Hari hari Vina dilalui dengan berbagai macam kegiatan, semakin hari pasanan kuenya semakin ramai. Vina sampai membawa salah seorang temannya untuk membantu. Temannya yang bernama Maya hanya sebatas memanggang kue dan mengantarkan ke rumah pemesan, sedangkan menghias dan mengaduk adonan masihbtetap Vina, makanya rasa kuenya tetap sama. Sedangkan untuk masakanan, semua karyawan di divisi perencanaan semua memesan makan siang kepada Vina. Vina selalu membuat masakan dengan sangat lezat dan variatif.
"May, hari ini antar semua kue itu ke pemesan ya. Setelah itu loe bersihkan semua bumbu masakan yang sudah gue siapkan di meja dapur, karena besok ada pesanan soto madura. Rencana nanti setelah pulang kantor akan gue masak semuanya."
"Siap Vin." Maya seperti memberikan hormat kepada Vina.
"Alah santai aja. Loe kira gue jendral."
"Hahahahahahaha. Sana jalan loe nanti telat."
Vina kemudian membawa semua bekalnya ke kantor. Vina tidak malu walaupun banyak yang mengejeknya di kantor. Bagi Vina yang terpenting apa yang dikerjakannya adalah halal, maka apapun kata orang itumah lewat. Vina akhirnya sampai di tepi jalan tempat dia biasa menunggu angkutan umum, tiba-tiba sebuah mobil yang sudah dikenalnya berhenti.
"Masuk Vin."
Vina kemudian masuk kedalam mobil itu. Dia tidak mau berlama-lama takut ada omongan yang tidak enak nanti terdengar.
"Darimana pak Danu? Bukannya rumah pak Danu tidak searah kos saya?"
"Oooo, itu anu" Danu terlihat gugup tidak tau apa yang harus dikatakannya.
"Kenapa gugup gitu pak?"
"Anu Vin, tadi aku siap ngantar anak dulu ke sekolah, eeeee kemudian mobilku membawa aku ke arah rumah mu."
"Mana ada seperti itu. Bilang aja Bapak sengaja. Benerkan?" Vina menatap curiga kepada Danu, mana mungkin orang akan salah jalan berulang kali, sekarang alasan aneh pula yang dikemukakan Danu.
"Nggak juga sih Vin." Danu mengelak.
Vina kemudian diam dan fokus menatap jalanan, bagi Vina asal itu tidak memberatkan Danu dan juga tidak Vina yang meminta, itu tidak menjadi masalah. Vina akan satai selalu. Dalam hati Vina berkata sekaligus menghemat ongkos. Perjalanan yang memakan waktu hanya tiga puluh menit itu berakhir dengan cepat.
"Makasih pak, atas tumpangannya." Vina kemudian turun dari mobil Danu.
"Sama-sama." Danu kembali melajukan mobilnya dan memarkir mobilnya di tempat parkir khusus manager.
Vina sampai di ruangannya berbarengan dengan Danu.
"Cie sama lagi. Kali ini apa lagi alasannya Dan?" tanya Iwan salah satu teman Danu waktu kuliah.
"Mobil yang membawa pak Danu ke arah kos saya Bang." jawab Vina.
Semua yang mendengar jawaban Vina langsung tertawa. Mereka tidak menyangka Danu akan memberikan alasan klise seperti itu.
"Beneran itu alasannya Vin?" Iwan merasa tidak percaya.
"Beneran bang, untuk apa boong juga." Vina kemudian duduk di kursinya, sedangkan Danu masuk ke dalam ruangannya karena malu dengan alasan yang dibuatnya tadi kepada Vina.
Mereka semua bekerja dengan sangat serius tanpa ada percakapan yang berarti. Tak lama kemudian jam istirahat makan siang pun masuk.
"Vin, mana bekal kita?" kawa Irfan.
"Waduah tinggal di mobil Pak Danu, bang."
Tok tok tok
"Masuk." jawab Danu dari dalam.
"Pak, kata Vina tadi, bekal kita ketinggalan di mobil Bapak."
"Jemput aja ke bawah Fan. Neh kuncinya." Danu kemudian melempar kunci mobilnya ke Irfan.
"Bentar gue jemput bekal dulu." teriak Irfan ke semua karyawan divisi.
Irfan pergi mengambil bekal yang tertinggal di mobil Danu, sedangkan yang lain menyiapkan air minum dan perlengkapan makan. Tak lama kemudian Irfan datang dengan membawa bekal makanan yang dibawa Vina. Vina dan Sari lalu membuka kotak bekal itu, terlihatlah asampadeh daging campur kentang yang menggugah selera, sedangkan sayurnya oseng kacang panjang tambah tempe. Nasi sudah mereka masak di kantor. Semua makan dengan nikmat.
"Vina ada nasi diujung bibirmu" kata Danu.
Vina berusaha mengambil nasi itu, tapi tidak juga berhasil. Tiba tiba Danu maju dan membuang sisa nasi yang menempel di ujung bibir Vina.
