Aston Martin berwarna hitam itu membelah jalan raya. Lantunan suara Ariana Grande - Stuck with you, mengiringi laju mobil mereka. Di dalam mobil Tita dan Loudy ikut menyanyikan lagu itu dengan riang. "Ta, kamu gak mau punya pacar apa?" pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya. Karena sampai saat ini, sang nona tidak pernah melihat Tita memiliki pacar bahkan sekedar dekat dengan seorang pria.
"Duh, kamu kan tau. Mana ada waktu aku buat pacaran. Dan kamu, jangan pacaran melulu biar cepet kelar kuliah."
Sang nona tertawa renyah, mendapat jawaban seperti itu dari temannya yang terkadang memang bijak. Tanpa ada rasa sakit hati atau apapun itu. Sang nona hanya menanggapi, "Kamu kan tau kapasitas otak aku kayak gimana, yang penting kan aku maju terus..."
"Kamu tinggal bilang aku lho, kalo butuh bantuan."
"Yeah, i know... but you know what? jangan sembarang ya kamu tunjukkin kebaikan kamu itu sama orang lain, ya. Aku takut kamu nantinya malah dimanfaatin."
"Lha, emang aku punya apa sampe orang mau manfaatin aku," Tita merendah, tiba-tiba rasa tidak percaya dirinya muncul.
"Kamu itu tuh terlalu baik, terlalu lugu, dan gampang kasihan sama orang. Aku jadi khawatir, gimana dikantor baru kamu nanti, kan aku gak ada disana juga." sang nona yang mempunyai jiwa ngemong itu mulai mengkhawatirkan temannya, atau mungkin naluri karena dia tidak memiliki adik.
"Udah.. santai aja, aku yang mau kerja kok kamu yang repot, ha ha ha."
"Ta, aku bilang kakak aku aja ya, biar kamu kerja di kantor kakak ku."
"Lou, nanti pas aku dapet gaji pertama, mau aku traktir makan apa?" Tita lebih suka tidak membahas ide nonanya, jadi dia mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, apa yaaaa... duh, terserah kamu deh yang penting enak. Aku tuh suka bingung nentuin kalo ditanya begitu, ha ha ha..."
Hingga tiba mereka di parkiran fakultas Loudy, karena memang para mahasiswa sedang tidak ada kegiatan perkuliahan, maka fakultas itu cukup lenggang. Mereka menuju bagian kemahasiswaan, "Ta, tunggu di bangku itu aja, aku isi KRS dulu." seraya menunjuk bangku ditengah taman.
"Oke."
Tita membuka smartphone-nya, melihat-lihat drama Korea terbaru untuk ditontonnya nanti malam. Saat tengah asik dengan kegiatannya, tiba-tiba ada seorang pria menghampiri bangkunya.
"Tita, kok ada di kampus sih?" Mike, teman Tita satu jurusan, yang sudah menaruh hati pada gadis itu sejak semester 2. Namun, tidak pernah sekalipun gayung bersambut.
Tita tersenyum melihat siapa yang datang. "Mickey, kebetulan banget kita ketemu disini. Ada urusan apa kamu disini?"
Mike, selalu menganggap 'mickey' adalah panggilan kesayangan Tita untuknya. Dan memang hanya Tita yang memanggilnya dengan sebutan itu. "Aku abis ketemu anak-anak, ngebahas perpisahan jurusan kita. kamu sama siapa Ta?"
"Sama Loudy, tuh dia lagi ke kemahasiswaan. Jadi rencananya mau diadain dimana?"
"Belum final, karena masih ada beberapa pertimbangan. Kayak kamu, yang langsung dapet kerjaan. Kapan mulai masuknya Ta?"
"Hari Senin aku mulai lapor, mungkin sekalian cari kontrakan atau kost-an."
"Mau aku temenin, Ta? Itu kan deket daerah rumah ku." Usaha aja dulu, gak salah kan. Mike.
"Iya boleh, aku juga gak tau daerah sana. Nanti aku kabarin ya, Mike."
Saat mereka tengah asik ngobrol, Loudy menghampiri. "Ta, yuk cabut. Mike kita jalan dulu ya." Loudy pamit.
"Oke, Ta, nanti aku hubungi ya..."
Tita tersenyum, dan meninggalkan Mickey yang tak berhenti menatapnya. Kedua gadis itu berjalan menuju tempat parkir. Karena hari masih siang, dan mereka tidak ada kesibukan, sang nona memberi ide untuk survey lokasi tempat kerja Tita. Berangkatlah mereka menuju tempat kerja Tita, Mirae Contruction, yang bergerak di bidang design dan konstruksi, merupakan salah satu perusahaan yang cukup diperhitungkan kinerjanya dan sudah banyak bekerja sama dengan perusahaan besar. Ada kebanggaan tersendiri, saat Tita mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim design di perusahaan ini, karena design-nya pada saat tugas akhir membuat CEO di perusahaan ini jatuh hati dan kebetulan memang cocok dengan projects yang akan dia ikuti saat itu. Design yang segar dan unik membuat siapapun yang melihat pasti tau bahwa design itu memiliki ciri khas yang khusus tanpa mengurangi keindahan hasil akhirnya.
"Ta, kamu tau siapa yang punya ni kantor?" pertanyaan sang nona yang kadang unfaedah bagi Tita. Dan Tita hanya mengangkat kedua bahunya. "Terus, hari pertama kami mau kesini naik apa?"
"Gak usah pusing kali, ojol banyak."
"Kamu gak sekalian cari kontrakan aja?"
"Besok aja sekalian, aku udah janji sama Mickey, dia mau nemenin. Lagipula kan besok aku cuma lapor aja. Baru mulai kerjanya awal bulan, katanya sih."
Ditengah perjalanan, Tita mendapat pesan dari salah satu sahabatnya, "Lou, Andin ngajak ketemuan nih."
"Dimana?" jawabnya.
"Club' 8, nanti malam."
"Aaah, enak banget sih... aku mau ikut,"
"Ya udah,"
"Tapi gak bisa, hiks... aku harus beresin paper." sang nona muda merengek.
"Ya udah, gak apa-apa. Kapan-kapan kan kita bisa pergi juga..."
*****
Hari beranjak petang, namun pria pemegang kekuasaan tertinggi Petra Corporate belum juga ingin beranjak dari kursinya. Mata abu-abu nya dibingkai dengan kacamata persegi yang makin mempertegas struktur wajahnya, masih memeriksa tiap lembaran projects kerja samanya dengan Mirae Contruction untuk pembangunan galeri seni di kota B. Dia tengah menatap design bangunan galeri seni tersebut ketika pintu ruangannya di ketuk. Tok tok. Dan tanpa mengalihkan pandangannya, sang tuan mempersilahkan orang yang di luar untuk masuk.
"Tuan, mau langsung pulang atau makan malam dulu?" Brian mengingatkan sang tuan.
"Brian, kapan jadwal kita meeting dengan Mirae?"
"3 Minggu lagi, tuan."
"Majukan minggu depan."
"Baik, saya akan menghubungi mereka. Jam berapa tuan akan pulang?"
"setengah jam lagi."
Sang sekretaris menunduk hormat kemudian meninggalkan ruangan sang tuan. Dia mengecek schedule sang tuan, mencari kontak sekretaris Mirae Contruction, merubah schedule, memberitahu mereka bahwa pertemuan dimajukan jadwalnya atas permintaan sang tuan. Dan tepat pada saat semua selesai, sang tuan keluar dari ruangan nya. "Silahkan, tuan."
"Brian, kita ke tempat Thomas dulu."
Berangkatlah mereka ke club' milik Thomas, club' 8, disana sudah ada teman-teman Nathan yang selalu ada disampingnya pada setiap momen hidup Nathan, termasuk Brian. Sesampainya di club', dia langsung menuju meja tempat teman-temannya berkumpul, sebuah lounge di lantai atas. Thomas yang sedang memangku seorang wanita dengan pakaian kekurangan bahan, Axel yang hanya duduk bersandar, dan Rega yang asik mencumbu pacarnya.
