Sore menjelang, Ashe merasakan otaknya sudah panas. Ia mencatat sendiri jadwal untuk besok yang harus dilakukan. Bahkan ia terpaksa menyalin dan membalas semua janji temu dengan klien dari emailnya.
Ashe bahkan tidak keluar makan siang dan makan diantara berkas - berkasnya. Dimas, sang OB di strap untuk membantu mengurus perutnya.
Entah kenapa, Ashe merasa nyaman diladeni OB satu itu, apalagi Dimas sangat telaten dan sabar menghadapi Ashe.
Ashe keluar dan pamitan dengan karyawan diluar ruangannya. meski terkesan sadis dan tak terlalu banyak senyum, tapi Ashe tetap mau menyapa dan berbicara dengan karyawan lain yang merupakan bawahannya.
" Saya permisi pulang dulu ya ! Otak saya sudah panas dikerjain Bu Dema dan Pak Argo " cengir Ashe to the point.
Yang disebut namanya, menunduk takut.
" Pastikan semua masuk besok ya. Saya ingin traktir kalian untuk perkenalan ! " imbuh Ashe.
Bawahan Ashe di ruang itu bersorak riuh kesenangan. Ashe berjalan menuju lift. Menunggu sebari menenteng tasnya. Ia mengerak - gerakkan kepalanya karena pegal. Pintu lift terbuka. Dimas muncul.
" Ibu mau pulang ? " sapa Dimas.
Entah kenapa, Dimas tampak renyah dan tanpa beban mengatakan itu. Seolah bertanya pada teman bukan pada atasan.
" Iyaa. Saya sudah tidak mampu Dim. Saya mau pulang, tidur. Tolong beresin ruangan saya. Saya mau kamu yang beresin. Tidak orang lain ! " sahut Ashe tanpa senyum.
Tapi Dimas tak merasa takut dengan ekspresi Ashe. Ia merasa senang di suruh Bosnya.
" Baik Bu ! " angguk Dimas.
Ashe masuk lift. Ini memang jam pulang kerja. Banyak karyawan yang juga memenuhi lift. Mereka menyisakan ruang untuk Ashe dengan diam karena raut wajah Ashe yang tampak menyeramkan tanpa senyum.
Ashe keluar lift lebih dulu, berjalan ke lobby dan tampak sopirnya sudah menunggu. Satpam membantu membuka pintu..Sopir kemudian menjalankan mobilnya pulang.
*****
Ashe berjalan gontai memasuki rumah. Mama yang sedang menyiapkan makan malam menatapnya heran.
" As....! Kamu kerja ngaduk semen ??? " tanya mama heran melihat Ashe yang tampak kusut tanpa senyum.
" Apa sih Ma ??? " Ashe. melempar tasnya di sofa dan menjatuhkan pantatnya dengan keras.
" Kamu ini masuk rumah nggak pakai salam. Nyonong aja. Udah gitu muka kusem begitu. Pasti semua karyawan kamu takut...??? "
" Kayaknya ! 'sahut Ashe sambil beranjak.
Mengambil tasnya dan mencomot makanan di meja.
" Eiiisss.... mandi dan cuci tangan dulu..! " tepis mamanya.
Ashe tak peduli sebari mengunyah makanan dan berjalan ke kamar.
" Ashe.... si Adit kemana ? Kok nggak dateng kemari ??? " celeguk mamanya mendadak.
" Udah ku bunuh !! " sahut Ashe cuek dan santai.
" Terus kenapa kamu belum masuk penjara ??? " mama Ashe malah bertanya tak jelas.
" Polisinya kasian sama aku Ma. Karena aku cantik ! " sahut Ashe seraya membuka pintu kamar.
Ashe langsung menutup pintu. Bersandar dan tertegun. Ia mendadak merasakan dadanya sesak. Tak terasa air matanya menetes. Ashe hanya mencoba terlihat kuat seolah tak terjadi apapun. Bagaimana pun, ia seorang wanita. Dikhianati pacar bukan suatu hal yang menyenangkan. Apalagi pengkhianatan yang fatal bagi Ashe.
