eps3

Di kebun Sarmi.

Kini Syakila dan temannya lagi fokus mengerjakan pekerjaan rumah mereka, mereka bekerja sama untuk menyelesaikannya.

”Sya, yang ini aku tidak mengerti. Apa kamu mengerti dengan pertanyaan ini?” ucap Sartini, ia menampakkan wajah bodohnya.

Syakila melihat Sartini, ”Yang mana Tin, yang kamu tidak mengerti?” tanyanya.

Sartini mengangkat bukunya, menunjukan pada Syakila. ”Yang ini, Sya. Apa kamu tahu jawabannya?”

Syakila terdiam, membaca soal dan memahaminya, ”Oh, yang ini. Masa kamu tidak tahu? Ini kan berkaitan dengan Pancasila. Kamu hafal gak Pancasila beserta simbol-simbolnya?” ucapnya kemudian.

Sartini terkekeh kecil, ”Hehehe, aku belum hafal!” ucapnya, ia merasa sedikit malu.

Syakila memukul jidatnya pelan. ”Tini... di setiap hari Senin kita upacara selalu di bacakan loh! Dan baru tiga hari yang lalu ibu guru menjelaskan di depan kelas, masa kamu sudah lupa?”

”Yah, maklum, Asya! Sartini dan Arianti kan memang pelupa orangnya.” sahut Helena dan Fitria bersamaan sambil tersenyum mengejek.

”Yah, kok aku di bawa-bawa!” protes Arianti. Ia tidak terima di katakan dirinya sama dengan Sartini, yaitu pelupa. Arianti memasang wajah murungnya, hingga membuat yang lain tertawa melihatnya.

”Sttttssstt!!” Syakila menaruh telunjuk pada bibirnya. ”Nenekku lagi tidur! Ketawanya pelan-pelan saja!” ucapnya pelan.

Helena, Fitria, dan Sartini terdiam sambil menoleh melihat ke arah nenek Syakila yang masih tidur.

”Sini, aku jelasin sedikit! Tapi, aku jelasin yang aku tahu saja, yah!” ucap Syakila kemudian, setelah suasana hening kembali.

”Iya,” sahut Sartini.

Syakila mengambil buku Sartini. Ia mulai menjelaskan kepada Sartini tentang Pancasila yang di ketahui nya. Bukan hanya Sartini, tetapi Helena, Fitria, Arianti juga ikut mendengarkan penjelasan Syakila. Dari berapa jumlah Pancasila, bunyinya, makna yang terkandung, contohnya, simbolnya bahkan posisi gambarnya di dalam bagan burung Garuda.

”Jadi, bagaimana? kamu sudah mengerti Sartini?” tanyanya kemudian, setelah ia selesai menjelaskan.

Sartini mengangguk, ”Oh, iya, sekarang aku sudah mengerti!” sahutnya, ”Jadi, ini termasuk pengamalan sila ke satu dalam Pancasila kan, jawabannya?” ia ulang bertanya untuk memastikan.

”Iya, Tini,” jawab Syakila.

Sekarang mereka telah selesai mengerjakan tugas sekolahnya, mereka kini sedang bermain-main menggunakan dedaunan. Mereka membuat bentuk candi dari batang daun singkong, membuat kalung dan gelang. Baru mereka memakainya untuk saling memamerkan jika buatannya lebih bagus dari yang lain.

Puas dengan bermain itu, mereka ingin membantu Sarmi yang sedang memetik sayur mayur. Terkecuali Syakila, ia sedang merawat bunganya.

”Tante, kami bantuin metik sayurnya, ya.” ucap Fitria menawarkan diri.

”Eh, tidak usah! Kalian bermain saja, ini juga tinggal sedikit. Kalian sudah selesai kerjakan PR?” sahut Sarmi, tangannya masih memetik sayur mayur.

”Iya, Tante. Kami sudah selesai mengerjakan PR nya.” jawab mereka kompak.

”Kalau begitu, sebaiknya kalian pulang ke kampung. Ini sudah jam setengah 5 sore. Kalau tidak, nanti kalian akan kemalaman di jalan. Apa kalian tidak takut nantinya kalau bertemu malam di perjalanan pulang? Dimana Syakila?”

”Syakila, Syakila lagi bersihin rumput di bunga-bunganya, Tante.” Arianti yang menjawab

”Tolongin Tante, panggilkan Syakila, yah.” pinta Sarmi.

”Baik, Tante.” sahut Helena. Ia segera pergi menghampiri Syakila untuk memberitahu padanya, jika ibunya sedang memanggilnya. Sedangkan Arianti, Sartini, dan Fitria mereka menunggu Helena dan Syakila di gode-gode.