Huh, Nathan dan Brian menghela nafas hampir bersamaan melihat kelakuan teman-temannya itu. "ehm," Nathan duduk di sofa yang kosong dan Brian langsung memberikan sekaleng soda untuk sang tuan. Sebenarnya, Nathan tidak terlalu menyukai tempat seperti ini, karena makin memperlihatkan bahwa wanita-wanita itu hanya haus akan uang dan akan melakukan apa saja demi uang.
"Nath, mau ditemenin gak?" Thomas membuka pembicaraan.
"No, thanks." jawabnya.
Nathan, Brian, Thomas, dan Axel sedang terlibat obrolan ringan manakala telinganya menangkap suara merdu dari atas panggung. Nathan melihat kearah wanita itu, dia mengenakan tank top warna baby pink dan skinny jeans warna hitam. Nathan hanya melihatnya sekilas, dan melanjutkan kegiatan bersama teman-temannya. Namun, Nathan merasa terusik saat wanita itu sampai pada bait,
Oh, baby, look what you started
The temperature's rising in here
Is this gonna happen?
Been waiting and waiting for you
To make a move
(Woo, ooh, ooh)
Before I make a move
(Woo, ooh, ooh)
So baby, come light me up
And maybe I'll let you on it
A little bit dangerous,
But baby, that's how I want it
A little less conversation, and
A little more touch my body
'Cause I'm so into you
Into you
Into you
(into you - Ariana Grande)
Entah karena arti dari lagu itu, atau suara wanita yang menyanyikannya dengan suara yang sangat seksi. Seksi? wow, pikiran macam apa itu. Tapi, berhasil membuat Nathan terus memperhatikan wanita itu hingga dia menyelesaikan lagu dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para pengunjung, tak terkecuali orang-orang di meja Nathan. Dan tanpa terduga sang tuan berucap, "Thom, dia siapa?"
"Hanya pengunjung," Thomas sudah tau siapa yang dimaksud Nathan, karena dia memperhatikan Nathan yang asik memandangi panggung pada saat mereka sedang mengobrol. Dan itu, sungguh bukan kebiasaan Nathan.
"Brian," sang tuan beralih ke sekretaris. "Saya akan mencari informasi tuan." Seperti sudah diprogram untuk selalu tau apa mau tuannya. Brian langsung tau apa yang harus dilakukan.
Dia langsung turun, menuju meja si wanita. Namun, belum sampai tempat yang dituju dia melihat sang wanita berjalan keluar bersama seorang laki-laki. Brian mencoba mendekat, namun kalah cepat karena sesaat kemudian terlihat sang target sudah melesat dengan mobil yang di tumpangi nya.
"Maaf, tuan... dia sudah pergi."
"Hah, kok bisa," Nathan merasa bingung, karena bagi penikmat club' jam segini itu terbilang masih sore. Dan ketiga temannya itu makin aneh dengan sikapnya kali ini, sang sekretaris jadi merasa gagal membuat sang tuan puas akan kinerjanya. "Apa perlu saya mencaritahu, tuan?"
"Oh, tidak perlu." Nathan menghela nafasnya, dia sadar kalau di kelepasan tadi. Mungkin hanya rasa penasaran biasa, karena dia teringat kenangan masa lalunya. Dan dia tahu, dia tidak boleh menoleh lagi kebelakang, harus fokus ke depan, mencapai kesuksesan lagi dan lagi. Di usianya yang akan mencapai 30 tahun, bukan hanya sekali dua kali dia mendengar nyanyian sang ibu akan wanita dan pernikahan. Dan ujung-ujungnya sang ibu akan memelas karena mendengar jawaban yang sama dari sang anak, dan keluarlah kata-kata, aku ingin di sisa umurku mendengar celotehan anak kecil di mansion yang sepi ini, maka sang tuan akan menjawab, haruskah aku mengambilnya di panti? dan selanjutnya dia akan mendapatkan pukulan di bahunya.
