Langkah Rianti terhenti, dan Nabil pun menghampirinya.
"Terimakasih sudah menyelamatkanku, dan maafkan aku karena sudah memelukmu. Aku reflek, aku tidak bermaksud apa-apa."
"Tak mengapa kak, aku mengerti Kakak sangat terkejut. Maaf kak aku boleh pergi sekarang?"
"Ehhm iya, sekali lagi terimakasih ya."
"Iya kak."
Rianti sepenuhnya pergi. Satria dan Marcel hanya terdiam melihat apa yang barusan terjadi.
Di lantai bawah.
Sepertinya aku harus ke tempat urut nih. Tanganku lumayan sakit. Mungkin karena aku jarang latihan jadi kekuatan tanganku agak melemah, sekalian juga aku mau bertemu emak bapak, kangen juga sama mereka. Oh iya, aku jadi kepikiran kenapa kak Nabil bisa seperti itu. Rianti melamun.
"Woi, gila keren banget kamu." Pekik Ruben yang terkagum-kagum denga aksi Rianti.
"Eh kok tapi kamu kuat banget sih? udah kaya di film laga." Imbuhnya.
"Apaan sih biasa aja hehe. Oh ya rencana kita nanti sepertinya berubah. Awalnya aku mau ngajak kamu ke rumah singgah, tapi aku berubah niat aku ingin ke tukang urut, sekalian aku mau ke rumah orang tua kandungku."
"Kamu kenapa? apa ada yang terkilir?"
"Tanganku sakit."
"Apa sebaiknya kita ke dokter saja?"
"Tidak usah, hanya perlu di urut saja"
"Baiklah. Aku antar ya?"
"Boleh."
Rianti, aku tidak menyangka kau bisa melakukan itu. Aku kagum sekali padamu. Ditambah lagi aku begitu nyaman jika di dekat kamu. Wajahmu cantik, senyummu manis, bukan hanya manis tapi manis sekali. Tutur katamu sopan. Pokoknya kamu tuh paket lengkap. Batin Ruben.
"Ruben kamu ini sedang apa? kenapa kamu malah senyam senyum sendiri?"
"Oh,, apa iya?" Ruben pura-pura bodoh.
Rianti memajukan wajahnya, memperhatikan wajah Ruben dengan seksama. Menatapnya lekat.
"Apa yang kau pikirkan? hayo ngaku." Todong Rianti sambil tersenyum.
"Ga kok, ayo ah jalan."
Astaga, jantung ini begitu berdebar-debar. Ruben memegangi dadanya.
Sampai di rumah orang tua Rianti, gadis itu tampak begitu senang kembali ke rumahnya. Ia rindu dengan suasana rumah ini yang tidak ia temukan selagi berada di rumah Bu marini.
Bukan dia tidak betah disana, hanya saja disini lebih hangat suasananya. Keluarga yang selalu berkumpul sangat berbeda dengan keluarga angkatnya.
Di sisi lain, Ruben antusias sekali dengan kelurga Rianti. Banyak hal yang dia pelajari tentang kesederhanaan di rumah ini. Sepertinya Ruben cepat berbaur dan tidak canggung sama sekali. Buktinya, ayah Rianti memutar musik dangdut Ruben malah bergoyang tak tahu malunya.
Waktu cepat berlalu, Rianti dan Ruben harus kembali ke tempat asal. Berat sekali rasanya berjauhan kembali dengan keluarga hangat Rianti. Itulah yang dirasakan Ruben dan Rianti. Andai saja besok hari libur, mungkin Rianti akan menginap.
"Mak, Neng balik dulu ya."
"Iya saya juga Bu mau pamit." Ruben sambil mencium tangan ibunya Rianti dengan sopan.
"Iya, besok masih sekolah ya..hati-hati di jalan"
Ruben dan Rianti pergi pun pergi.
"Ri, ternyata kelurga kamu asyik juga ya. Aku sampai betah di sana. Apalagi paman kamu itu eh kamu nyebutnya apa tadi, mamang ya? lucu banget dia."
"Kalau kamu betah sering-sering main kesana saja" jawab Rianti.
...........
Sementara itu diseberang sana, Satria berada di kamarnya sedang membaca buku. Dia memang memegang buku, matanya pun melihat kearah buku itu. Tapi ia bukan sedang membaca melainkan sedang melamun.
Apa istimewanya gadis itu sampai yang lain membicarakan nya. Apa karena waktu itu dia menolong Nabil. Huh biasa saja. Bagiku dia tetap hanya pembawa sial. Bagaimana bisa setiap kali aku bertemu dengannya aku selalu jatuh. Satria
di tengah lamunannya tiba-tiba ada suara mendistraksi.
"Sayang..."
Satria pun segera tersadar dan menoleh ke sumber suara.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung......
Jangan lupa bahagia!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
nowitsrain
Ya itu sih lo nya aja yang hobi jatuh, Sat. Pake nyalahin orang lagi
2023-04-18
1
Inru
Satria... Satria..
2022-08-21
1
Fira Ummu Arfi
lanjuttttttttt
2022-08-11
1