Sudah satu minggu sejak kejadian di parkiran mall Ara lewati. Sikap Yuki kepada Ara masih saja terlihat penuh kekhawatiran, meski sempat tertutupi lewat gelak tawa menggelegar ulah tingkah konyol Dimas.
Bagaimana Yuki tidak khawatir jika pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri Ara berteriak histeris memukul-mukul kepalanya. Alasannya juga hanya karena Ara melihat sebuah nama yang mirip dengan nama orang yang menghancurkan hatinya.
“Ara.. Aku serius ini nanya, udah baik-baik aja kan?” Lagi dan lagi Yuki bertanya hal sama berulang kali selama satu minggu.
Melepaskan jaket merah maroon polos yang dikenakan, Ara menunjukan lengan kirinya pada Yuki.
Bugh.
“Aduh!! Sakit Yuki. Main pukul aja.”
“Lagian ditanya malah gitu. Otak sama jiwa mu masih ditempatnya kan?”
“Hmm” Hanya deheman, tidak ada jawaban iya atau tidak.
“Ya udah deh. Bu Dian tadi titip pesan tuh jangan lupa ke Kafe Kejora sore jam 4 nanti. Bakalan bahas penelitian dia sama dosen luar kayaknya. Nanti kalau ketemu Hans Liu jangan gila. Kemarin liat nama Hans aja kumat.”
“Apaan sih Yuki!! Berisik!” Ara mendelik sebal pada Yuki.
“Hahahaha.. Udah sana pergi. Nanti kirim foto si asdos ya, kalau ganteng sikat aja atau bantuin PDKT sama aku yang jomblo ini.” Hanya gelengan kepala jawaban yang diberikan Ara saat ini. Ada-ada saja tingkah Yuki.
“Udah gak ada kerjaan lagi aku di kampus. Aku mau pulang aja ya. Jangan lupa foto ya.. Bye Ra.”
Lambaian tangan Yuki mengiringi langkah ringannya berlalu meninggalkan Ara yang mulai membayangkan Hans menurut versinya. Lauwis Hans sang cinta kedua yang berhasil mematahkan hatinya melebihi kisah cinta pertama yang tidak kalah buruk.
...----------------...
Sore itu di Kafe Kejora, Ara datang setengah jam lebih cepat. Mempersiapkan materi atau topik yang akan dibahas terlebih dulu sampai hal-hal obrolan apa yang mungkin bisa dibicarakan. Maklum saja Ara bukan orang yang banyak bicara dan ramah pada orang baru, dari pada kaku dan canggung jadi lebih baik membuat skenario terlebih dulu bukan.
Drrt.. Drrt..
Bass, drum, rideum wie mic
Guitar Player, this is N. Flying
Out of control jojong bulga
Hold up, hold up, you know who we are
Yo, yo
This is N. Flying sensations
Okay, come on
…
(N. Flying – Awesome)
[Halo?]
Deg.
Suara ini? Lauwis Hans?
[Halo? Apa benar ini nomor Ara asisten Bu Dian?] Suara dari seberang kembali terdengar.
“I-iiya. I-ini saya Ara.” Gugup adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kegagapan Ara saat ini.
[Saya Hans asisten Pak Damar di bidang statistika. Sekarang saya sudah di kafe kejora. Kebetulan Pak Damar ada keperluan mendadak, kita bakal diskusi berdua, jadi bisa kita ketemu sekarang?]
Masih berusaha menyimak lawan bicara di seberang sana, Ara mulai pusing. Ketakutan akan Hans yang berhadapan dengannya adalah masa lalunya.
[Halo Ara? Masih dengar suara saya?]
“Saya pakai kaos hitam duduk di pojok kanan kafe.”
[Ah kaos hitam ya? Kayaknya saya lihat. Sebentar ya biar saya hampiri.]
Menghela nafas perlahan Ara lakukan berulang disertai derap langkah kaki mendekat yang kian terdengar jelas di telinga Ara.
“Ara?”
Deg.
Deg.
Deg.
Suara disisinya terdengar lebih jelas malah sangat jelas. Tanpa menoleh dan membuka mata juga Ara sangat yakin kalau suara ini milik seseorang yang pernah sangat ia cintai serta yang membuatnya trauma dan takut jatuh cinta.
“Lauwis Hans, apa kabar?” Senyum kaku itu tercetak jelas di wajah manis Ara. Tangan Ara masih sibuk meremas ujung kaos yang ia kenakan.
“Aku pikir kamu lupa sama aku Ra. Senang banget akhirnya bisa ketemu kamu lagi.” Berbeda dengan Ara, senyum Hans terlihat sangat tulus. Cih! Jangan tertipu!!
