Vina bangun dengan keadaan mata yang mengantuk. Tetapi Vina tetap harus bangun. Dia tidak mungkin mengecewakan pelanggan yang selama ini telah setia memesan semua jenis makanan kepada Vina. Vina langsung duduk dan menyuci mukanya di kamar mandi.
Vina kemudian mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajud. Selesai sholat Vina menuju kamar Maya. Dia membangunkan Maya untuk mulai bekerja.
"May aku ngaduk kue bolu, kamu bikin unti untuk kue dadar ya."
"Oke sip"
Mereka berdua sibuk bekerja, hilir mudik menyiapkan semua bahan untuk dimasak. Hari ini Vina mendapat orderan lima loyang kue bolu pandan serta sepuluh nampah makanan jajanan pasar. Mereka super sibuk, tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah enam. Vina dan Maya berhenti bekerja sebentar untuk menunaikan sholat subuh. Selepas sholat mereka melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Vin nggak kantor?" tanya Maya kepada Vina
"Gue udah izin untuk hari ini May, mau masuk siang. Pekerjaan banyak banget nanti loe susah sendirian."
"Oh. Sip kalau gitu"
Mereka kembali berkutat dengan bahan bahan yang sudah ada di atas meja itu. Vina dan Maya bekerja dengan penuh suka cita. Mereka berdua memang suka memasak, apapun jenis masakan mereka tidak merasa terbebani. Tak terasa semua masakan sudah siap mereka buat. Vina kemudian menyusun makanan jajanan pasar di tampah tampah yang ada. Pesanan hari ini tidak diantar, tetapi dijemput oleh yang memesan. Selesai menata makanan di tampah, Vina langsung bersiap siap menuju kantor. Vina tetap membawa menu makan siang untuk teman teman bagiannya.
Vina sampai di kantor tepat pukul dua belas siang. Vina langsung menata menu makan siang di atas meja makan. Menu makan siang kali ini adalah cumi masak kecap, sambal lado cangkuak ditambah kerupuk udang, untuk sayur irisan mentimun.
Iwan dan Ifan yang baru pulang dari dinas luar langsung masuk dan menuju kemeja makan. Mereka langsung senyum melihat makanan yang terhidang.
"Vin, ini sambal apa?" kata Iwan.
"Sambal lado cangkuak bang. Ini makanan yang sangat lezat berasal dari daerah Padang." kata Vina.
"Ooo. Boleh makan neh?"
"Udah bang. Panggil bang Danu lagi bang, biar kita makan siang lagi." kata Vina
Iwan kemudian memanggil Danu ke ruangannya. Danu terlihat sedang menyenderkan kepalanyanke meja kerja. Iwan kemudian masuk.
"Dan. Danu" panggil Iwan. Tapi tidak ada jawaban. Iwan langsung menuju meja Danu. Iwan menggoyang Danu. Tapi Danu diam saja.
"Ifan" teriak Iwan dari dalam ruangan Danu.
Ifan dan Gina yang mendengar teriakan dari ruangan Danu langsung saja berlari kedalam.
"Ada apa bang?" tanya Ifan.
"Danu pingsan. Ayok angkat ke klinik perusahaan." kata Iwan.
Mereka berdua menggendong Danu. Vina menyusul dari belakang dengan berjalan cepat. Mereka bertiga sampai di klinik perusahaan. Dokter kemudian memeriksa Danu yang masih belum sadar.
"Bagaimana dok?" kata Iwan.
"Kita tunggu lima menit lagi, kalau masih belum sadar akan kita oper ke rumah sakit besar." kata dokter.
Setelah menunggu lima menit tidak ada tanda tanda Danu akan sadar. Akhirnya Danu dioper kerumah sakit besar. Sesuai keputusan dokter yang menanganinya.
"Vib, kamu yang menemani Danu. Kami berdua akan rapat dengan direktur. Membahas tentang rancangan kafe kemaren." Iwan memberikan intruksi kepada Vina.
"Oke bang. Tapi kalian berdua makan dulu ya. Masih sempat kok untuk makan siang."
"Kamu bagaimana? Aku tadi udah makan berat bang. Nanti aku beli aja di kantin rumah sakit, kalau lapar. Kalau masih ada lebihnya seperti biasa aja. Biar di bawa Irfan atau dibawa ke rumah sakit untuk bekal menunggui Pak Danu."
"Oke Vin. Kamu baik baik ya. Kalau ada apa apa hubungi aku kalau nggak Irfan."
"Siap bang. Kalian juga semangat presentasinya. Semiga berhasil" kata Vina menyemangati kedua teman defisinya itu.
Danu kemudian dibawa memakai ambulance menuju rumah sakit besar. Danu masih belum sadarkan diri. Vina mulai cemas.
"Sebenarnya Pak Danu sakit apa ya sus?"
"Kata dokter tadi asam lambungnya naik. Tapi dokter juga curiga dengan usus buntu Pak Danu sepertinya juga vermasalah." jawab suster.
