"Mau aku comblangin gak, ha ha ha..."
"Ogah!"
Dan sang nona langsung keluar dari ruangan itu seketika manakala mendengar jawaban temannya. "Hei, kenapa? kakak ku itu high quality jomblo tau..." sang adik yang begitu mencintai kakaknya tidak terima jika ada yang menolak kakaknya.
"Ha ha ha... santai aja nona, gak usah sewot gitu ah." seloroh Tita sambil menjawil dagu sang nona. "Tapi, memang tuan muda belum menikah?" Tita memang belum pernah bertemu dengan sang tuan muda, karena dia tidak pernah tinggal bersama ibunya di mansion besar itu. Dan ketika dia berkunjung kesana pun tidak pernah bertemu dengan sang tuan.
Sang nona menghela nafas, teringat kejadian yang dialami kakak tercintanya, yang menjadikan kakaknya itu antipati terhadap wanita. Mungkin benar, setiap orang memiliki kekurangan, dan hal itu juga berlaku bagi sang kakak yang teramat sempurna dimatanya. Sang nona menatap Tita sejenak, yang sedang bersenandung... dia berfikir, temannya dan kakaknya ini mempunyai kemiripan dalam soal asmara, walaupun beda kasus, hi..hi..hi..
"Ta, kayaknya si Mike itu naksir kamu ya?"
"Hah, gak lha... naksir darimana. Dia itu emang baik dan perhatian sama semua orang kali.."
"Tapi yang aku liat gak gitu lho, Ta. Kalo lagi ngobrol sama kamu itu, tatapannya lain deh. Emang kamu gak pernah merhatiin ya?"
Bukannya menjawab pertanyaan sang nona, Tita lebih memilih memperhatikan sang nona, ditelisik wajah sang nona yang sedang duduk di depannya. Dan orang yang di tatap pun merasa risih. "Ngapain kamu liatin aku kayak gitu?"
"Jangan-jangan, nona ya yang falling in love ke Mickey," jawabnya sambil menarik turunkan alisnya.
"Ih, apa-apaan lagi... aku kan udah punya pacar."
"Iya deh iya, yang udah punya pacar." Ha ha ha..
"Tapi serius deh, Ta, emang kamu gak mau ya punya pacar? Kamu normal kan, Ta??"
"What? ya iya lah aku masih normal. Cuma kan kemaren itu aku masih sekolah, masih di biayain sama nyonya mami. Jadi, aku gak mau mengecewakan orang-orang yang udah support aku..."
"Iya, iya, Aku tau... sorry ya, Ta." sang nona menggenggam tangan Tita.
"Tapi, karena sekarang aku udah kerja... aku mau sekalian cari pacar ah... ha, ha, ha," Tita tertawa tanpa beban. Ya.. begitulah dia, gadis manis yang supel, dan ceria. "Semoga nanti aku bisa ketemu laki-laki yang gantengnya bisa bikin aku gak kedip," Tita berandai-andai.
"Ck, kalo laki-laki itu gantengnya bikin kamu gak kedip, artinya dia bikin kamu kelilipan tauuuu."
Dua gadis itu makin asik dengan obrolan unfaedah mereka. Saling mengungkapkan keinginan dan khayalan-khayalan mereka. Sementara itu di lantai bawah, sang nyonya sedang duduk di halaman belakang, ditemani sahabatnya, "Mel, kamu serius gak mau menjodohkan anakmu dengan anak aku?" sang nyonya sudah memikirkan hal ini masak-masak. Dia ingin anak sulungnya kembali merasakan kehangatan cinta. Walaupun anak sulung adalah anak laki-laki, namun bagi sang mami, usia anaknya itu sudah sepantasnya untuk berumah tangga.
"Bukan begitu nyonya, saya hanya tidak ingin memaksa keinginan saya terhadap Tita. Biarlah dia menemukan cintanya sendiri. Saya juga menyayangi tuan muda, sungguh, tapi alangkah tidak bijak jika kita memaksakan keinginan kita terhadap anak-anak apapun alasannya." Bi Amel memposisikan dirinya sebagai sahabat yang bisa meringankan beban pikiran sahabat sekaligus nyonya nya itu. "Tapi jika mereka saling mencintai nantinya, saya juga akan ikut bahagia nyonya. Sebaiknya kita do'akan saja mereka." Sang nyonya menghela nafas, dan dia juga menyetujui perkataan sang sahabat. Dia sebenarnya hanya berharap anak sulungnya itu bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya.