“Tapi aku gak senang.” Gumam Ara yang masih terdengar jelas di telinga Hans.
“Maafin aku Ra. Untuk 3 tahun yang lalu kamu salah paham. Sampai saat ini juga aku masih sayang sama kamu Ra.” Hans menatap sendu Ara, ia meraih tangan Ara, “Maafin aku ya Ra?”
“Lepasin!” Menyentak kasar tangan Hans, Ara tatap wajah yang semakin tampan itu dengan tajam.
“Lupain masa lalu!” Lanjut Ara dengan suara meninggi. Huh! Mempertahankan harga dirinya dengan berucap sombong. Bagaimana Ara bisa berkata seperti itu padahal ia sampai saat ini masih berada dibayang-bayang masa lalu mereka.
“Jadi Hans Liu itu kamu?” Dahi Ara berkerut saat mulai menyadari bahwa yang ditunggu Hans Liu tapi yang didepannya ini Lauwis Hans.
“Iya, itu aku. Dari awal aku lihat nama kamu di daftar asisten itu aku langsung tahu pasti kamu Ra. Aku sengaja tulis nama lain ku biar kamu gak menghindar dari aku lagi. Udah 2 tahun kita lost kontak” Sorot mata Hans tampak penuh kesedihan dan luka. Bukankah harusnya Ara yang terluka disini?
...----------------...
Ara dan Hans adalah teman saat di Sekolah Menengah Atas. Hanya teman. Hubungan keduanya menggantung, tidak ada kejelasan meski tampak saling suka.
Pernah sekali Hans bertanya kepada Ara ingin hubungan mereka seperti apa, ‘Kita ya temanan lah’ itulah jawaban Ara. Ada rasa sakit dan kehampaan saat kalimat itu lolos dari bibir Ara. Ara ingin mereka lebih dari teman, tapi pembicaraan Hans yang tidak sengaja didengar Ara membuat jawaban hanya teman itu mantap dilontarkan.
“Aku rasa gak ada yang perlu kita bahas soal masa lalu. Ini materi yang mau aku bahas dan diminta Bu Dian. Udah cukup jelas untuk dibaca. Aku harus pergi, ada urusan lain.”
Memasukkan segala hal yang ingin dibawanya pulang ke dalam tas sembarangan, Ara berharap secepatnya menghilang dari kafe saat ini.
“Ra, tunggu sebentar.” Ucap Hans lembut mencoba menahan Ara agar tidak pergi, namun diabaikan oleh Ara yang sudah membelakangi Hans.
“Apa masih ada aku di hati kamu Ra?” Dasar Hans tidak tahu malu sekali. Bisa-bisanya pertanyaan konyol itu ditanyakan.
“Tidak!!” Tanpa menoleh Ara berucap dan berlalu begitu saja dari hadapan Hans. Tidak disadari keduanya ada dua hati yang sama-sama terluka saat itu.
Flashback On.
“Linda, aku suka sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar aku, mau ya?”
Deg.
Suara yang sangat dikenali Ara itu baru saja memberi peryataan cinta, bukan untuk Ara, namun Linda si adik kelas primadona sekolahnya. Mencoba menguatkan hatinya, Ara melihat apa yang terjadi di sebalik dinding.
Deg.
Ada dua perempuan dan tiga laki-laki di sana, salah satunya adalah Linda dan benar saja ada Hans. Namun yang membuat keterkejutan Ara adalah jemari Hans yang menggenggam erat jemari Linda.
Tanpa mendengar jawaban atas pernyataan cinta Hans, Ara bergegas meninggalkan tempat itu. Sekarang ia sadar mengapa Hans pernah berkata menyukainya tapi hanya mau berteman. Ternyata arti suka mereka berbeda.
Lalu alasan apa yang dapat menjelaskan sikap Hans padanya selama ini yang layaknya kekasih. Memberi ucapan selamat tidur, mengingatkan tugas dan kesehatannya, memberikan coklat, hadiah-hadiah yang sudah tidak terhitung, serta datang kerumahnya hanya ingin bertemu, dan perkataan rajin lompat tali agar di pelaminan terlihat lebih serasi itu apa.
Flashback Off.
Lauwis Hans/Hans Liu (Song Weilong)
...****************...
*
*
*
Terima kasih udah baca kisah Ara dan kasih dukungannya buat Hana🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Hearty💕💕
Ini kayak pengalaman seseorang didekat saya
2022-03-29
1
Hearty💕💕
Oh kamu yang bikin Ara hancur 💔
2022-03-29
1
Hearty💕💕
Siapa dan kapan kejadian itu??? 😔
2022-03-29
1