Helena tiba di samping Syakila yang masih duduk di depan bunga-bunganya, ”Syakila, ibumu memanggilmu.” katanya, ”Kita harus pulang sekarang!” ucapnya.

”Iya, baiklah. Di mana yang lain?” sahut Syakila sambil berdiri.

”Mereka ada di bawah sana!” sahut Helena sambil menunjuk temannya yang lagi duduk di gode-gode. Syakila melihat arah tunjuk Helena. Benar, temannya sedang duduk di gode-gode.

”Oh, apa kalian sudah mengambil tas?” tanya Syakila lagi.

”Yah, belum! Aku panggil mereka dulu ya untuk ambil tasnya.” pamit Helena.

”Tidak usah!” Cegah Syakila. ”Kamu akan capek pulang pergi nantinya. Mending, kita bawakan saja tas-tas mereka. Ayo, bantu aku membawakannya!”

Helena mengangguk. Syakila masuk ke dalam rumah mengambil tasnya juga tas teman-temannya.

”Nenek? Nenek, sudah bangun?” tanyanya pada sang nenek. Saat ia masuk ke rumah, ia melihat neneknya sudah duduk di samping jendela kecil yang terbuat dari sepotong papan.

”Dari tadi Nenek bangun nya, kamu mau pulang sekarang?” tanya sang nenek saat melihat Syakila menyandang tas dan tangannya memegang tas-tas yang lain.

”Iya, Nek. Syakila mau pulang sekarang.” jawab Syakila.

Syakila melangkah ke bibir pintu memberikan tas milik Helena dan memberikan satu tas milik Arianti padanya.

”Bantu Nenek dulu tumbuk sirih pinang.” pinta sang Nenek.

”Baik, Nek. Sebentar yah!” Syakila mendekati Helena. ”Helena, kamu duluan kebawah yah. Aku mau tumbuk sirih pinang dulu untuk nenekku.” ucapnya.

Helena mengangguk. Ia pergi ke bawah sendirian dengan membawa tasnya juga tas Arianti.

Syakila mendekati neneknya dan duduk di depannya, ”Mari Nek, Syakila akan menumbuknya untuk Nenek.”

Syakila meraih lesung kecil untuk menumbuk sirih milik nenek yang berada di tangan sang nenek.

Sang Nenek memasukkan beberapa sirih yang sudah di buka tulang daunnya yang sebelumnya di gulung gulung sampai kecil lalu di potong-potong kecil ke dalam lesung. Lalu ia menambahkan sepotong pinang ukuran dadu, hapuk dan gambir baru Syakila menumbuknya sampai halus.

”Ini Nek. Sirihnya sudah halus.” ucapnya sambil menyerahkan kepada sang nenek. Nenek mengambilnya. ”Syakila pulang yah, Nek.” pamitnya. Ia mencium punggung tangan sang nenek.

”Hati hati di jalan!”

”Iya, Nenek.”

Syakila segera turun menyusul Helena kebawah dengan menyandang tasnya dan memegang tas milik Fitria dan Sartini. Ia menghampiri teman-temannya dan memberikan tas milik Sartini dan Fitria padanya.

”Ibu, Syakila pulang ke kampung dulu, Bu. Besok, pulang dari sekolah baru Syakila kesini lagi.” pamitnya sambil mencium punggung tangan ibunya. Teman-teman Syakila juga ikut mencium punggung telapak tangan Sarmi.

”Iya, kalian hati hati di jalan. Jangan banyak main saat di jalan!” sahut Sarmi menasihati.

”Iya, Ibu,” sahut Syakila.

”Iya, Tante!” sahut Fitria, Helena, Arianti, Sartini kompak.

Sarmi mengambil beberapa bungkusan plastik yang berisi sayur mentah yang di petik dari kebun untuk di berikan kepada Syakila dan temannya.

”Asya!” Sarmi memanggil Syakila yang hendak jalan.

Syakila berbalik. ”Iya, Ibu. Ada apa?” tanyanya lembut.

Sarmi memberikan rantang makanan untuk Syakila dan satu plastik sayur. Dan juga beberapa kantung plastik sayur yang sudah diikat.

”Ini, satu plastik yang ada rantang makanan itu untuk kamu, sampai di kampung, kamu tinggal masak sayur saja, ikan dan jagung ada disini. Dan ini bagi-bagikan satu-satu kepada temanmu, ya.” jelasnya.

”Iya, Ibu. Terima kasih!” sahut Syakila, ”Bapak belum datang juga kah, Bu? Asya mau pamit sama bapak.”