Pernikahan. Bagi sang tuan itu hanya dapat dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, dan berjanji untuk sehidup semati. Dan bagi dia yang pernah dibuat kecewa dan hancur kepercayaan akan cinta dalam waktu yang bersamaan, rasanya sulit untuk mendapatkan rasa itu lagi. Bukan dia tidak pernah mencoba, hanya saja ketika seorang wanita yang akan menjadi teman kencannya hadir, dia hanya melihat wanita itu melakukannya semata-mata untuk bisa mendapatkan uang dan kemewahan yang memang sudah melekat pada dirinya. Dan dapat dibayangkan selanjutnya, sang sekretaris lah yang harus membereskan sisa kencannya.
*****
Hari minggu pagi di mansion. Sang tuan baru keluar dari kamarnya, ketika melewati kamar adik semata wayangnya dia mendengar ada dua orang gadis yang tertawa dari dalam kamar itu. Sempat dia menghentikan langkah dan ingin membuka pintu, namun urung dilakukan dan memilih melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.
Di ruang makan terlihat sang ibu sedang menata makanan di meja, dibantu dengan bi Amel. "Pagi mami," dikecupnya pipi sang ibu. "Pagi bi Amel," sapanya dengan wajah ramah, karena dia tahu Bu Amel adalah sahabat ibunya sejak dia muda.
"Selamat pagi tuan muda," jawab bi Amel.
"Mau sarapan apa sayang?" tanya sang mami, sambil memegang piring, guna melayani sang anak tersayang.
"Nasi goreng aja mi. Mami, apakah ada yang menginap?"
Sang ibu yang sedang mengambil nasi goreng menatap anaknya. "Oh, iya.. Loudy sedang mengerjakan tugas dibantu temannya." sambil menyerahkan piring ke hadapan anaknya.
"Kalau kamu sudah punya istri, ..."
"Mami, aku ingin sarapan dengan tenang, boleh?"
"Iya, ya, habiskan sarapan kamu." sang ibu pun memakan sarapannya dalam keheningan.
Dari ruang tengah terdengar langkah kaki, dan sang sekretaris kini sudah ada di hadapan mereka. Mami melihat ke arah anaknya, seolah bertanya mau kemana?
"Aku ada janji Mi, mungkin akan pulang sore."
Sang mami mengerti dan menyuruh sang sekretaris untuk sarapan juga. "Maaf, nyonya saya sudah sarapan di rumah."
Loudy yang sudah selesai mandi, berdiri di depan cermin sambil mengeringkan rambut. Sedangkan Tita berdiri di balkon kamar itu memandang ke arah taman yang dipenuhi bunga warna-warni. Saat tengah asik menikmati indahnya bunga, matanya melihat dua orang laki-laki berjalan menuju mobil. Yang satu membukakan pintu mobil untuk satu pria dengan bahu lebar dan tegap. Sungguh, Tita mengagumi bahu lebar dan tegap itu. Sepertinya enak juga kalau dipeluk, hi hi hi.
"Ta, ..." panggil Loudy.
Dan Tita berlalu dari balkon, masuk ke dalam kamar. "Iya,"
"Hari ini, kamu mau ngapain?" tanya sang nona, masih dengan kegiatan mengeringkan rambutnya.
"Mau tiduran aja,"
"Ya ampun, ini hari Minggu lho, masa tiduran doang. Jalan aja yuk."
"Mager, ah." Kemudian teringat sesuatu, dan dia bertanya pada Loudy, sang nona. "Lou, kakak kamu hari Minggu begini kerja juga?"
"Hah, kamu liat kakak ku dimana?"
"Tadi aku liat dari balkon, kayaknya itu kakak kamu ya sama temennya keluar."
"Ah, paling juga ketemuan sama temen-temennya." sang nona sudah siap dengan rambutnya, melangkahkan kaki menuju ruang ganti. "Eh iya, kamu kan belum pernah ketemu kakak ku, ya?"
"Belum, kenapa emang?"
"Mau aku comblangin gak, ha ha ha..."
"Ogah!"
Dan sang nona langsung keluar dari ruangan itu seketika manakala mendengar jawaban temannya. "Hei, kenapa? kakak aku itu high quality jomblo tau..." sang adik yang begitu mencintai kakaknya tidak terima jika ada yang menolak kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Lilis Suryani
lanjut
2021-06-03
0
hoomano1D
lanjuuut
2021-05-22
0