"Ciye udah berani pamer." kata Iwan.
"Sirik Wan? Atau ngerasa ketikung?" tanya Sari.
"Ngerasa ketikunglah. Apa daya cuma staf biasa." Iwan memasang muka memelas.
Semua yang melihat ekspresi Iwan langsung tertawa.
"Nasib bang. Sabar aja" kata Irfan sambil mengurut dada Irwan.
Tak terasa jam makan siang mereka telah selesai. Mereka berlima langsung melakukan sholat zhuhur berjamaah yang sekarang diimami oleh Irwan. Semenjak kedatangan Vina ke difisi perencanaan pola hidup mereka berubah yang biasanya makan diluar sekarang sudah tidak. Biasanya sholat diundur sekarang sudah tidak.
"Kamu benar benar membawa angin perubahan untuk kami Vin" kata Sari.
"Wah sebenarnya yang berubah adalah kakak dan abang abang semua." elak Vina.
Mereka kembali bekerja seperti biasa. Hari ini mereka akan kembali lembur karena ada perubahan pada gambar proyek sebuah mall.
"Vin, hari ini bang wan antar pulang ya." Iwan berkata sambil melirik Danu.
"Naik taksi aja bang. Kayaknya aku ngaak bisa lembur sampai malam kali. Karena ada kerjaan yang nunggu di rumah."
"Yah. Terus kamj lembur para pisang aja dong." Irfan mengurut dadanya.
Kira kira pukul enam sore, Vina pamit pulang.
"Bang, aku duluan ya." kata Vina.
Tak lama Danu juga keluar dari ruangannya.
"Mau kemana bos?" tanya Iwan.
"Dipanggil direktur. Mau ikut?" kata Danu.
"Ye dipanggil direktur. Pepet terus aja Dan. Jangan ragu"
Danu kemudian berlari ke lobby kantor. Untung saja Vani masih di sana sedang bercengkrama dengan temannya. Vani kemudian melihat Danu.
"Kemana Bang?"
"Mau keluar. Belum datang taksinya?"
"Belum bang, belum dapat."
"Sama aja. Sekalian nanti di antar ke rumah. Tujuan saya sama dengan arah rumah mu"
Vani pamit kepada temannya untuk pergi dengan Danu. Vani kemudian naik ke mobil Danu.
"Sebenarnya mau kemana bang?" Vani menatap menyelidik kepada Danu.
"Nggak ada cuma mau ngantar kamu aja. Kasian anak gadis pulang maghrib pake taksi."
"Hm. Alasannya pasti bilang pertemuan dengan direktur kan."
"Kok tau? Siapa ngasih tau?" Danu penasaran kenapa Vani sampai tau alasannya keluar tadi.
"Makanya bang, baca grub, udah heboh tuh" Vani melihatkan kehebohan di grub dimana di grub terdengar alasan Danu untuk izin keluar.
"Bang, cari alasan yang masuk akal dikit napa coba. Mana ada rapat jam segini. Dengan direktur lagi."
"Ya masf nggak kepikiran."
"Hahahaha. Siap siap aja nanti kena bully ya."
Tak terasa mereka sudah sampai di depan kos Vani. Vani kemudian membuka pintu mobil.
"Besok aku jemput. Jadi tunggu aja di depan gank."
"Nggak usahlah bang, merepotkan saja aku nanti"
"Nggak repot. Pokoknya tunggu saja."
"Kamu boss nya."
Vani menyerah. Danu kemudian melajukan mobilnya kembali ke arah kantor. Danu sudah membeli martabak mesir untuk menyumbat mulut stafnya.
"Wah yang pulang meeting." Irwan mulai usilnya.
"Capek gue sama loe bertiga. Gue tadi ngantar Vina. Jelas."
"Gitu dong ngaku. Kadi cowok cemen amat. Makanya urusan rumah tangga udah dua tahun nggak jelas juntrungannya." kata Irwan.
"Wan, Fan kalian berdua jangan ngomong sama Vina kalau aku sudah menikah. Paham."
"Siap Bos. Tapi asal jangan loe sakitin dia aja. Loe harus menyelesaikan urusan rumah tangga loe baru loe mengungkapkan isi hati loe." jelas Irwan.
"Bang, sebenarnya apa yang bikin loe susah nyeraiin bini loe bang? Harta?" tanya Irfan.
"Bukan harta Fan. Tapi anak gue, dia nggak mau pisah dengan Maminya."
"Nasib loe bang bang, apes banget. Gua ada tapi nggak bisa numpang istirahat. Apa artinya itu. Karatan dong ya bang."
"Udah kerja. Lama lama lumutan gue denger ocehan receh loe berdua."
Mereka bertiga kembali serius mengerjakan sketsa itu. Vina juga serius memasak soto pesanan tetangganya. Vina berkutat di dapur sampai jam dua belas malam. Selepas itu baru dia beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments