Hampir satu Minggu ini Faro di sibukkan dengan menganalisa kejadian penembakan pengedar narkoba dari daerah Sumatra yang berada di halte busway di salah satu jalan jenderal Sudirman Jakarta.
Pengedar narkoba itu di tembak oleh polisi menggunakan peluru resmi yang biasa di pakai oleh pihak kepolisian, tetapi anehnya peluru yang bersarang di leher memiliki peluru dengan jenis yang berbeda.
Sehingga membuat pihak kepolisian mengalami kesulitan menganalisa darimana asalnya peluru itu, inilah tugas Faro dan stafnya jenderal Hendro, membantu memecahkan misteri yang lumayan sulit.
Faro bersama staf rahasia dan bergabung juga jenderal Hendro, menganalisa vedio kejadian di halte busway itu.
"Pak...pak... coba di ulang saat peluru melewati tiang halte itu?" kata Faro dengan menunjuk layar monitor.
Faro melihat peluru yang melesat ke arah pengedar narkoba itu dalam tayangan lambat ada bayangan peluru juga walaupun tidak terlalu terlihat jika di lihat dengan mata telanjang.
"Coba di perbesar sedikit lagi pak, ada peluru dari arah samping yang melesat bedanya hanya per sekian detik dari peluru polisi" pinta Faro lagi sambil menyipitkan matanya agar lebih jelas.
"Binggo...... dapat" kata Faro dengan ber-yes ria setelah menemukan misteri darimana peluru itu berasal.
"Maksudnya gimana Faro?" tanya jenderal Hendro.
"Peluru dari arah gedung seberang jalan itu pak, sepertinya yang menembak adalah sniper handal dengan menggunakan senjata api yang menggunakan peredaran suara" keterangan Faro.
Semua anggota staf itu bertepuk tangan berdecak kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh Faro, saling berpelukan mengucapkan selamat.
"Satu lagi pak, coba di cari lagi peluru yang di tembakkan oleh pihak kepolisian di daerah halte busway" saran Faro kepada jenderal Hendro.
"Ok... Faro, sisanya biar aku yang mengatasi, ini sudah sore kamu pulang saja" kata jenderal Hendro dengan menepuk pundak Faro.
"Baik pak, nanti kabari lagi jika sudah tertangkap tersangkanya" jawab Faro sambil berlari keluar ruangan menuju parkiran.
Baru mau menjelaskan mobilnya Faro mendengar suara notifikasi handphone yang berada di saku jaketnya.
Ternyata dari Mario yang mengabarkan jika dia dan Rendi sudah menunggu di kafe milik uminya yaitu Imma Kafe, setelah dia mengatakan lagi otw pulang, mereka menunggu dengan memesan menu andalan kafe itu.
"Sorry bro, gue ada urusan sedikit tadi" kata Faro saat bergabung dengan temannya dan duduk di depan Mario.
"Ada apa kok tumben langsung kesini, tanpa memberitahu gue?" tanya Faro penasaran.
"Kemarin ada yang mengusulkan akan mengadakan penggalangan dana untuk membantu bencana alam yang terjadi di Sulawesi" cerita Mario.
"Bagus juga itu, siapa yang usul?" tanya Faro sambil membuka jaketnya di lingkaran di pinggang dan diikat di perutnya.
"Itu calon makmum elo, sama teman dekatnya, beeeuh cantik juga dia target gue selanjutnya" cicit Rendi dengan mata berbinar.
"Aduuuh.. mulai lagi ini playboy kampung, jangan macam-macam dengan teman calon makmumnya bos gue, di tendang langsung sampai puncak Monas mau?" Celoteh Mario kesal.
"Yaelah bro....,mentang mentang mau diangkat menjadi tangan kanan, dibela Teruuuuuuus" protes Rendi.
"Sudah aaah, kalian ini kalau bertemu kayak Tom and Jerry aja, ini ngomong ngomong kenapa tidak elo ajak itu calon makmum gue kesini rapat".
"Enak di elu, tidak enak di gue, ogah nanti kite jadi nyamuk, besok aja kita rapat di kampus" Rendi berceloteh lagi.
"Gue aja yang share di group besok kita rapat saat jam istirahat" Mario memberi saran.
Saat asyik bercengkerama dengan akrabnya Faro mendapat telepon dari uminya.
"Umi.... Abang sudah pulang dari tadi, ini lagi ada di kafe sama Mario dan Rendi, coba kesini kalau tidak percaya" kata Faro saat menjawab telepon uminya, memang jika sudah waktunya pulang tetapi belum sampai rumah pasti umi selalu khawatirkan gumamnya dalam hati.
