YOU, Bab 2

Empat tahun berlalu.

Mita masih setia menjalani profesinya sebagai seorang guru Taman Kanak-Kanak.

Dan hari ini, adalah tahun ajaran baru. Di mana dia masih harus menyesuaikan diri dengan murid baru. Berbeda dengan murid yang sebelumnya. Yang sudah mengenalnya dengan baik.

Mita sebetulnya pribadi yang baik dan menyenangkan. Namun mendadak jutek jika berhadapan dengan orang yang tidak di sukainya.

Mita menyukai anak kecil. Sebab dia anak tunggal, tidak memiliki saudara. Sehingga bermain dengan anak kecil bisa menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Pagi anak-anak," sapa Mita ramah dengan senyum manis terkembang.

"Pagi Bunda," begitu anak-anak itu menyapanya.

"Sebelum kita belajar, boleh dong Bunda kenalan dulu sama kalian."

"Boleh Bunda ..." anak-anak menyahuti bagai paduan suara.

"Kalian bisa panggil Bunda, Bunda Mita. Sekarang Bunda panggil satu per satu ya," sambil membuka buku absen yang sudah berisi deretan nama siswa.

Dan Mita pun mulai mengabsen mereka satu per satu. Yang di balas dengan acungan jempol mereka. Hingga akhirnya tiba pada nama satu anak perempuan.

"Nara."

Belum ada sahutan.

"Nara ..." panggil Mita sekali lagi.

Tiba-tiba, di ambang pintu, sudah berdiri seorang anak perempuan. Nan imut dan cantik. Namun sayangnya wajahnya terlihat cemberut. Maka Mita pun menghampirinya.

"Nara Mikayla?" Mita mencoba menyapanya.

Anak itu mengangguk dengan wajah cemberut.

Mita pun membungkukkan badannya agar sejajar dengan tinggi anak perempuan itu. Lalu menyunggingkan senyum termanisnya kemudian.

"Loh, kok cemberut. Kita masuk yuk," ajak Mita.

Namun anak itu masih saja menggeleng. Enggan menuruti ajakan Mita.

"Kalau Nara masuk, trus duduk di bangku itu tuh," sambil menunjuk satu bangku kosong, "Bunda bakal kasih Nara cokelat yang banyak. Setelah itu, Bunda bakal dengerin semua cerita Nara. Nara mau kan cerita ke Bunda, kenapa Nara cemberut?"

Akhirnya anak itu pun menuruti perkataan Mita. Lantas memasuki kelas dan mengambil duduk pada salah satu bangku kosong.

Usai mengabsen muridnya, Mita kemudian memulai pembelajarannya yang di mulai dengan menyanyikan lagu anak-anak yang sudah sangat familiar di telinga anak-anak itu.

__

Di satu sudut kota, di tempat yang berbeda.

Seorang pria tampan terlihat baru saja keluar dari dalam lift dengan di dampingi seorang asistennya. Pria itu melangkah panjang sambil menerima panggilan telepon. Dengan langkah cepat.

"Iya Ma, nanti aku jemput dia." Kata pria itu. Lalu memutuskan sambungan telepon segera.

"Soal Nara lagi?" tanya sang asisten.

"Padahal anak itu baru empat tahun. Tapi Oma nya tetap ngotot memasukkan dia ke sekolahan."

"Mungkin maksud Oma nya, biar dia punya teman. Di rumah temannya hanya Oma nya dan aunty nya saja. Kasihan kan?"

Tiba di tempat parkir, tiba-tiba ponsel sang asisten berdering.

"Halo ..."

"Sekarang? Iya, baiklah."

Tut!

Bunyi sambungan telepon terputus.

"Maaf Pak, sepuluh menit lagi kita ada rapat." Kata sang asisten.

"Loh, kenapa mendadak sekali?"

"Sengaja di majukan. Mengingat jadwal anda selama sebulan ini sangat padat."

"Trus gimana dengan Nara?"

"Tidak ada cara lain lagi. Terpaksa anda harus meminta bantuan Nona Sasha."

Pria itu nampak membuang napas berat berkali-kali.

"Ya sudah. Tolong kamu saja yang hubungi dia. Hah ... Nara pasti ngambek lagi nih."

Sang asisten pun segera melaksanakan perintah tuannya. Dan mulai mengambil ponselnya. Lalu segera menghubungi seorang wanita yang bernama Sasha.

__

Sementara itu, di Taman Kanak-Kanak.

Pembelajaran telah usai. Terlihat seorang anak perempuan yang bernama Nara masih saja cemberut. Dan belum beranjak dari tempat duduknya. Sementara teman-temannya yang lain sudah mendapat jemputan dari orang tuanya masing-masing.

Melihat anak itu, timbullah rasa kasihan di hati Mita. Maka Mita mencoba menghampirinya.

"Sesuai janji Bunda tadi." Kata Mita sembari menyodorkan cokelat batangan pada anak itu.

Nara menggelengkan kepalanya.

"Kata daddy, Nara tidak boleh makan cokelat. Nanti giginya rusak."

"Oh ya? Kalau permen, mau?"

Nara kembali menggelengkan kepalanya.

"Nara takut di marahi daddy."

"Daddy nya galak yah? Ya sudah, nanti kalau daddy datang, biar Bunda yang minta ijin biar Nara bisa makan cokelat dan permen. Gimana?"

Nara menggelengkan kembali kepalanya. Kini wajahnya semakin cemberut.

"Loh, kok cemberut. Boleh Bunda tahu kenapa Nara cemberut?"

