Tita sedang dalam perjalanan bersama Mike. Mereka sepakat untuk membawa barang-barang yang bisa dibawa hari itu, dan untuk sisa barang lainnya akan diselesaikan esok. Secara garis besar Tita tahu kenapa tanggal masuknya dipercepat, karena Bu Sofie sudah menjelaskan via telpon tadi.
Hari sudah sore ketika mobil yang dikendarai Tita tiba di depan mansion tempat sang Ibu bekerja. "Ta, besok jadi aku jemput kamu kesini, ya?"
"Gak usah kita ketemu di apartemen aja, soalnya aku bareng Loudy, dia mau ikut katanya."
"Oke, Ta, selamat istirahat..." Mike melemparkan senyuman ke Tita.
Setelah berpamitan, Tita berlarian masuk gerbang, dan langsung menuju rumah belakang. Ya, dia ingin menghabiskan waktu dengan sang Ibu, sebelum waktunya dihabiskan dengan pekerjaan. Namun, saat berbelok menuju taman, bruk! "Aaaduh," Tita meringis sambil mengusap bahunya.
"Maaf," suara berat itu mengalihkan perhatiannya. "Apa anda terluka?"
"Ah, tidak... tidak apa-apa tuan. Permisi." Tita melanjutkan langkahnya, yang kini di iringi debaran jantung yang cepat karena keterkejutannya tadi. Itu siapa ya, dari suaranya aja udah ketahuan kalau orangnya pasti tampan, aku belum pernah melihatnya. Tapi, suaranya... oh my God, serasa aku sedang ada di dunia novel aja.
"Axel!" Nathan memanggilnya, "Ayo jalan."
Di dalam mobil yang dikendarai Brian, Axel yang penasaran pun membuka pembicaraan. "Than, kamu punya pembantu baru?" Nathan hanya mengerutkan keningnya, dan Brian yang menjawab, "Apa ada yang tuan Axel ingin ketahui?"
"Ah, tidak. Hanya saja tadi aku menabrak seorang gadis di dekat taman... dan dia imut sekali," senyum terukir di bibir Axel, Nathan yang merasa hal itu tidak penting, dia tidak menanggapi. Dan dia juga tidak tertarik... ralat.. masih belum tertarik untuk urusan wanita.
Mobil melaju membelah kemacetan. Tujuan mereka adalah club' 8, tempat mereka biasa berkumpul. Dalam perjalanan itu tiba-tiba ponsel Axel berbunyi, Tut... Tut... "Iya sayang," Axel yang memang duduk di depan, bersebelahan dengan Brian makin merapatkan tubuhnya ke pintu mobil, "Iya, aku juga miss you honey. Rasanya ingin aku mengulang kegiatan kita yang semalam, uh... jangan seperti itu please... iya, aku cuma sebentar kok... gak.. gak akan macam-macam, cuma satu macam aja..."
Brian dan Nathan bukan tidak mendengar obrolan Axel, walaupun yang melakukan sambungan telepon sudah berusaha berbicara sekecil mungkin, tapi mereka lama-lama merasa tidak nyaman juga mendengar rayuan gombal dari Axel. "Ehem!" Nathan bersuara, "Axel!"
"Ah ... iya, sayang... nanti aku telpon lagi yaa, wait for me honey..." klik. Axel memutar kepalanya ke kursi belakang, sambil memamerkan deretan giginya yang putih dan sehat dia berkata, "Wajar laki-laki dewasa memiliki kebutuhan seperti itu, bro," Axel beralasan. "Memanjakan wanita yang dapat memberikan kita kepuasan itu seperti take and gift..."
"Untuk apa kamu buang-buang waktu seperti itu," sang tuan berkomentar.
"Lho, sebagai pria dewasa, ada hasrat yang harus tersalurkan ... dan apa kau tidak pernah mengalami rasa itu, Than?" Pertanyaan yang bodoh dari seorang Axel. Dan tidak mendapatkan tanggapan apapun dari Nathan. Bahkan Brian, hanya melenguh malas.
Tiba mereka di club' 8, ketiga pria tampan itu langsung mencuri perhatian. Namun, tidak ada satu perempuan pun yang berani mendekat. Yah, walaupun Axel suka olah raga yang menguras energi dengan kesenangan itu, tapi dia tidak seperti Thomas dan Rega yang biasa melakukan itu dengan berganti-ganti wanita tiap waktu. Sampai di ruang VVIP mereka sudah di sambut Thomas dan Rega, bedanya kali ini ada lima wanita di dalam ruangan tersebut. Thomas mendekati Nathan, "Than, kamu harus move on... aku sudah siapkan semuanya, kamu hanya tinggal menikmati nya."