Vina kemudian mengangguk. Vina berdoa di dalam hatinya semoga Danu tidak mengalami penyakit yang mematikan. Vina berdoa dengan bersungguh sungguh untuk orang yang dicintainya itu. Vina masih mencintai Danu dalam diamnya. Vina masih belum mampu mengungkapkan rasa cintanya kepada Danu.
Mobil ambulance sampai di parkiran depan IGD. Suster dibantu dengan suster dari IGD mendorong brangkar Danu masuk kedalam ruang IGD untuk pemeriksaan pertama.
"Keluarga pasien Danu" panggil suster.
"Yup saya suster." jawab Vina.
"Silahkan ibuk urus dulu administrasinya ibuk." kata Suster.
Vina kemudian menuju bagian administrasi untuk mengurus administrasi Danu.
"Permisi ibuk, saya keluarga dari pasien bernama Danu Atmaja" kata Vina.
"Ada kartu jaminan kesehatannya buk?"
"Maaf Ibuk saya bukan keluarga dekat, saya adalah staff beliau di kantor."
"Begini aja Ibuk. Lebih baik ibuk menghubungi keluarganya dahulu untuk mengantarkan kartu jaminan kesehatan pak Danu" kata suster bagian administrasi.
Vina pun teringat dengan dompet Danu. Vina kembali ke IGD. vina merogoh saku Danu yang terdapat dompet di sana. Vina kemudian membawa domoet Danu menuju bagian administrasi.
"Ini mbak kartu jaminan kesehatannya dan KTP Pak Danu." Vina memberikan semua jenis kartu yang diminata oleh bagian administrasi.
Suster dibagian itu langsung saja mengimput nama Danu. Susterpun memberikan administrasi untuk rawat inap Danu. Vina yang sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan oleh orang bagian IGD langsung kembali kesana.
"Sus, ini." kata Vina sambil menyerahkan semua yang dibawanya dari bagian administrasi.
"Ibuk, silahkan ambil obat di apotek lantai tiga ya ibuj." kata suster.
Vinapun melangkahkah kakinya menuju apotek lantai tiga. Vina menyerahkan resep dari dokter. Setelah dapat Vina kembali ke IGD menyerahkan semua obat.
Dokter dan Suster yang menerima obat dari Vina langsung saja memilahnya sesuai kebutuhan. Seorabg suster menuju kearah Danu dan menyuntikkan cairan berwarna kuning kedalam selang infus yabg tertancap di punggung tangan Danu.
Setelah semuanya siap dokter dan beberapa orang suster mengantarkan Danu keruangan tempat rawatnya. Vina mengikuti dari belakang. Setelah sampai di kamar rawat inap, Danu dipindahkan ke kasur tempatnya beristirahat.
"Dokter, bagaimana keadaan boss saya dok?"
"Begini Nona. Bos nona dalam keadaan yang kurang baik. Usus buntunya meradang. Penyakit ini harus kita operasi besok pagi. Jadi saya harap nanti Nona akan menandatangani tindakan operasi."
"Baiklah dokter, saya akn menghubungi adiknya bos saya untuk menandatangani surat izin operasinya."
"Satulagi Nona. Pasien harus puasa mulai dari jam dua pagi. Karena tindakan akan dilakukan jam sembilan pagi"
"Baiklah dok. Nanti akan saya sampaikan kepada yang akan menunggui pak Danu."
Dokter kembali menuju ruangannya. Sedangkan Vina masuk kedalam ruang rawat Danu. Vina kemudian merogoh ponselnya.
✉️ Vina
Bang cepat kemari ya. Aku mau pulang.
✉️ Iwan
Udah dalam perjalanann kesana Vin. Motor kamu udah kami antar ke kontrakan.
✉️ Vina
Terus aku lulang pakai apa bang?
✉️ Iwan
Diantar Irfan. Sekalian kamu bungkusin kami untuk makan malam.
Iwan dan Irfan datang setengah jam kemudian. Danu masih terlelap dalam tidurnya. Sebenarnya tadi Danu sudah sempat sadar, tetapi karena hanya melihat Vina saja diruangannya Danu memilih untuk kembali tidur. Danu tidak tau akan berbicara apa dengan Vina.
Terdengar bunyi pintu terbuka. Vina yang terlelap di sofa langsung terbangun. Vina yang beranjak akan membuka pintu langsung duduk kembali saat melihat siapa yang datang.
"Gimana Vin dengan sakit Danu?" kata Iwan.
"Dokter bilang sakit usus buntu. Besok dioperasi jam sembilan. Pak Danu disuruh puasa dari jam dua pagi nanti." Vina menyampaikan apa yang dipesankan oleh dokter.
"Satu lagi bang. Abang harus menandatangani surat operasi Pak Danu."
"Oke. Nanti akan abang urus."
"Bang aku pulang duluan ya. Ifan yang ngantarkan?"
"Yup"
Vina dan Irfan keluar dari ruang rawat Danu. Mereka berdua menuju ke kontrakan Vina. Vina tadi sudah menelpon Maya untuk menyiapkan rantang untuk dibawa Ifan pulang ke rumah sakit. Sesampainya di rumah Vina, Maya sudah menenteng satu rantang yang disusun atas empat rantang. Ifan kemudian kembali melaju ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments