"Silahkan dilihat, Nona. Ini adalah surat perjanjian selama Anda menyetujui pernikahan ini." Sekertaris Lee menyerahkan amplop coklat pada Zara. Ia pun membuka dan membacanya.
Zara akan mendapatkan uang sebesar 100 Juta dibayar langsung setelah mereka menikah, juga seluruh hutangnya dianggap lunas dengan syarat, setelah menikah Zara harus menuruti apa yang dikatakan oleh Gaza, juga tidak boleh membantah dan harus menjadi istri yang patuh dalam melayani Tuan muda Gaza.
Mata Zara membulat melihat godaan di depan mata, 100 Juta jika ia mendapatkannya, bukan tidak mungkin adiknya bisa dirawat di rumah sakit dan bisa mendapatkan perawatan yang sangat baik hingga ia sembuh, semua itu benar-benar membuat hati Zara gundah, bingung jalan apa yang harus ia pilih, jika ia memilih untuk menikah dengan Gaza, itu artinya dia harus menyerahkan seluruh hidupnya untuk lelaki itu, tetapi jika tidak, kesempatan untuk mendapat uang 100 Juta akan sirna, kesembuhan adiknya juga terancam, belum lagi hutangnya tidak akan lunas dalam waktu dekat.
"Waktu Anda tinggal lima detik, Nona. Saya akan menarik kembali surat perjanjian itu jika Anda tidak menandatanganinya," ucap Sekertaris Lee datar.
Mendengar itu, Zara benar-benar tidak memiliki jalan lain, jika tidak mengingat kesembuhan adiknya, ia tidak mungkin akan menerima itu, lebih baik ia berkorban dari pada harus melihat sang adik setiap hari berperang dengan penyakitnya.
Zara pun menandatangani perjanjian itu dengan gemetar, rasa takut mulai menghantuinya semenjak tanda tangannya tertera di atas kertas putih itu. "Ini, Tuan." Zara memberikan surat tersebut pada Sekertaris Lee.
"Apa yang harus saya lakukan setelahnya, Tuan?" tanya Zara.
"Tidak ada, Anda sudah bisa pulang," jawab Sekertaris Lee sembari beranjak dan meninggalkan Zara yang masih membeku di tempatnya.
"Huft ... Bagaimana mungkin seorang sekertaris begitu bisa membuatku tertekan, saat ini aku baru berhadapan dengannya, bagaimana nanti jika aku harus bertatap muka dengan Tuan Gaza yang terkenal akan kearoganannya, tidakkah aku akan mati membeku?" gumam Zara dengan ketakutan.
Zara pun akhirnya keluar setelah ia merasa sedikit tenang, meninggalkan perusahaan itu dengan tergesa-gesa. Namun, sayangnya cuaca benar-benar tidak mendukung, ia yang berjalan kaki di tengah kegelapan, harus diguyur oleh curahan hujan hingga membuat sepatu tuanya itu sobek akibat rendaman air di jalan.
"Hidupku benar-benar sial, di mana lagi aku harus membeli alas kaki jika sepatu ini rusak?" gumam Zara merasa sedih saat ia singgah berteduh di depan toko milik orang sambil matanya menatap sepatu usang yang telah lama menemani perjalanan hidupnya.
Hujan tampaknya semakin lama semakin deras, tidak ada tanda-tanda akan berhenti, Zara akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulangnya meski harus diguyur hujan habis-habisan.
Di sisi lain. "Tuan, Nona Zara telah menandatangani perjanjiannya, ia juga sudah pulang setelah bertanda tangan." Sambil meletakkan surat perjanjian di atas meja Gaza.
"Bagaimana reaksinya saat harus bertanda tangan?" tanya Gaza sambil meraih kertas tersebut.
"Beliau tampak gemetaran, Tuan," jawab Sekertaris Lee.
Gaza terkekeh, "Ck, wanita bodoh, bahkan tanda tangannya mirip seperti coretan anak TK."
"Lee, siapkan mobil, aku akan pulang lima menit lagi," ucap Gaza sambil menutup laptop di depannya dan memasukkan ke dalam tas.
"Baik, Tuan." Sekertaris Lee pun keluar untuk melaksanakan perintah.
Saat Gaza keluar dari perusahaan, semua karyawan yang sedang lembur berdiri menyapanya, ia bahkan sama sekali tak menoleh sedikit pun, mereka tidak ambil pusing soal itu, sudah menjadi kebiasaan setiap kali mereka menyapa maka tidak akan pernah digubris oleh pimpinan mereka, malah akan terlihat aneh dan asing jika sampai Gaza tersenyum saat mereka menyapa.
Sekertaris Lee yang telah sedia, segera membukakan pintu mobil untuk Gaza, sang majikan yang tak pernah ia lihat sekali pun senyuman di bibirnya.
Setibanya di rumah, seperti biasa, Sekertaris Lee juga selalu membukakan pintu untuk Gaza, seperti biasa pula, Pak Zang dan para pelayan yang lain selalu menyambut di depan rumah setiap kali Gaza pulang dari bekerja.
Tiba di dalam, Gaza menghempaskan tubuhnya di atas sofa, Pak Zang membawakan tasnya masuk ke kamar, sementara Sekertaris Lee, ia membantu Gaza membukakan jas majikannya itu.
"Gaza, kamu sudah pulang?" tanya seorang wanita paruh baya pada Gaza.
"Menurut Anda ... apakah aku masih dalam perjalanan? Berhentilah bertanya hal-hal yang tak masuk akal setiap kali aku pulang, itu hanya mengganggu ketenanganku," ucap Gaza tanpa menoleh, matanya hanya tertutup rapat sambil memijit alis, sementara wanita itu hanya bisa tersenyum kecut tak berani menanggapi apa pun lagi.
"Lee, sepulang dari sini, jangan lupa untuk menyiapkan apa-apa yang diperlukan untuk pernikahan besok, aku tidak ingin banyak yang hadir, jika perlu tidak usah mengundang siapa pun, cukup daftarkan kami di kantor untuk mendapatkan buku nikahnya," lanjut Gaza.
"Baik, Tuan." Sekertaris Lee pun membungkuk dan pergi ke kamar Gaza untuk menyiapkan majikannya pakaian baru untuk ia pakai setelah mandi.
Pak Zang pun datang sekedar bertanya apa yang ingin di makan oleh majikannya ini. "Apa Anda menginginkan sop iga, Tuan muda?" tanya Pak Zang.
"terserah, aku ingin mandi." Gaza pun beranjak dari tempatnya.
"Baik, Tuan muda. Saya sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi Anda, semoga Anda menikmatinya." Pak Zang membungkuk sampai bayangan punggung Gaza tak lagi terlihat oleh ekor matanya.
"Tuan, ini pakaian Anda, jika tidak ada lagi, saya akan pulang, kabari saya jika Anda butuh sesuatu," ujar Sekertaris Lee sambil meletakkan pakaian ganti untuk Gaza di atas kasur.
Gaza tak menggubrisnya, hanya berjalan tanpa jeda menuju ke kamar mandi, Sekertaris Lee hanya bisa menghela nafas dengan berat lalu keluar dari kamar itu setelah ia memastikan majikannya itu selamat hingga masuk ke kamar mandi.
Setelah mandi, Gaza pun turun lagi untuk makan malam, seperti biasa, ia hanya makan berdua dengan ibu tirinya, yang barusan diacuhkan oleh Gaza saat ia sedang bertanya sekedar untuk basa basi. Wanita ini selalu berusaha untuk mendapatkan hati Gaza agar Gaza mau menerima dia seperti layaknya seorang ibu kandung, tetapi tetap saja, Gaza sama sekali tak mengurangi rasa dingin pada sikapnya terhadap ibu tirinya itu, tetapi selama ia tak diusir oleh Gaza, dia juga merasa sangat bersyukur, beruntung Gaza membiarkan dia untuk menumpang di rumahnya, di rumah yang begitu megah dan terhormat ini.
"Gaza, Ibu dengar kamu akan menikah, kapan itu akan terjadi?" tanya Bu Wiwin pada Gaza dengan tersenyum mencari perhatian.
"Besok," ucap Gaza acuh tak acuh.
"Siapa pengantin wanitanya? Oh, ya. Winda besok akan pulang, apakah dia bisa tinggal di rumah ini juga?"tanyanya lagi.
"Anda juga boleh membawa seluruh penduduk negara ini untuk menginap di rumahku," jawab Gaza tanpa menoleh, masih dengan menyuap makanan ke mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Sweet Girl
kayak Bon cabe
2023-06-20
0
Sweet Girl
kok dikit.... secara milyader sekelas Gaza...
2023-06-20
0
Hotmian Siburian
wah hebat ea rumah si Gaza bisa masuk orang satu negara
2023-03-27
0