"Daddy dan mommy sibuk terus. Mereka tidak punya waktu nganterin Nara ke sekolah. Oma sibuk di butik. Aunty sibuk kuliah. Setiap hari Nara cuma sama supir."

Kasihan.

Begitu batin Mita berkata.

"Daddy dan mommy tinggalnya di rumah yang berbeda. Nara jadi sedih. Nara jadi tidak bisa selalu bersama mommy." Tambahnya lagi.

Oh, anak korban perceraian orang tua.

Begitu batin Mita kembali berkata.

"Ya sudah. Kalau begitu Bunda temani Nara menunggu sampai supir yang menjemput Nara datang. Mau ya?"

Akhirnya Nara pun menganggukkan kepalanya.

Tak berapa lama, saat mereka berdiri di depan gerbang. Sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka.

Dari mobil itu, turun seorang wanita berparas cantik. Nan modis dengan rambut panjang kecokelatan. Datang menghampiri mereka.

Sontak Nara pun langsung menghambur ke dalam pelukannya.

"Mommy ..."

"Nara sayang, sorry ya, mommy telat jemput Nara. Nara tidak marah kan sama mommy."

"Bunda ... ini mommy nya Nara." Nara memperkenalkan ibunya pada Mita.

Mita pun menyunggingkan senyumnya menyambut sapaan hangat wanita itu.

"Terima kasih ya, sudah mau menemani Nara sampai ada yang menjemput." Kata wanita itu ramah.

"Sudah kewajiban saya sebagai gurunya Bu ..." Mita ingin mengetahui nama wanita itu agar lebih akrab dengan orang tua murid.

"Sasha." Ucap wanita itu cepat sambil mengulurkan tangannya.

Mita menerima uluran tangan itu dengan senyum ramahnya.

"Saya Mita Bu, wali kelasnya Nara."

"Panggil saja Sasha. Lagi pula, aku belum setua itu kok. Biar lebih akrab saja." Seloroh Sasha.

"Ah iya."

"Kalau begitu aku bawa Nara pulang dulu. Sekali lagi terima kasih ya."

"Da da Bunda, Nara pulang dulu ya?" kata Nara sambil melambaikan tangannya.

"Da da Nara. Besok-besok jangan cemberut lagi ya?"

"Oh ya, kalau mau bareng, boleh." Sasha menawarkan sebelum sempat membuka pintu mobil.

"Tidak, terima kasih. Saya sudah pesan ojol."

"Ya sudah. Duluan ya. Mari."

Mita pun melambaikan tangannya mengiringi kepergian Nara. Muridnya yang termuda dan terimut.

__

Sasha tidak langsung mengantarkan Nara pulang ke rumahnya. Dia membawa anak itu jalan-jalan sebentar. Membeli mainan baru, makan es krim, dan masih banyak lagi yang mereka lakukan.

Menjelang sore barulah Sasha membawanya pulang.

"Nara ..." panggil Oma begitu Nara memasuki rumahnya.

"Maaf ya, Oma tidak bisa mengantar dan menjemput Nara di sekolah." Kata Oma dengan wajah memelasnya.

"Daddy belum pulang ya Oma?" tanya Nara. Sambil menggandeng tangan Sasha berjalan menghampiri Oma nya.

"Sudah ... baru aja sampe." Tiba-tiba sebuah suara berat menyahuti pertanyaan Nara dari arah depan.

Seorang pria tampan berperawakan tinggi tegap. Dengan bentuk tubuh yang proporsional.

Dia berjalan menghampiri Nara. Kemudian berjongkok di depan Nara.

Seketika, Nara kembali memasang wajah cemberutnya. Membuat sang daddy jadi gemas dan mencubit pipinya.

"Anak daddy jadi jelek kalau lagi cemberut begini. Kita ke kamar yuk, mau daddy gendong?"

Nara menganggukkan kepalanya. Kemudian naik ke atas dekapan daddy nya. Lalu mereka beranjak pergi ke kamarnya.

"Maaf ya Sha, Nara selalu saja merepotkan kamu." Pinta Oma Lidya, Oma nya Nara.

"Tidak apa-apa kok Tante. Nara udah aku anggap seperti anak sendiri. Dari kecil aku sudah merawatnya. Aku malah senang dia menganggap aku ibunya."

"Kalau tidak ada kamu, Anjas sudah pasti sangat kerepotan mengurus anak itu. Dia sangat bergantung pada Anjas. Sampai-sampai Anjas tidak punya waktu bersama kamu."

"Tidak apa-apa Tante. Bagi Anjas, Nara itu sangat penting. Nara sudah menjadi tanggung jawabnya."

"Makasih ya, kamu sangat pengertian. Oh ya, apa Anjas sudah melamar kamu?"

Sasha tersentak mendengar pertanyaan Oma Lidya. Kemudian menundukkan wajahnya malu-malu.

"Pasti belum kan?" tebak Oma Lidya dengan cepat.

"Sampai kapan anak itu sendiri. Walau bagaimanapun dia juga butuh pendamping hidup." Tambahnya lagi.

Oma Lidya menghembuskan napasnya kasar. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran puteranya.

*

*

*

...-Bersambung-...

Terpopuler

Comments

Mama Una

Mama Una

Sesuai tebakan Nara anak Anjas
berarti Anjas menikah Dan pun ya anak

2023-05-24

1

Yuen

Yuen

Dih hamilin cewek lain...

2023-03-13

1

Noval Izal

Noval Izal

kirain Anjas udah nikah SM Sasha...,syukurlah kalau belum

2021-10-03

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!