"Maksud kamu apa?" Nathan menatap tajam sahabatnya yang kadang sengklek pikirannya.
"Kita bisa memulainya perlahan, di coba saja, oke?" bujuk Rega. Rega memiliki sifat yang menenangkan.
"Kalian pikir aku belok?" geram Nathan. Dan teman-teman nya itu menatapnya dengan canggung, kecuali Brian. "Aku masih normal,"
"Tapi tidak akan pernah berhasil kalau kau terus menutup hatimu dengan rapat, dan melestarikan kepala batumu itu." Kali ini Axel yang angkat bicara. Nathan hanya mendengus, Brian memegang bahu sahabat sekaligus bos nya itu untuk sekedar meredam kekesalan tuannya.
Thomas, Rega dan Alex, melakukan ini semua bukan tanpa alasan. Sang nyonya, yang merupakan ibu sang tuan muda yang meminta tolong, agar sahabat-sahabat anaknya itu mulai mendekatkan anaknya pada beberapa wanita. Ibu mana yang tidak cemas melihat anak laki-lakinya, di usia yang sudah matang namun sejak kejadian itu tidak pernah sekalipun membawa atau sekedar dekat dengan wanita.
Akhirnya wanita-wanita itu disuruh keluar dari ruangan, dengan membawa uang sebagai tips mereka. Dan pria-pria lajang itu duduk bersama.
"Sebaiknya jangan lagi memaksakan hal seperti itu lagi terhadap Nathan, saya bisa memastikan kalau dia tidak mengalami kelainan sek**al." Brian dengan lugas berbicara, namun mendapat tatapan sebal dari tuannya. Dan teman-teman nya yang lain hanya cekikikan saja.
"Tapi aku penasaran, kamu masih suka merasakan gairah itu gak sih, Than?" sungguh Axel sangat penasaran, dan teringat obrolan di mobil tadi yang tanpa jawaban maka dia menanyakan nya lagi disini
"Apa kalau aku merasakan gairah itu dan membutuhkan pelepasan, aku bisa memanggilmu?" jawab Nathan. Sontak teman-temannya terpingkal-pingkal, dan Brian bergidik ngeri. Hah, sang tuan ternyata masih bisa men-kick dokter aneh ini dengan satu kalimat.
*****
Pagi-pagi sekali Loudy masuk ke kamar kakaknya. Matanya memindai ruangan dengan nuansa gray yang dominan, khas kamar laki-laki. Ternyata kakaknya baru selesai berpakaian, dia keluar dari ruang pakaiannya. Terkejut sang kakak karena kedatangan Loudy yang tiba-tiba. "Wow, ada angin apa kau pagi-pagi ke kamarku?" tanyanya tanpa curiga.
Loudy berjalan kearah sang kakak, membantunya memasangkan dasi, "Kalau kakak punya istri, pasti kakak tidak akan kesulitan memakai dasi begini," seraya melirik sang kakak.
"Aku bisa memakai dasiku sendiri," jawab sang kakak namun tetap membiarkan adik semata wayangnya menyelesaikan tugasnya.
"Kak, mau aku kenalkan dengan teman baik ku gak?"
Nathan menggenggam lengan adiknya, yang otomatis menahan sang adik meneruskan tugasnya. "Aku tidak mau membahas hal ini, kau pun tau itu."
"Tapi kak, teman ku ini very high quality jomblo, lho,"
Nathan menghela nafasnya, "Kamu akan jadi orang pertama yang akan ku beri tahu ketika aku sudah mendapatkan wanitaku, oke," itulah kata final yang bisa diucapkan Nathan, dia tak mau adiknya bersedih, juga tidak mau memberikan harapan palsu. Dan pesan ini juga pasti akan sampai ke telinga sang mami. Karena dia yakin sang mamilah yang mengerahkan pasukan untuk membujuknya.
"Kamu gak kuliah?"
Seperti mendapatkan lampu kuning, sang adik langsung menuju pintu keluar, "Lagi libur kak, tapi hari ini aku mau bantu Tita pindah ke apartemen,"
"Tita siapa?"
"Tita, temen aku, bye kakak." Ya, Loudy sengaja menghindari pertanyaan seputar kuliah. Karena akan panjang urusannya. Menuruni tangga, menuju ruang makan. "Kak Nathan masih bersiap Mi, aku jalan dulu ya Mi." seraya mencium pipi sang Mami.
"Iya, hati-hati. Tita sudah di depan tadi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
hoomano1D
bahasa inggrisnya cakep
lanjut thor
2021-05-22
0