”Bapak mu belum pulang, Nak! Mungkin sedikit lagi, bapak cari kayu bakarnya mungkin banyak makanya belum pulang. Nanti Ibu sampaikan sama bapak mu kalau kamu mencarinya saat ia pulang nanti.”

”Iya, Ibu. Asya pulang, Bu. Assalamu 'alaikum!” pamitnya.

”Wa 'alaikum salam,” sahut Sarmi.

Syakila dan teman-temannya pulang kembali ke kampung dengan menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Namun, kali ini mereka melewati jalur sungai, seperti yang sudah mereka sepakati sebelumnya.

Mereka semua berjalan sambil bersenandung riang. Setelah lumayan jauh mereka menempuh perjalanan, mereka terlihat sangat gembira ketika telinga mereka menangkap suara aliran air sungai yang mengalir.

”E..e..eh coba dengar itu! Itu suara air sungai, kita sudah dekat dengan sungai!” ucap Fitria dengan senang. Yang lain ikut mendengarkan.

”Eh, iya benar, itu suara air sungai. Yeah! kita mandi-mandi!” ucap Arianti dengan gembira.

Mereka semua berjalan sedikit berlari agar mereka cepat sampai ke sungai. Setelah sampai, mereka belum juga mandi, tapi mereka menyebrangi sungainya dulu hingga ke sebrang sana. Setelah menyebrangi sungai, mereka menyimpan tas mereka di atas bebatuan besar.

Kini mereka berdiri berjejer rapi di atas bebatuan besar lainnya, mereka bersiap-siap untuk melompat ke dalam air.

”Dalam hitungan ketiga, kita sama-sama menyebur ke dalam sungai, yah! Kita hitungnya secara bersamaan, ok” ucap Syakila.

”Ok,” sahut Fitria, Helena, Sartini, dan Arianti bersamaan.

”Satu... dua... tiga..!”

Byur!

Plung!

Byur!

Bunyi suara di air ketika mereka meloncat ke dalamnya. Mereka tertawa bahagia bersama-sama.

”Hahahaha.”

”Hahahaha, asyik sekali!” kata Helena dengan senang.

”Iya, sangat asyik!” ucap Arianti, Sartini, dan Syakila bersamaan.

”Iya, seru juga!” ucap Fitria. ”Eh, loncatnya Arianti tadi kayak takut-takut, ya?” Fitria melihat Arianti, ”Kamu takut Arianti?” tanyanya.

Arianti memang sedikit gugup saat melompat tadi, karena ia tidak pernah melompat seperti itu jika mau mandi atau berenang di sungai.

”A-a-aku tidak takut kok!” elaknya dengan gugup. ”Buktinya aku lompat juga, kan?”

”Iya, iya! Percaya, percaya!” sahut Fitria dan Sartini bersamaan, namun, dengan nada mengejek.

”Eh, nanti kita ulangi yah lompat dari atas batu yang tinggi itu!” ucap Helena sambil menunjuk batu yang sedikit tinggi dari batu yang mereka lompat tadi.

”Ok.” sahut Syakila, Fitria, Sartini, dan Arianti kompak.

Mereka sekarang sedang asyik bermain di dalam air, mereka main siram siraman juga berlomba berenang dan berlomba siapa yang paling lama berada di dalam air. Setelah puas bermain, mereka kembali ke atas batu.

Mereka kembali berjejer rapi di bebatuan yang di tunjuk Helena tadi, bersiap untuk melompat.

”Satu... dua... tiga..!” Mereka kembali menghitung secara bersamaan dan melompat ke dalam sungai.

Byur!

Plung!

Bunyi itu kembali terdengar setelah mereka loncat ke dalam air sungai.

”Eh, kita sudahan, yok! Ini sudah mau Maghrib. Kita pulang sekarang!” ucap Syakila. Ia telah keluar dari dalam sungai.

”Eh, iya yah, sudah mau Maghrib. Iya, ayok kita pulang! Kalau pulang agak malam nanti mama dan papa marah.” sahut mereka kompak.

Akhirnya mereka keluar dari sungai, mereka kembali memakai tasnya.

”Ini, ada sedikit sayur dari ibuku.” ucapnya seraya membagikan satu plastik sayur kepada temannya, sesuai perintah dari ibunya. ”Terima kasih, kalian sudah menemaniku ke kebun.” ucapnya dengan tulus.

”Iya, sama-sama! Besok, kita ke sana lagi, yah! kan, masih libur juga ngajinya.” ucap mereka kompak.

”Boleh! Yang penting, kalian harus izin kepada bapak dan ibu kalian.” sahut Syakila menasehati.

”Iya, tentu saja!” ucap mereka kompak.

Sungai adalah tempat mereka untuk mandi dan mencuci. Dan karena air sungai tidak berada jauh dari rumah-rumah mereka, kini mereka sudah sampai di kampung. Mereka berjalan terpisah-pisah menuju rumahnya masing-masing.

Terpopuler

Comments

coco

coco

jangan lupa mampir lagi.

2021-07-11

2

zien

zien

semoga sukses selalu 💗💗

2021-05-18

2

Senja Cewen

Senja Cewen

Gawat kalau lupa Pancasila

2021-04-09

2

lihat semua
Episodes
1 eps 1
2 eps2
3 eps3
4 eps4
5 eps5
6 eps6
7 eps7
8 eps8
9 eps9
10 eps10
11 eps 11
12 eps12
13 eps13
14 eps14
15 eps15
16 eps16
17 eps17
18 eps18
19 eps19
20 eps20
21 eps 21
22 eps 22
23 eps23
24 eps 24
25 eps 25
26 eps 26
27 eps 27
28 eps 28
29 eps 29
30 eps 30
31 eps 31
32 eps 32
33 eps 33
34 eps 34
35 eps 35
36 eps 36
37 eps 37
38 eps 38
39 eps 39
40 eps 40
41 eps 41
42 eps 42
43 eps 43
44 eps 44
45 eps 45
46 eps 46
47 eps 47
48 eps 48
49 eps 49
50 eps 50
51 eps 51
52 eps 52
53 eps 53
54 eps 54
55 eps 55
56 eps 56
57 eps 57
58 eps 58
59 eps 59
60 eps 60
61 eps 61
62 eps 62
63 eps 63
64 eps 64
65 eps 65
66 eps 66
67 eps 67
68 eps 68
69 eps 69
70 eps 70
71 esp 71
72 eps 72
73 eps 73
74 eps 74
75 eps 75
76 eps 76
77 eps 77
78 eps 78
79 eps 79
80 eps 80
81 eps 81
82 eps 82
83 eps 83
84 eps 84
85 eps 85
86 eps 86
87 eps 87
88 eps 88
89 eps 89
90 eps 90
91 eps 91
92 eps 92
93 eps 93
94 eps 94
95 eps 95
96 eps 96
97 eps 97
98 eps 98
99 eps 99
100 eps 100.
101 eps 101
102 eps 102
103 eps 103
104 eps 104
105 eps 105
106 eps 106
107 eps 107
108 eps 108
109 eps 109
110 eps 110
111 eps 111
112 eps 112
113 eps 113
114 eps 114
115 eps 115
116 eps 116
117 eps 117
118 eps 118
119 eps 119
120 eps 120
121 eps 121
122 eps 122
123 eps 123
124 eps 124
125 eps 125
126 eps 126
127 eps 127
128 eps 128
129 eps 129
130 eps 130
131 eps 131
132 eps 132
133 eps 133
134 eps 134
135 eps 135
136 eps 136
137 eps 137
138 eps 138
139 eps 139
140 eps 140
141 eps 141
142 eps 142
143 eps 143
144 eps 144
145 eps 145
146 eps 146
147 eps 147
148 eps 148
149 eps 149
150 eps 150
151 eps 151
152 eps 152
153 eps 153
154 eps 154
155 eps 155
156 eps 156
157 Eps 157
158 eps 158
159 eps 159
160 eps 160
161 eps 161
162 eps 162
163 eps 163
164 eps 164
165 eps 165
166 eps 166
167 eps 167
168 eps 168
169 eps 169
170 eps 170
171 eps 171
172 eps 172
173 eps 173
174 eps 174
175 eps 175
176 eps 176
177 eps 177
178 eps 178
179 eps 179
180 eps 180
181 eps 181
182 eps 182
183 eps 183
184 eps 184
185 eps 185.
186 eps 186
187 eps 187.
188 eps 188
189 eps 189
190 eps 190
191 eps 191
192 eps 192
193 eps 193
194 eps 194
195 eps 195
196 epos 196
197 eps 197
198 eps 198
199 epos 199
200 eps 200.
201 eps 201
202 eps 202
203 eps 203
204 eps 204
205 eps 205
206 eps 206
207 eps 207
208 eps 208
209 eps 209
210 eps 210
211 eps 211
212 eps 212
213 eps 213
214 eps 214
215 eps 215
216 eps 216
217 eps 217
218 eps 218
219 eps 219
220 eps 220
221 eps 221
222 eps 222
223 eps 223
224 eps 224
225 eps 225
226 eps 226
227 eps 227
228 eps 228
229 eps 229
230 eps230
231 eps 231
232 eps 232
233 eps 233
234 eps 234
235 eps 235
236 eps 236
237 eps 237
238 eps 238
239 eps 239
Episodes

Updated 239 Episodes

1
eps 1
2
eps2
3
eps3
4
eps4
5
eps5
6
eps6
7
eps7
8
eps8
9
eps9
10
eps10
11
eps 11
12
eps12
13
eps13
14
eps14
15
eps15
16
eps16
17
eps17
18
eps18
19
eps19
20
eps20
21
eps 21
22
eps 22
23
eps23
24
eps 24
25
eps 25
26
eps 26
27
eps 27
28
eps 28
29
eps 29
30
eps 30
31
eps 31
32
eps 32
33
eps 33
34
eps 34
35
eps 35
36
eps 36
37
eps 37
38
eps 38
39
eps 39
40
eps 40
41
eps 41
42
eps 42
43
eps 43
44
eps 44
45
eps 45
46
eps 46
47
eps 47
48
eps 48
49
eps 49
50
eps 50
51
eps 51
52
eps 52
53
eps 53
54
eps 54
55
eps 55
56
eps 56
57
eps 57
58
eps 58
59
eps 59
60
eps 60
61
eps 61
62
eps 62
63
eps 63
64
eps 64
65
eps 65
66
eps 66
67
eps 67
68
eps 68
69
eps 69
70
eps 70
71
esp 71
72
eps 72
73
eps 73
74
eps 74
75
eps 75
76
eps 76
77
eps 77
78
eps 78
79
eps 79
80
eps 80
81
eps 81
82
eps 82
83
eps 83
84
eps 84
85
eps 85
86
eps 86
87
eps 87
88
eps 88
89
eps 89
90
eps 90
91
eps 91
92
eps 92
93
eps 93
94
eps 94
95
eps 95
96
eps 96
97
eps 97
98
eps 98
99
eps 99
100
eps 100.
101
eps 101
102
eps 102
103
eps 103
104
eps 104
105
eps 105
106
eps 106
107
eps 107
108
eps 108
109
eps 109
110
eps 110
111
eps 111
112
eps 112
113
eps 113
114
eps 114
115
eps 115
116
eps 116
117
eps 117
118
eps 118
119
eps 119
120
eps 120
121
eps 121
122
eps 122
123
eps 123
124
eps 124
125
eps 125
126
eps 126
127
eps 127
128
eps 128
129
eps 129
130
eps 130
131
eps 131
132
eps 132
133
eps 133
134
eps 134
135
eps 135
136
eps 136
137
eps 137
138
eps 138
139
eps 139
140
eps 140
141
eps 141
142
eps 142
143
eps 143
144
eps 144
145
eps 145
146
eps 146
147
eps 147
148
eps 148
149
eps 149
150
eps 150
151
eps 151
152
eps 152
153
eps 153
154
eps 154
155
eps 155
156
eps 156
157
Eps 157
158
eps 158
159
eps 159
160
eps 160
161
eps 161
162
eps 162
163
eps 163
164
eps 164
165
eps 165
166
eps 166
167
eps 167
168
eps 168
169
eps 169
170
eps 170
171
eps 171
172
eps 172
173
eps 173
174
eps 174
175
eps 175
176
eps 176
177
eps 177
178
eps 178
179
eps 179
180
eps 180
181
eps 181
182
eps 182
183
eps 183
184
eps 184
185
eps 185.
186
eps 186
187
eps 187.
188
eps 188
189
eps 189
190
eps 190
191
eps 191
192
eps 192
193
eps 193
194
eps 194
195
eps 195
196
epos 196
197
eps 197
198
eps 198
199
epos 199
200
eps 200.
201
eps 201
202
eps 202
203
eps 203
204
eps 204
205
eps 205
206
eps 206
207
eps 207
208
eps 208
209
eps 209
210
eps 210
211
eps 211
212
eps 212
213
eps 213
214
eps 214
215
eps 215
216
eps 216
217
eps 217
218
eps 218
219
eps 219
220
eps 220
221
eps 221
222
eps 222
223
eps 223
224
eps 224
225
eps 225
226
eps 226
227
eps 227
228
eps 228
229
eps 229
230
eps230
231
eps 231
232
eps 232
233
eps 233
234
eps 234
235
eps 235
236
eps 236
237
eps 237
238
eps 238
239
eps 239

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!