"Ok sudah,... nomor gue juga sudah masuk di handphone elo....ya, disimpan" titah Faro dengan tersenyum manis.
"Baik permisi Bang" jawab Inneke dan berbalik badan kembali, menuju pintu keluar meninggalkan mereka untuk pulang.
"Mario, elo bareng Rendi ya pulangnya, gue ada keperluan mendadak"
Rendi dan Mario hanya saling pandang, mereka berpikir paling akan mendekati Inneke untuk mengantar gadis itu pulang.
"Kalian jangan berpikiran macam-macam, gue bukan mau modusin calon makmum, gue udah ada janji dengan orang lain hari ini" cerita Faro sambil berlari kecil menuju parkiran kampus, berharap melihat gadis anggun yang membuat hatinya menghangat hanya cuma memandanginya dari jauh.
Mario dan Rendi hanya terkekeh menggelengkan kepalanya melihat tingkah Faro yang salah tingkah, terbaca modusnya oleh teman akrabnya.
Di parkiran Faro berharap bisa mengantarkan Inneke pulang sekalian, tetapi sayangnya ternyata Faro melihat Inneke keluar dari parkiran menggunakan motor metiknya dengan perlahan.
Dengan hati kecewa, Faro menuju kafe dengan mobilnya dimana sudah janjian bersama pak Andri tadi malam di kafe.
Saat Faro masuk di kafe itu, ternyata Andri sudah berada di dalam kafe bersama dengan Lewi Cervantes asistennya.
"Abang.....aku disini" panggil Andri dengan melambaikan tangannya.
Faro berlari kecil mendekati mereka dengan cepat "sudah lamakah pak?, maaf terlambat".
"Tidak Bang, kita juga baru saja sampai, ini silahkan pesan dulu pilih sendiri menunya" perintah Andri dengan memberikan daftar menu kepada Faro.
Faro memilih menu spaghetti bolognese dan jus jeruk kepada pegawai kafe, sedangkan Andri Pranoto dan Lewi makan menu makanan tradisional yaitu ketoprak dan minumnya es teh manis.
"Apa yang ingin Abang tanyakan, apakah penting?" tanya Andri penasaran mengawali pembicaraan setelah selesai makan menu yang telah di pesan tadi.
"Tentang Ramos Sandara, pak... katanya sekarang dialah yang memimpin kelompoknya Theo Thanapon, apakah itu betul?" tanya Faro dengan tegas.
Andri Pranoto dan Lewi Cervantes saling memandang, darimana bisa tahu jika Ramos Sandara ada di Jakarta, sedangkan mereka berdua tidak mendengar kabar dari Ramos Sandara.
"Kami justru Belum tahu Bang, jika Ramos ada di Jakarta, nanti kalau sudah mendapat kabar akan aku kabari" jawab Andri.
"Bisakah bapak menceritakan tentang Ramos Sandara dan sepak terjangnya?" pinta Faro.
Akhirnya Lewi lah yang menceritakan tentang Ramos, karena mereka berasal dari daerah yang sama, hanya berbeda suku saja, Ramos Sandara memiliki tiga bersaudara tetapi dua diantaranya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas di kota Papua, memiliki dua istri dan lima anak tetapi mereka tinggal di Papua bersama keluarga besarnya.
Ramos Sandara adalah putra daerah yang sangat ambisius dan mudah berkhianat, dia orang yang haus kekuasaan ingin menguasai wilayah Indonesia, tetapi Ramos tidak memiliki keahlian khusus yang bisa di andalkan, dia bisa karate dan memanah tetapi belum sempat mendapatkan prestasi yang membanggakan.
Ramos juga orang yang mudah emosi dan tidak mempunyai pendirian yang kuat, suka minum alkohol dan main judi, itulah yang membuat prestasinya tidak pernah sesuai dengan harapannya.
"Terima kasih atas informasinya pak Andri, bang Lewi, permisi dulu" pamit Faro sambil keluar dari kafe berjalan ke parkiran.
Faro tidak langsung pulang, menghubungi abinya jika langsung ke rumah Akung Papi tanpa harus pulang terlebih dahulu.
Sampai di rumah Akung Papi, Faro bertemu Tante Kemmy bersama di cantik Ratih putrinya yang sekarang kelas lima SD sedang asyik mengerjakan tugas dari sekolah di ruang keluarga.