Ashe dan Adit memang pacaran sejak lulus SMA. Mereka terpaksa LDR karena Ashe harus menempuh pendidikan di luar negeri seperti keinginan papanya. Awalnya mereka baik - baik saja menjalani LDR selama Ashe kuliah. Namun, akhir - akhir ini Adit mendadak sering hilang tanpa kabar membuat Ashe penasaran. Bahkan ketika Ashe memberi tahu kepulangannya, Adit sama sekali tak merespon. Hingga akhirnya, Ashe menyusul ke kantor tempat Adit bekerja dan memergoki Adit tengah bersama wanita lain. Sejak saat itu, Ashe memutuskan hubungannya dengan Adit.
Ashe melempar tasnya ke tempat tidur. Tak mau berlama - lama merutuki nasibnya yang selalu buruk. Mulai dari pacar dan sahabat - sahabatnya Rasanya semua tidak ada yang jelas bagi Ashe. Mereka tampaknya mendekati Ashe hanya ketika sedang butuh bantuan. Ketika mereka hidup enak, maka Ashe akan dilupakan.
Ashe bergegas mandi. Kemudian mengenakan baju santai dan keluar lagi untuk makan. Tampaknya Pak Fajar sudah pulang. Ia tengah duduk di meja makan dan ngobrol dengan istrinya. Ashe mengeser kursi dan duduk. Mengambil makanan untuknya.
" Gimana As, senang dengan hari pertamamu kerja ? " tanya Pak Fajar disela makannya.
" Senang sekali Pa ! " cengir Ashe.
Pak Fajar tersenyum.
" Kalau senang, kenapa mukamu jutek begitu pas pulang ? celetuk mama Ashe.
" Soalnya dikerjain ma staff !! "
Pak Fajar tertawa.
" Nggak ada kayak gitu !! " sanggahnya.
" Iyaa, mana ada yang berani ngerjain CEO nya !! " kata mama Ashe.
" Adaaa !!! Dan itu ide Papa !! " sahut Ashe.
"Haha.... itukan hanya sebagian kecil pekerjaan saja. Lagipula kamu sudah belajar banyak. Kamu juga sudah berpengalaman di bidang ini ! " kata Pak Fajar.
Ashe hanya nyengir.
" Aku butuh sekretaris sekaligus asisten Pa. Tidak mungkin Dema melayaniku terus ! " kata Ashe.
" Baiklah, pertimbangkan lingkungan dekatmu !! "setuju Pak Fajar.
Ashe hanya mengangkat bahu. Tak mengerti maksud papanya tapi juga tak ingin bertanya. Ashe melanjutkan makan. Kemudian ia pamit ke kamar melihat Hp nya. Bahkan disaat seperti ini tak ada satu pesan pun yang tertuju padanya. Hanya grup SMA yang tampak ramai membicarakan dirinya dan Adit. Entah dari mana kabar itu diketahui secara umum. Ashe kembali melihat jadwalnya untuk esok sekedar mengingatnya. Kemudian ia membaca proposal kerja sama dengan Gena Line karena tadi memang belum sempat melihatnya.
****
Dengan ditemani Dema, akhirnya Ashe pergi ke Gena Line. Mereka memang janjian agak pagi. Ashe tak mau pergi sendiri karena suasana hatinya yang kacau. Postingan grup yang menunjukkan foto Adit bersama wanita cantik membuat pikirannya mendidih. Walau membenci Adit karena dikhianati, namun perasaan Ashe masih dilanda deru kebimbangan. Walau bagaimana pun, ia pernah mencintai lelaki itu dan berharap lebih dari sekedar pacaran.
Ashe dan Dema keluar dari lift begitu sampai lantai 6. Kepala Ashe mendadak sedikit pusing mencium bau yang menurut hidungnya sensitif. Padahal itu hanya pewangi ruangan.
Dema menghampiri meja resepsionis dan mengatakan ada janji temu dengan Pak Gena. Seorang wanita cantik dan modis menyambut Ashe dan Dema. Ia memperkenalkan diri bernama Afgis, sekretaris Pak Gena. Ia kemudian mengantarkan masuk ruangan Pak Gena. Ashe tertegun. Ruangannya sangat luas dan elegan.
" Pak Gena, ini Bu Ashe dari JAE sudah datang ! " kata Afgis.
Pak Gena yang tengah duduk menghadapi laptop menengadah, kemudian bangkit dan tersenyum.
" Mari silahkan duduk Bu ! " ucap Afgis ramah.
" Ayo, silahkan !! " sambut Pak Gena seraya mengulurkan tangan dengan senyum yang sulit diartikan Ashe.
" Saya Gena Abi ! " ulurnya.
Ashe menyambut uluran tangan Pak Gena dan berusaha tersenyum. Memang Gena ini masih tampak sangat muda dengan perawakan atletis dan menggoda bagi setiap perempuan.
" Ashena ! " sahut Ashe.
Pak Gena menyilahkan Ashe duduk sementara Dema berdiri di belakang Ashe.
" Saya sudah mempelajari proposal anda Bu Ashe. Saya sangat tertarik untuk menyediakan moda transportasi untuk menjadi armada logistik anda. Ini bisnis yang sangat menguntungkan. Pasti akan sangat berkembang pesat dengan dipimpim CEO cantik seperti anda ! "kata Pak Gena langsung tanpa basa basi.
" Terima kasih Pak. Saya rasa pujian anda belum tepat. Saya baru bekerja sehari ! " sahut Ashe.
Pak Gena tertawa.
" Baiklah. Sepertinya anda buru - buru Bu Ashe. Saya bisa tanda tangan sekarang. Tapi bolehkah saya minta satu hal ? "
Perasaan Ashe mulai tidak enak. Masalahnya ia tahu Gena Abi ini seorang playboy.
" Apa itu Pak ?? " tanya Ashe.
" Malam ini, luangkan waktu untuk makan malam dengan saya !! " sahut Pak Gena dengan sedikit berbisik.
Ashe terdiam. Kalau bukan karena butuh, ia malas berurusan dengan orang ini.
" Baiklah, kirimkan alamatnya pada saya ! " kata Ashe akhirnya mengalah. Lebih tepatnya mempercepat proses.
Pak Gena tersenyum penuh kemenangan. Ashe mengambil map dari tangan Dema dan meletakkan depan Pak Gena. Gena pun membuka map itu dan menanda tanganinya. Kemudian Ashe pun menanda tangani berkas perjanjian itu. Kemudian mereka pun menanda tangani salinan berkas. Ashe kemudian pamit karena tak ingin berlama - lama berada di Gena Line.
****
" Bu Ashe, Pak Gena sepertinya menyukai anda ! " kata Dema pelan setelah mereka dalam mobil untuk perjalanan pulang ke kantor.
Ashe mendesah.
" Aku belum tertarik untuk memulai suatu hubungan Dem ! " sahut Ashe.
" Ibu yakin ?? Dia diincar banyak gadis anak pejabat, bahkan artis juga ! "
" Biar saja. Oiya, berapa yang akan wawancara untuk jadi sekretarisku ?? " Ashe mengalihkan pembicaraan.
" Ada 6 yang melamar online Bu. Yang langsung ada 3 ! "
" Baik. Kasih saya cvnya ya ! Jadwalkan untuk wawancara besok ! "
" Baik Bu ! " sahut Dema.
Tak terasa mereka sudah sampai di kantor.
" Dema, tolong panggilkan Dimas ke ruang saya ya ! "
" Dimas siapa Bu ? "
"OB !! "
" Oh, OB baru itu ya ? "
Ashe mengenyitkan dahi.