"Eleeeeh... eleeeeh anak umi yang ganteng" goda Rendi dengan mentowel dagunya.
Tanpa di sadari oleh mereka bertiga, datang wanita anggun dan cantik mendekati dengan tersenyum manis.
"Apa kalian sudah lama, kenapa ngumpul disini, bukan di rumah saja?" tanya Imma tersenyum.
"Sudah satu jam yang lalu tante, disini aja sekalian cuci mata lebih enak" jawab Rendi sambil mencium punggung tangannya, diikuti oleh Mario.
"Perlu di cuci pakai sunlight mata Rendi Tante biar bersih....he...he...he.." cicit Mario terkekeh.
"Kalian ini ..ya sudah lanjutkan, kalau lapar ajak kedalam Abang, bibi masak banyak" titah Imma dan berjalan meninggalkan mereka menuju rumah utama.
"Kalau di lihat-lihat umi elu masih muda banget lo bro, coba bukan umi elo, gue embat juga dia" celoteh Rendi tanpa merasa berdosa.
Faro yang mendengar celotehan Rendi langsung menendang kakinya dengan cepat "Emang elu mau mati di tangan gue, umi gue mau elu embat juga, sembarangan".
"Aduh.....sakit tau, habisnya masih muda banget, beeeuh layaknya kayak kakak adik" ucap Rendi lagi.
"Uhuk.....uhuk...." Faro langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan Rendi yang sebetulnya benar adanya.
"Hati-hati...nich diminum" perintah Mario sambil mengulurkan tangannya memegang sebotol air mineral.
Faro menenggak air mineral itu langsung habis tanpa sisa dan langsung diletakkan di atas meja, hati Faro justru menghangat mendengar ucapan Rendi tadi, sungguh hatinya merasa bersyukur jika uminya itu adalah kakaknya walau hanya satu ibu beda ayah, umi adalah idola bagi Faro dia wanita yang cantik, anggun keibuan dan rela berkorban demi untuk anak-anak dan keluarga.
Keesokan harinya di kampus jam istirahat siang, semua anggota senat mahasiswa sudah mulai berkumpul di aula kampus untuk memulai rapat acara penggalangan dana untuk bencana alam.
Kali kedua Faro Bertemu dengan Inneke, apalagi Mario sengaja memberikan perintah kepada Inneke duduk di sebelah kiri Faro, sedangkan Mario ada di sebelah kanan Faro.
Selama rapat sesekali Faro melirik gadis itu, mencuri pandang, terkadang mendekat pura-pura pengambil sesuatu yang dekat dengan gadis itu dan menghirup aroma parfum rasa vanilla yang lembut.
Hanya mencium parfum gadis itu saja Faro sudah seperti mabuk kepayang apalagi memeluknya, pikiran Faro sudah traveling kemana-mana.
Satu jam rapat itu selesai, kesepakatan sudah di buat tugas juga sudah di bagikan kepada seluruh anggota masing-masing.
"Inneke... kamu jangan pergi dulu, selesaikan laporan dari pertemuan kita ini, jangan di tunda" kata Faro saat melihat Inneke ingin meninggalkan aula kampus.
"Di ruang kantor sekretariat aja jangan di aula, disini akan ada acara yang lain" saran Mario bijak.
Faro semakin tersenyum jika bisa berdua di sana bersama dengan gadis yang dia sukai.
Faro berjalan ke ruang sekretariat diikuti Inneke di belakangnya, tetapi Mario dan Rendi berjalan memanjangkan langkahnya sejajar dengan Faro dan melewati Inneke.
"Ngapain elo ikut, tugas lo kan sudah selesai?" tanya Faro kesal.
"Enak aja elu mau berduaan, nanti yang ketiga setan" jawab Rendi dengan devil.
"Iya setan nya elo, kan elo yang ketiga" jawab Faro sekenanya.
"Sembarang...mana ada setan seganteng gue" jawab Rendi dengan memukul bahu Faro.
Faro berjalan sedikit melambat mensejajarkan langkah dengan Inneke, melihat lumayan banyak kertas yang dibawa Inneke, di raihnya kertas itu.
"Sini Abang aja yang bawa, nanti tangan elu capek" kata Faro.
"Tidak usah Bang, aku bisa sendiri" larang Inneke.
"Sudah sini, mumpung Abang lagi baik hati".
Dengan terpaksa Inneke membiarkan kertas itu di bawanya, padahal tidak enak hati jika hanya melenggang tanpa membawa apapun.
"Helehh...mulai modus, mudah elo terbaca tau" cicit Rendi.
Hampir setengah jam Inneke mengerjakan laporan dalam diam, tidak berani melihat ketiga sahabat yang mengerjakan tugas masing-masing sambil bercanda.
"Bang...ini tugasku sudah selesai, apalagi yang bisa aku bantu?" tanya Inneke sambil menyerahkan berkas laporan.
"Iya terima kasih, satu lagi tapi tunggu dulu, Abang bereskan sedikit lagi" jawab Faro.
Setelah selesai membereskan meja, Faro berdiri mengajak Inneke keluar ruang sekretariat "Ayo... cepat Inneke, elo dan elo jangan ikuti gue, disini aja".
Faro berjalan keluar diikuti oleh Inneke dengan cepat tanpa berani bertanya kepadanya mau diajak kemana oleh Faro, ternyata menuju kearah kantin.
"Duduklah elu mau makan apa, dan minumnya sekalian?" tanya Faro setelah duduk bersebelahan dengannya.
"Bakso aja, minumnya air mineral boleh".
Mereka makan bakso dengan diam sampai habis di mangkok, terutama Inneke sering tertunduk malu karena sering di lirik oleh Faro.
"Elo di Jakarta tinggal dimana?" tanya Faro mengawali pembicaraan setelah selesai makan.
"Aku tinggal bersama nenekku Bang, di pinggir kota Jakarta".
"Memang kedua orang tua elo dimana?" hanya Faro lagi.
"Mereka masih di Malaysia bersama adik laki-laki ku".
Setelah selesai makan siang Faro dan Inneke masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti mata kuliah sampai sore.
Semenjak makan siang bersama Faro dan Inneke sering saling mengirim pesan walau hanya sekedar bertanya apa kabar, sedang apa ataupun yang lainnya.
Sudah satu Minggu ini mereka berdua hanya saling mengirim pesan saja tanpa sempat bertemu, karena kesibukan masing-masing, Senin ini rencananya mereka janjian ketemu di kantin kampus.
Bangun tidur Faro begitu bahagia, mandi dengan bersenandung, memakai parfum, memakai baju terbaik, dengan penampilan yang sempurna, berlari turun dari lantai atas bergabung dengan keluarga tercinta sedang sarapan pagi bersama.
"Beeuuuh, Abang ganteng dan rapi banget, mau kuliah atau mau ketemu cewek?" tanya Ezo curiga.
Faro hanya terkekeh dengan membetulkan posisi kerahnya dan duduk di samping abinya.
"Dari dulu Abang kan sudah ganteng, ama Abi aja hanya sebelas, dua belas tapi banyakan Abang dikit...iya kan Abi?" tanya Faro dengan menyenggol lengan Ken.
"Iya deh...ganteng Abang, tetapi ngomong ngomong putra Abi sedang jatuh cinta ya?" goda Abi dengan mengedipkan matanya.
"Aaah.... Abi, bisa aja, tapi kalau menurut umi Abi lah yang paling ganteng" Seloroh Faro.
"Eeeeee nanti dulu, adik dong yang paling ganteng, iya kan umi?" Protes Ezo dengan kesal.
"Iya....iya putra umi Ezo lah yang paling ganteng dan putri umi Fia adalah yang paling cantik" kata Imma dengan bijak.
__________________
Hai shobat......
happy reading, jangan lupa like vote dan
komentar serta hadiahnya....
terima kasih......
I love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Devil ya bukan Defil. Klo mau pake kata dlm Bahasa Inggris, ada baiknya penulisnya search dl kata yg benar penulisannya. Ini kesalahan nulis kata Devil jd Defil udah berulang dr novel sebelumnya. Nulis High Heels jg salah sblmnya.
2021-09-26
1
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Ini sebenarnya novelnya bagus. Tp terlalu banyak kata yg salah & hilang. Dari Novel yg Dia Adikku Bukan Anakku, kesalahannya berulang terus. Peredam jd peredaran. Hamil 7 bln jd 7 tahun. Memasukkan jd kemasukkan. Banyaklah... Sampe bingung krna qt mesti koreksi sdri dikepala tiap baca. Tolong dong Thor diRevisi lg. Makasih.
2021-09-26
1
mbak i
siapa inneke ya???
2021-04-06
1