"Tugas apa Ratih?" tanya Faro dengan mengacak rambutnya.
"Bunda.... Abang tuuh, gangguin aja, rambut Ratih jadi berantakan" cabik Rati dengan mengerucutkan bibirnya.
"Bang... jangan ganggu adik Ratih lah aaah!".
Faro hanya terkekeh meninggalkan ruang keluarga berjalan ke kamar Akung Papi, menjenguk Akung Papi yang sedang berbaring di tempat tidur untuk beristirahat.
"Kung.... Akung, sakit apa?" tanya Faro sambil mencium punggung tangannya.
"Cuma sedikit pusing aja Bang, kok sendirian, tidak bareng sama Abi?" tanya Papi Bastian.
"Tidak kung... Abang dari kampus langsung kesini, paling sudah otw"
Faro duduk di pinggir tempat tidur Akung Papi sambil memijit kaki Akung Papi dengan lembut dan bercerita panjang lebar baik tentang kuliah ataupun tentang hobi Faro yang selama ini masih di lakukan oleh Faro.
Mobil Ken datang bersama Imma, Fia dan Ezo setelah Faro berada di kamar Akung Papi selama setengah jam, baru mereka bergabung dengan Faro dan Akung Papi untuk melihat keadaan beliau.
Imma membantu Mami Winda di dapur untuk masak makan malam bersama dan di susul oleh Kemmy, sedangkan Ratih, Ezo dan Fia bermain di ruang keluarga dengan riang.
"Kemmy... kenapa tidak tambah satu lagi, coba di kasih adik untuk Ratih?" tanya Imma sambil memotong motong sayuran.
"Sebetulnya pingin sih kak, ini juga sudah tidak ber-KB lagi tetapi belum di kasih aja sama yang diatas" jawab Kemmy pasrah.
"Tidak usaha tiap malam kali?" tanya Imma usil.
"Kakak..memang tidak capek, tiap malam harus olahraga terus" protes Kemmy dengan mengerucutkan bibirnya.
Ken yang mendengar obrolan antara adik dan kakak iparnya itu, terkekeh mendekati Imma dengan memeluknya dari belakang menggoda Kemmy.
"Masak kamu kalah sama kakak sih Kem, kakak aja tiap malam dua ronde, bagaimana mau jadi kalau kamu nya loyo gitu?" goda Ken memamerkan kemesraan di depan mereka.
Mami Winda malah senyum senyum sendiri melihat kedua kakak adik itu berinteraksi membahas adegan ranjang.
"Memang betul kak Imma tiap malam dua ronde?" tanya Kemmy penasaran.
Imma melepaskan diri dari pelukan Ken dan menatap horor kepada suaminya yang selalu mesum saja pikirannya.
"Tidak usah dengerin kakakmu Kemmy, terkadang dia malah lebih dari dua kali, kakakmu itu memang mesum aja pikirannya" tanpa sadar Imma berkata itu.
Ken jadi tertawa terbahak bahak mendengar celotehan Imma yang tanpa sadar mengatakan dengan jujur dan Mami Winda geleng-geleng kepala
"Hah....dasar kakak bucin dan mesum, kan kasihan kak Imma kecapean?" kata Kemmy sambil melempar kulit kentang yang ada di samping Kemmy.
"Mana ada capek, kan enak dan mantap" jawab Ken sekenanya.
"Sudah jangan bicara itu terus, ada Abang kesini tuuuh" larang Mami Winda.
Datang Faro dari kamar menyusul Ken ke dapur karena sangat haus udaranya panas walaupun waktu sudah mulai sore, Ken duduk di kursi meja makan sambil terkekeh.
"Umi....Abang haus banget, apakah ada sirup?".
"Di kulkas Bang, sudah tinggal di tuang di gelas, apa perlu umi ambilkan?" tanya Imma sambil mengambil gelas.
"Tidak usah mi, Abang ambil sendiri aja".
Malam harinya keluarga Ken menginap di rumah Papi Bastian, karena rencana besok pagi, akan ziarah ke makam ibu Lestari bersama sama jika Papi Bastian sudah sehat.
Pagi hari pukul sepuluh semua keluarga berkonvoi dengan tiga mobil ke makam ibu Lestari dengan membeli bunga terlebih dahulu sebelum berangkat.
