There he is (itu dia)
Anjas!
Surprise (kejutan)
Yes, what a shitty surprise (ya, kejutan yang menyebalkan)
Detak jantungnya serasa berhenti seketika. Mendadak, dia bahkan tidak bisa menelan ludah. Tatapannya terpaku pada sesosok yang familiar. Pria yang sangat di bencinya. Pria yang telah menorehkan luka di hatinya. Luka yang masih membekas hingga kini.
Mita menatapnya benci. Teramat benci. Dan kebenciannya telah memenuhi relung hatinya.
Sementara Anjas, dia justru menatap Mita dengan tatapan berbinar. Senyum di wajahnya terbit begitu saja.
"Mita ..." seru Anjas lirih.
Namun Mita, dengan langkah super cepat dia memutar tubuhnya. Kemudian menarik lengan Nayla dan bergegas pergi meninggalkan kafe.
"Tunggu ..." Anjas berusaha mengikuti langkah Mita.
Sasha yang tengah menyaksikannya jadi keheranan. Dia merasa seperti pernah melihat wanita yang di kejar oleh Anjas.
Sampai di tempat parkir, Anjas masih saja mengikuti. Hingga Mita harus mendesak Nayla agar segera menghidupkan mesin mobilnya lalu segera pergi dari tempat itu.
"Cepat sedikit dong Nay ..." desak Mita sambil sesekali melirik ke luar jendela mobil.
Di kejauhan terlihat Anjas tengah melangkah panjang menghampiri.
"Sabar Mit, emang itu siapa sih? Kamu kenal ya?" sambil menghidupkan mesin mobil.
"Anjas."
"What (apa)? "
Bersamaan dengan itu mesin mobil menyala. Dan Nayla pun segera melarikan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Langkah Anjas terhenti saat melihat mobil yang di tumpangi Mita sudah melaju meninggalkan tempat parkir.
"Mita ..." gumam Anjas sembari mengembuskan napas berat berkali-kali.
Sudah empat tahun lamanya. Tapi Anjas belum melupakan Mita. Anjas masih merasa bersalah karena tanpa penjelasan apapun, secara sepihak dia membatalkan pernikahan mereka waktu itu.
Hal yang lumrah jika sekarang Mita sangat membencinya. Siapapun yang berada di posisi Mita sudah pasti akan merasakan hal yang sama pula. Kecewa, sakit hati, hingga akhirnya berujung kebencian.
Anjas masih memikirkan tentang Mita saat pelayan kafe tengah menghidangkan menu pesanan mereka.
Sementara Sasha terus memperhatikan Anjas. Yang kini terlihat murung. Ingin rasanya dia bertanya tentang wanita yang di kejar Anjas, namun dia tidak memiliki keberanian. Dia tahu, Anjas tidak akan menanggapinya. Anjas tidak suka ada orang yang bertanya tentang kehidupan pribadinya. Apalagi soal asmaranya.
"Ayo dimakan Anjas, nanti keburu dingin." Ucap Mita mempersilahkan Anjas.
Namun Anjas tidak langsung menanggapi. Dia melirik ke arah Sasha dan makanan yang tersaji secara bergantian. Dengan ekspresi datar.
"Kamu tidak suka? Atau aku pesan yang lain saja?" tawar Sasha. Yang mulai merasa suasananya mendadak canggung.
Entah apa hubungan Anjas dengan wanita itu. Hingga kemunculan wanita itu seolah telah membuat selera makan Anjas hilang dalam sekejap.
"Aku pesan yang lain saja ya?" Sasha masih berusaha meraih perhatian Anjas.
"Tidak usah. Aku makan yang ini saja," Anjas pun mulai menikmati hidangan yang ada di depannya. Hingga membuat Sasha tersenyum senang.
"Setelah ini kita langsung pulang saja." Kata Anjas cepat kemudian.
"Iya, baiklah." Seketika itu juga senyum Sasha langsung memudar.
Ini hanya perasaan Sasha atau memang Anjas terlalu dingin. Anjas seperti orang yang tidak bergairah saja. Tidak pernah menunjukkan sikap agresifnya. Terlalu cuek.
Terkadang Sasha merasa lelah dan hampir menyerah. Mengejar cinta Anjas sama seperti mendaki bukit yang tinggi. Tidak mudah.
Namun cintanya yang begitu besar terhadap Anjas, membuat Sasha mampu bertahan hingga kini. Dia hanya bisa berharap, suatu hari nanti Anjas akan luluh dan melihat ketulusan hatinya.
____
Di kamarnya, Mita tengah terlihat kesal. Dia tidak habis pikir, setelah empat tahun berlalu pria sialan itu tiba-tiba muncul di hadapannya.
Tanpa rasa bersalah sama sekali. Seolah apa yang di lakukannya dulu hanya main-main saja. Dan tidak meninggalkan luka yang membekas hingga kini.
"Anjas, aku benci kamu." Gumam Mita berkali-kali.
Seperti apapun Anjas kini, Mita tetap membencinya. Jangan harap dia akan memaafkan perbuatan pria itu. Apalagi sepertinya tadi dia terlihat sedang bersama seorang wanita.
