah tua bangka ini.”

Orang-orang tertawa. Pak Bastian lalu memeluk anaknya diiringi tepuk tangan riuh semua karyawan. Sesi selanjutnya adalah makan siang bersama.

...***...

Pukul 05.00 sore.

Kinan dan semua office boy (OB) dan office girl (OG) berkumpul di pantry. Ini lah tempat mereka biasanya melepas lelah. Seharian membersihkan seisi gedung sangat melelahkan. Untung hari ini petugas Catering makanan mau ikut membantu mereka membersihkan Hall. Sebenarnya jam pulang sudah lewat 1 jam yang lalu, tapi karena hari ini banyak sekali pekerjaan, semua orang baru bisa berkemas sekarang.

Di sudut Pantry tampak ada sepasang OB dan OG yang duduk bersama sambil tertawa kecil. Si wanita adalah OG baru disini. Dia baru satu bulan masuk kerja. Sepertinya mereka saling suka. Akhir-akhir ini Kinan sering memergoki mereka berduaan di pantry. Melihat hal seperti itu, membuat hati Kinan miris. Lama sudah dia tidak merasakan perasaan seperti mereka. Mana ada yang mau dengan single parent miskin seperti dia? Pikir Kinan setiap melihat orang berpacaran.

Pintu pantry tiba-tiba terbuka dengan keras hingga membuat semua orang terkejut. Seorang laki-laki berpakaian rapi masuk dengan wajah dingin hingga seisi ruangan lupa memberi salam. CEO baru itu lalu berjalan mengelilingi pantry. Matanya meneliti semua sudut ruangan. Beberapa kali menggesekkan telapak tangannya di meja lalu menggelengkan kepala. Perasaan Kinan berkata seperti akan ada sesuatu yang tidak baik terjadi.

“Siapa kepala Pantry nya?” Suara rendah itu terdengar seperti akan menghakimi seseorang.

Bang Miko maju selangkah dengan gemetar. Suaranya terdengar parau.

“Sa..saya Pak!”

CEO baru itu menyerngitkan kening, “Pak?? Panggil saya Boss! Saya bukan bapak-bapak.”

Bang Miko mengangguk dengan masih dalam posisi agak membungkuk. Kinan yang melihat hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja. Ia bahkan masih belum berani menatap wajah bos baru itu.

“Pantry ini masih kotor. Saya paling benci dengan kotor. Jadi saya tidak mau ada debu yang menempel di kantor saya. Kalian yang ada disini harus bertanggung jawab atas kebersihan kantor ini”

"Baik Boss" jawab seisi pantry serempak.

CEO baru itu mulai melangkahkan kaki menuju pintu. Seisi ruangan masih membisu.

“Oh ya, kalian berdua yang ada di sudut ruangan, saya tidak suka ada hubungan khusus di kantor saya. Kalau kalian pacaran, salah satu harus keluar atau akan saya pecat dua-duanya”

Boss meninggalkan pantry. Semua orang menghela nafas lega. Satu sama lain saling melihat. OG yang ada disudut ruangan mulai menangis. Kinan menghampirinya lalu memeluknya.

“Sudah tidak apa-apa. Boss hanya menakut-nakuti”

“Apa waktu sekolah di Amerika dulu, Boss tidak diajari sopan santun ya? Pertama kali masuk pantry tidak mengucapkan salam, malah marah-marah seperti itu. Kenapa sikapnya berbeda sekali dengan Pak Bastian?” gumam salah satu OB.

Seisi ruangan melihat Bang Miko yang dari tadi tertunduk lesu. “Sepertinya hari-hari kita akan semakin berat”.

...***...

Esok hari Kinan berangkat lebih pagi lagi. Boss baru yang cerewet itu ingin menata ulang beberapa ruangan. Bang Miko malah sudah ada di kantor sebelum yang lain datang. Seperti biasa, Kinan yang menyiapkan kopi untuk meja-meja pimpinan. Dia juga bertugas untuk membersihkan ruangan CEO.

Kinan benar-benar memeriksa ruangan Boss hingga beberapa kali. Memastikan tidak ada satupun debu yang menempel di meja, kursi, lemari, lukisan hingga sofa. AC sudah dinyalakan dan tirai dibuka. Jendela sudah dilap jernih hingga lalat pun tidak bisa membedakan ada kaca atau tidak. Ia pun telah mengelap setiap daun di setiap tanaman yang ada di ruangan. Sempurna. Semuanya sudah 100% siap.

Kinan duduk menyandarkan punggung di kursi pantry. Masih pagi dia sudah lelah sekali. Tadi malam Shan tidak bisa tidur hingga memaksanya untuk menemaninya sampai tertidur. Dan Shan baru tertidur pada pukul 11.00 malam, tepat pada buku cerita kelima yang dibaca Kinan. Sudah sebesar itu, sebenarnya Shan bisa membacanya sendiri. Tapi Shan tidak mau, katanya kalau dibaca sendiri, dia tidak bisa mengantuk.

Telepon pantry berdering. Kinan yang terkejut dengan cepat meraihnya. “Iya?” Mata Kinan membesar mendengar suara dari seberang. Giginya mengginggit bibir. Kenapa Boss memanggilnya? Jangan-jangan ada yang tidak beres. Dengan masih menyimpan rasa takut, Kinan dengan cepat menuju ruangan CEO.

Dengan mulut berkomat-kamit membaca doa, Kinan mengetuk pintu. Bu Sisca, sekretaris Boss, hanya bisa melihat Kinan dengan raut kasihan. Melihatnya yang berekspresi seperti itu, Kinan jadi semakin takut.