Setibanya disana Ken membersihkan dari kotoran dan rumput yang ada di sekitar makam itu, baru berdoa bersama, meletakkan bunga diatas nisan Ibu lestari.
Hanya Faro yang raut wajahnya begitu sendu saat berdoa di atas pusara ibu yang baru saja di ketahui beberapa hari lalu, yang dari kecil berdoa dengan menyebut Uthi Tari sekarang dengan menyebut Ibu lestari air matanya menganak sungai tanpa di sadari.
Berdoa dengan sepenuh hati, semoga bahagia disisi Allah SWT, dan diampuni dosanya membuat air mata Faro semakin deras mengalir, karena dia tahu hanya doa dari anak yang soleh yang akan mengantarkan ibunya di Jannah Nya.
Imma dan Ken memeluk putranya dari samping kanan dan kiri untuk menguatkan hati yang sedang rapuh.
"Maafkan kami Bang, maaf karena Abang baru bisa mengetahui ini sekarang, ini semua demi kebaikan dan keselamatan keluarga kita" nasehat Ken dengan mengusap punggung Faro.
Ezo, Ratih dan Fia yang tidak tahu ceritanya melihat abangnya menangis tersedu-sedu hanya saling memandang tetapi tidak berani berkomentar sedikitpun.
Siangnya Ken sekeluarga pulang ke rumah sedangkan Papi Bastian, Mami Winda dan Rama sekeluarga pulang juga ke rumah mereka sengaja tidak mampir ke rumah Ken karena mengingat Papi Bastian belum begitu fit kesehatannya.
Sesampainya di rumah Faro tanpa mengucapkan sepatah katapun langsung masuk kamar, merebahkan tubuhnya terlentang menatap langit langit kamar hanya membayangkan wajah ibu dan ayah kandungnya yang tidak pernah di jumpainya sama sekali.
Ezo dan Fia yang dari tadi tidak faham mengapa abangnya yang menangis seperti itu jadi penasaran saat Ken dan Imma sedang santai di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Bi, kenapa sih kok Abang tumben amat sampai segitunya nangis?" tanya Fia penasaran, Ezo pun ikut nimbrung ingin mendengarkan jawabannya.
"Abang tadi teringat sama Abi Dona, jadinya baper, jangan di ganggu abangmu kasihan jauh kalau mau ziarah kesana" jawab Ken dengan mentowel hidung kedua anaknya.
Memang sedari kecil mereka tahunya jika abangnya itu satu ibu tetapi beda ayah, tetapi tetap saling menyayangi dan tidak membeda-bedakan antara ketiganya.
Akhirnya Fia dan Ezo ke kamar masing-masing untuk beristirahat sejenak, sedangkan Ken bergeser duduknya mendekati istrinya, Ken hanya senyum senyum sendiri mengingat kejadian kemarin dengan kepolosan Imma yang terlalu jujur kepada Kemmy tentang olahraga malam.
"Honey.... honey....." panggil Ken.
"Hmmmm..." jawab Imma yang tidak memperhatikan Ken karena melihat film di televisi tanpa berkedip.
"kok Abi pingin olahraga ya mi?" ucap Ken sambil memeluk Imma dari samping.
"Sana di halaman belakang kalau mau olahraga, jangan disini, ganti baju dulu tapi" jawab Imma dengan serius.
"Mana bisa olahraga di belakang, ke kamar yok!" ajak Ken.
"Sayang ... sana olahraga sendiri di halaman belakang, filmnya lagi seru nich".
"Honey, mana bisa olahraga yang ini main solo, tidak asyik lah, harus harus main ganda dong".
Imma yang baru menyadari olahraga yang di maksud Ken, mencubit pinggang Ken dengan gemas.
"Dasar suami mesum, anak-anak sudah besar kok tidak berubah juga".
"Auw.....auw..... sakit honey, Abi rela dicubit seratus kali asalkan bawah juga ikut di cubit" jawab Ken bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
mbak i
hadeuhhh,,,abi,,,tiada hari tanpa olah raga🤣🤣🤣🤣dasar omes
2021-04-06
2
✨ᥣᥱs𝗍ᥲ sһіᥒ✨
wah abi kenzie makin encum bikin umi imma gemas sendiri wkwkwk🤣
2021-04-04
4
NaChery
lanjut
2021-04-04
1