Malam hari, selepas makan malam, bi Amel sedang mengecek pekerja yang sedang membereskan dapur, sekaligus melihat menu makanan untuk esok pagi. Tiba-tiba, Tita yang memang sedang menginap di tempat ibu nya datang menghampiri. "Bu, besok aku jalan jam setengah tujuh ya. Takut terlambat, gak enak aku kalo telat," sambil memasukkan potongan kue ke mulutnya.
"Iya, kamu sudah siapkan semua keperluan untuk besok?" sang ibu masih serius dengan pekerjaannya.
"Udah kok, Bu, ada yang bisa aku bantu gak?"
"Gak ada, udah rapi ini. Sana tidur duluan aja, besok kamu telat lagi bangunnya."
Tita kemudian meninggalkan ibunya, berjalan menuju rumah belakang. Ketika melewati taman, Tita tergerak untuk menghampiri tanaman bunga nyonya mami. Harum bunga mawar yang mekar memberikan kesenangan tersendiri bagi Tita. Namun, kegiatan itu hanya berlangsung sebentar, karena Tita langsung kembali berjalan ke rumah belakang.
Dan di halaman depan mansion, sang tuan yang sempat melihat siluet seorang perempuan yang sedang merentangkan tangannya seolah ingin menghirup udara sebanyak-banyaknya di taman itu, kembali memicingkan matanya, agar bisa lebih jelas melihat siapa perempuan itu. Namun, karena penerangan di taman yang tidak terlalu terang membuat yang terlihat oleh mata hanya berupa siluet-siluet saja. "Silahkan, tuan." Brian menyadarkan tuannya. Dan ikut melihat kearah taman, namun dia tidak melihat apapun.
"Brian, aku akan keatas sendiri. Kamu boleh pulang."
"Baik, tuan." Dan sang sekretaris melajukan kembali mobilnya menuju kediamannya.
Brian adalah teman kuliah Nathan. Mereka kenal di kampus, pada saat mereka sama-sama mengambil program S1, di semester 3 mereka baru bertemu dengan Thomas dan Axel mereka merupakan saudara sepupu. Thomas satu jurusan dengan Nathan dan Brian, sedangkan Axel adalah seorang dokter muda yang telah mendapatkan STR-nya dan kini tengah menjalani program internship di salah satu rumah sakit pemerintah di kota itu. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, terutama ketika Axel sedang tidak ada jadwal. Dan mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah Nathan, sehingga orang tuanya sudah menganggap mereka seperti anak-anak mereka sendiri.
Nathan adalah sosok yang penyayang, peduli terhadap sekitar, tidak pernah memandang rendah orang lain, berjiwa pemimpin, setia, supel dan menyenangkan. Bukan hanya teman-teman seusianya yang nyaman berdekatan dengan Nathan, bahkan rekan-rekan bisnis sang papi pun sangat menyukainya, karena ketika berbicara dengan Nathan akan selalu muncul ide-ide segar untuk memajukan perusahaan. Pun ketika Nathan harus melanjutkan gelar masternya, sang papi selalu mengajak dan melibatkan sang anak sulung dalam pembicaraan terkait perusahaan walaupun hanya lewat Skype. Oleh karena itu, ketika sang papi mengalami kecelakaan dan tak terselamatkan. Maka dengan berani dan rasa percaya diri yang tinggi, Nathan mengambil alih tugas sang papi. Dan tidak ada kolega-kolega yang meragukan anak muda itu. Terbukti, hingga kini Petra Corporate makin berkembang, melebar kan sayapnya hingga kancah internasional.
Tapi itu adalah cerita lalu, sebelum sang tuan muda mengenal Anyastasia. Wanita cantik yang berhasil memikat hati sang tuan muda. Sempat menjadi satu-satunya wanita yang bahkan sang tuan muda akan melakukan apapun untuknya karena cinta. Namun, wanita itu juga yang menghancurkan rasa cinta, kepercayaan dan sosok yang menyenangkan dari dalam diri Nathan.
Kini sang tuan muda yang penyayang dan menyenangkan itu sudah tidak ada lagi. Hanya tersisa Nathan yang tegas, dingin, namun masih tetap cerdas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Chida
seru😍
2021-06-14
0
hoomano1D
alurnya cakep
lanjut
2021-05-22
0