“Masuk!”

Suara berat dari dalam ruangan CEO membuat jantung Kinan berdegup kencang. Ditutupnya pintu dengan perlahan hingga tidak terdengar decit pintu. Boss melihat dingin Kinan yang berdiri kaku satu meter di depannya.

“Apa kau yang membuat kopi?” Kinan mengangguk dengan memberanikan diri melihat wajah Boss untuk pertama kali.

Kinan tertegun, lebih tepatnya terpesona. Lelaki yang sedang berdiri di hadapannya begitu tampan. Badannya tinggi dengan dada bidang yang tertutup indah kemeja mahal. Bau parfumnya tercium bahkan lebih dari 5 meter. Raut wajahnya begitu dingin, matanya menatap tajam namun Kinan bahkan tidak terintimidasi oleh itu. Ini adalah kali pertama dia melihat lelaki yang membuat hatinya berdegup kencang.

“Apa kantor kita tidak punya cukup uang untuk membeli gula? Kenapa kopinya begitu pahit?”

Kinan berhenti mengagumi kesempurnaan fisik Bosnya, ia beralih melihat secangkir kopi di depannya. Dengan tenang dia menjawab,

“Saya tidak tahu kalau Boss tidak suka kopi dengan sedikit gula. Dulu Pak Bastian suka kopi pahit dengan aroma kayu manis, saya kira selera Boss tidak berbeda jauh dengan Ayah Boss jadi…”

“Jadi kau pikir, hanya karena aku anaknya, kemudian aku punya selera yang sama?”

Kinan hanya diam tak menjawab. Ia hanya menunduk.

“Itu namanya kesimpulan yang bodoh.” Kinan melihat wajah Boss. Kali ini bukan dengan tatapan kagum namun sedikit marah. Selama bekerja hampir satu tahun, baru kali ini ada yang mengatainya seperti itu. Pak Bastian dulu tidak pernah memarahinya. Semua karyawan menyenangi kopi buatan Kinan. Boss baru ini, baru sehari bekerja sudah mengatainya bodoh. Dan hanya gara-gara secangkir kopi.

“Saya minta maaf Boss, akan saya ganti”

Kinan mengambil cangkir dan lalu pergi ke pantry. Sedikit dongkol karena diperlakukan seperti itu membuat konsentrasi Kinan terpecah. Di Pantry dia hanya menggerutu. Bang Miko mencoba meredamkan hatinya yang emosi.

“Sabar saja, turuti semua permintaannya. Kudengar, dia memang orang yang sangat sulit dimengerti. Bahkan Pak Bastian pun kewalahan menghadapi anaknya. Kau tahu, dia diminta untuk menjadi presdir perusahaan ini karena ia pewaris satu-satunya keluarga Abhimanyu.” Bang Miko tampak bersungguh-sungguh dengan bahan gosipnya.

Kinan kembali dengan secangkir kopi baru. Di depan meja Bu Sisca, dia berhenti.

“Ada Bu Nuri di dalam. Apa sebaiknya kau menunggu dulu sampai dia keluar?” kata Bu Sisca dengan mimik serius.

“Nanti saya dimarahi lagi gara-gara kelamaan bikin kopi. Saya masuk saja ya Bu?”

Bu Sisca mengangguk sambil mengepalkan tangan di depan dada. “Semangat!” ujarnya dengan sangat pelan. Kinan mengangguk dengan yakin.

Setelah mengetuk pintu, Kinan membukanya dengan perlahan. Mereka hanya melihat Kinan sekilas lalu kembali berbincang.

“Jadi sebenarnya kau tidak suka pindah kesini? Memangnya di Amerika ada apa sampai kau tidak rela meninggalkannya?”

Nuri tersenyum melihat Radit yang sibuk dengan laptop. Kelihatannya mereka akrab sekali. Boss memalingkan wajahnya, melihat Kinan yang menaruh cangkir di mejanya.

“Bu Nuri mau kopi juga?”

Nuri menggeleng datar. Matanya masih tertuju pada wajah Radit. Karena merasa kehadirannya tidak diharapkan, Kinan bergegas keluar dari ruangan.

“Heh Bodoh, sini..sini!”

Kinan menghentikan langkahnya. Bodoh??? Apa maksudnya itu aku?

“Kalaupun aku bilang, aku tidak suka kopi pahit, bukan berarti aku bisa minum kopi semanis ini. Buatlah lagi!”

Boss menaruh cangkir dengan sedikit kasar.

“Apa kau tidak mencicipinya terlebih dahulu, Kinan?” Tanya Nuri ikut menimpali. Kinan hanya diam menahan kesal di hatinya.

Haisssh!

“Maaf Boss, saya akan menggantinya”

Dan Kinan mengucapkan kalimat itu berulang kali di hadapan Radit. Hingga cangkir kedelapan belas, Radit masih saja terus mengucapkan kata, Buatlah lagi!. Dari pagi hingga siang, dia hanya menghabiskan waktu untuk membuat kopi.

...***...

Terpopuler

Comments

Azzahro shofiya Ramadhani

Azzahro shofiya Ramadhani

🤣🤣🤣bawain gula ma kopiy aja...biar sruh bkin sndiri

2023-01-26

1

Siti Fatimah

Siti Fatimah

kalo aku jadi Kinan ku kasi borak kopinya ato obat pencahar biar mules tuh perut🤣🤣

2022-12-31

2

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

astaga... wkwkwk

2022-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!