Tidak salah lagi. Pasti wanita itu adalah alasan Anjas meninggalkannya dulu.
Tunggu dulu.
Kenapa Mita kesal memikirkan Anjas sedang bersama wanita lain?
Cemburu?
Tidak mungkin. Dan tidak akan pernah. Untuk apa Mita cemburu. Anjas sekarang sudah menjadi masa lalunya. Masa lalu yang sangat di bencinya.
"Ingat loh Mit, jarak antara benci dan cinta itu sangat tipis."
Seperti itu ucapan Nayla yang kembali terngiang di telinganya.
Mencintai Anjas kembali? Itu tidak akan terjadi. Mita berani bersumpah.
Jangan sembarangan bersumpah loh Mita.
.
Sementara di tempat berbeda, masih di malam yang sama.
Anjas terlihat murung di kamarnya. Entah dia murung atau sedang memikirkan sesuatu.
Pikirannya masih melayang-layang. Apalagi saat pertemuannya dengan Mita di kafe tadi.
Apa kabar gadis itu?
Empat tahun tidak bertemu. Mita kini terlihat berbeda. Semakin menarik.
Tapi apakah Anjas bisa mendekatinya lagi?
Dari ekspresi yang di perlihatkan Mita, sepertinya jalan untuk Anjas sudah tertutup rapat. Mita sudah sangat membencinya. Tidak mungkin dia bisa meraih kembali hati gadis itu.
Anjas kemudian meraih ponselnya yang tergeletak di nakas di sisi ranjangnya. Iseng-iseng saja dia kembali mengintip beranda instagramnya. Namun postingan seseorang yang ingin di lihatnya tidak muncul lagi di berandanya.
Kemudian dia mengetik nama Anamita di kolom pencarian. Namun hasilnya nihil. Yang ada justru akunnya di blokir oleh gadis itu.
Hal itu pun membuat Anjas tergelak. Dia tidak bisa menahan tawanya. Setelah empat tahun, ternyata Mita masih saja sama. Terkadang suka jutek.
"Kenapa daddy ketawa-ketawa sendiri?" tanya Nara begitu memasuki kamar daddy nya. Dan langsung duduk di pangkuan daddy nya.
"Oh ... itu, daddy habis nonton yang lucu-lucu di henfon. Kenapa Nara belum tidur?"
"Nungguin daddy pulang. Nara tidak bisa tidur."
"Ya udah, tidur di sini aja bareng daddy."
"Daddy ... besok daddy anterin Nara ke sekolah ya?"
"Akan daddy usahakan. Tapi daddy tidak janji ya."
Nara cemberut, "daddy jahat." Dan Nara pun terlihat kesal.
"Tolong jagalah Nara baik-baik."
Sesaat Anjas pun teringat pesan terakhir Bagas Winata. Sang kakak yang sudah pergi berpulang. Sebab kecelakaan mobil yang menimpanya dan kakak iparnya. Dan itu adalah pesan terakhir dari sang kakak. Yang saat itu Nara masih berusia 3 bulan.
Sejak kecil Nara selalu bersama Anjas. Hingga Nara pun menyangka Anjas adalah ayahnya. Dan orang yang selalu setia berada di sisi Anjas adalah Sasha.
Meski saat itu mereka menggunakan jasa seorang pengasuh, namun Anjas selalu memberikan Nara kasih sayang yang lebih. Agar Nara tidak kehilangan kasih sayang dan sosok seorang ayah.
"Ya udah, besok daddy anterin ke sekolah. Gimana, udah senang sekarang?"
Nara mengangguk, "nanti Nara kenalin sama bunda Nara yang cantik dan baik."
"Bunda?" Anjas mengerutkan dahinya.
Nara kembali mengangguk, "iya, Bunda Nara di sekolah. Orangnya baik. Mau ngasih Nara cokelat dan permen."
"Trus, Nara ambil cokelat dan permennya? Nara lupa apa kata daddy? "
Tapi kini Nara malah cemberut. Anjas melarang Nara terlalu banyak makan yang manis-manis. Karena itu tidak baik untuk kesehatan giginya.
"Anak daddy yang cantik dan imut ini jadi jelek kalau cemberut." Anjas mulai melancarkan aksi bujuk rayunya.
"Ya udah, skarang kita tidur ya. Besok daddy anterin ke sekolah. Plus daddy jemput setelah pulang sekolah nanti. Gimana?"
Nara langsung kegirangan begitu mendengarnya. Sebuah penawaran yang membuatnya senang seketika.
"Asiiiiik ... daddy janji ya? Nanti Nara kenalin sama bunda Nara di sekolah."
Anjas hanya tersenyum melihat tingkah ponakan kesayangannya itu. Yang begitu antusias ingin Anjas yang mengantar dan menjemputnya di sekolah.
*
*
*
...-Bersambung-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Rikarico
dari FB turun ksni
2023-12-14
2
Mama Una
Mulai dapat ceritanya
Nara adalah anak Kakaknya
2023-05-24
2
Mama Una
typo Kak
seharusnya ucap Sasha bukan Mita
2023-05-24
2