" Dia OB baru Bu ! Baru beberapa hari ! "
" Iya... itu !! "
Dema mengangguk. Ashe masuk ke ruangannya. Tak lama, Dimas datang.
" Ibu manggil saya ?? "
Ashe menengadah menyelidik, Dimas tak bawa apa - apa. Dimas sendiri tampak kebingungan.
" Saya mau minum !! Kenapa kamu tidak bawa apa - apa ? "
Dimas nyengir.
" Maaf bu, saya kira manggil saya untuk keperluan lain ! "
" Minum saja !!! "
" Apa minumnya ? " tanya Dimas yang terdengar sangat perhatian pada Ashe.
Ashe memejamkan mata menahan halu ingin punya pacar yang perhatiaan.
" Air Dim ! "
Dimas ingin tertawa. Tapi ditahan takut Ashe tersinggung.
" Maksudku, air es jeruk !! " ralat Ashe makin tak konsen.
" Ada yang lain yang ingin dimakan ? " tanya Dimas.
Pertanyaannya bener membuat Ashe makin halu perhatian pacar.
" Tidak Dim ! "
" Baik Bu. Ibu mikirin apa ? Kok kayaknya pikirannya ambyar banget ? " celetuk Dimas membuat Ashe syok.
" Pacaaar !!! "
" Kenapa ?? " OB satu ini nggak ada takutnya kayaknya.
" Nggak punyaaaaa ! "
Barulah Dimas tertawa. Tapi anehnya Ashe tak tersinggung sama sekali.
" Ketawain aja fact hidup gue Dim !! " sewot Ashe.
Dimas menutup mulut.
" Maaf Bu ! Saya permisi ! Beneran nggak mau camilan !? " tegas Dimas lagi.
Ashe menarik nafas dalam.
" Pergilah Dim, sebelum pikiranku makin halu ! " usir Ashe.
Dimas tersenyum seraya keluar ruangan Ashe. Ashe sendiri kembali berkutat dengan berkas - berkas di mejanya. Tak lama Dema datang membawa print out cv. Ashe menerimanya dan melihat - lihat siapa yang daftar.
" Baik. Panggil mereka besok. Dan sekarang beri tahu semua untuk makan siang di resto solo di depan. Katanya enak Dema ! "
" Iya Bu ! "
" Oya, sekalian sama OB yang bertugas melayani di departemen kita ya ! "
Dema agak bingung. Tapi kemudian mengiyakan. Dema keluar rruangan Ashe dan berpapasan dengan Dimas yang membawa satu gelas besar es jeruk. Dema agak heran dengan tingkah nyeleneh CEO nya kali ini.
" Bu... ini ez jeruknya ! " sodor Dimas.
Ashe tak menyahut hanya langsung mengambil gelas dari nampan Dimas. Menengaknya habis tanpa sisa membuat Dimas bengong.
" Ibu habis gali sumur di Gena Line ?? " tanya Dimas.
" Sumurnya baru mau di gali Dim. Sudahhh... kamu jangan ngeledekin saya mulu. Ayo kita makan siang dulu ! " kata Ashe seraya menutup laptopnya dan meraih tasnya.
Dimas bingung. Ashe menyadarinya.
" Sama semua di departement ini. Kemarin Dema sudah booking tempat !" kata Ashe.
" Kirain sama saya doang ! " celetuk Dimas.
" Ngareeep !! " sahut Ashe tanpa marah.
Dimas terkekeh.
" Ibu kayaknya dibikin ambyar sama Pak Gena ! "
" Sok tahu kamuuu ! " sahut Ashe seraya berjalan mendahului Dimas. Dimas membuntuti dibelakangnya.
Ternyata semua karyawan sudah siap. Mereka menyambut Ashe dengan senang hati. Ashe hanya membalas dengan senyum dan berjalan lebih dulu. Mereka mengakrabkan diri dengan makan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments