"Maaf ya bro, kami pulang dulu. Soalnya bos udah ngomel," Rio mewakili mereka bertiga.
"Iya Yo. Besok kalian datang kan?" tanya Dika.
"Pasti dong bro. Elo tunggu aja, nanti gua bawa deh banyak wanita seksi." Ucap Rio sambil melambaikan tangannya.
Dika menyaksikan kepergian teman-temannya. Mereka memasuki mobil masing-masing dan pergi meninggalkan Dika.
"Sepertinya gua juga harus balik. Udah dua Minggu gua tidak ke rumah." gumam Dika.
Beberapa menit kemudian, setelah dia merapikan kos-kosan itu, dia menuju sebuah motor sport.
Tiba-tiba handphone nya berdering.
"Ada apa, Susi?" tanya Dika di telfon.
"Sorry ya, gua ada urusan penting nih," ucapnya sekali lagi.
"Besok aja, gimana?" lagi-lagi Dika bertanya.
"Ok. bye!" dia mematikan teleponnya duluan.
Ngerepotin banget sih nih cewek!
Dika menyalakan motornya. Secepat kilat, dia tidak tampak lagi. Kecepatannya memang bak pembalap.
Hari sudah hampir malam, Dika memarkirkan motornya di halaman rumah yang terbuat dari batu bata bersusun.
Sebenarnya, jantungnya deg-degan untuk membuka pintu, tapi mau bagaimana lagi.
"Ngapain kamu pulang?" seorang laki-laki dengan kerutan-kerutan di wajahnya tiba-tiba bertanya dengan sebuah botol minuman di tangannya.
Dika berjalan menunduk.
"Aku tanya ngapain kamu pulang?" laki-laki itu semakin ganas saja. Dia bahkan melemparkan vas bunga pada Dika.
"Aku hanya mau lihat keadaan Ayah," jawab Dika yang kesakitan. Vas bunga tadi tepat mengenai lututnya.
"Melihat keadaan ku? Emang kamu siapa?" laki-laki itu malah menyemprot Dika kejam.
Dika menahan emosinya. Bagaimanapun juga, laki-laki ini tetap ayahnya. Meskipun Dika termasuk orang kejam sekalipun, tapi dia tetap masih punya rasa hormat, setidaknya pada ayahnya.
"Hei, anak sialan, kau dengar tidak? Aku bertanya mengapa kau pulang? Jawab yang sebenarnya!" lagi-lagi laki-laki itu berucap kejam.
Sebenarnya, bukan hal yang sulit bagi Dika untuk melawan. Dia bahkan bisa menghempaskan laki-laki ini hanya dengan satu pukulan. Tapi kembali, dia masih punya rasa hormat.
"Maaf Ayah. Dika bersumpah, Dika pulang hanya ingin melihat keadaan Ayah." balas Dika dengan suara yang takut.
Ayah Dika langsung bangkit dari duduknya. Sepertinya dia sedang mabuk.
"Anak sialan! Aku tak pernah menginginkan keberadaan mu, gara-gara kamu, hidupku hancur berantakan." Sebuah pukulan mendarat di wajah Dika.
"Maafkan Dika ayah, maafkan Dika." pria tampan ini hanya bisa menangis dan minta maaf. Darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Maaf katamu?? Semua sudah terlambat! Aku tak akan bisa kembali kemasa mudaku lagi!" Pria ini kembali menarik kerah baju Dika. Lalu tanpa aba-aba, dia mendorong Dika ke tembok dengan kuatnya.
Kepala Dika membentur dinding kuat. Matanya mulai berkunang-kunang, dan penglihatannya mulai gelap. Dika pingsan.
Ricard Feryaldi. Itu adalah nama ayahnya Dika. Termasuk manusia dengan tempramen yang sangat buruk. Dia hanya bekerja sebagai buruh di suatu perusahaan. Dari situlah dia bisa menghidupi dirinya sendiri, sejak dia bercerai dengan istrinya.
Sejak perceraian itu, dia tak lagi pernah menafkahi Dika. Dengan teganya, dia membiarkan anak itu tidak makan. Kadang jika laki-laki ini makan di rumah, dia akan menyuruh Dika pergi. Supaya dia bisa makan sendiri.
Mengapa Ricard menganggap Dika pembawa sial? Karena sejak kelahiran anaknya itu, dia selalu menghadapi masalah. Beberapa kali dia dituduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan, sampai dituduh ingin memperkosa anak dibawah umur. Makanya, dia hanya bisa menumpahkan semua pada Dika. Hanya Dikalah yang bisa dia pukuli untuk membalas semua kekesalan hatinya. Karena Dika juga, dia tidak diterima oleh wanita manapun.
Dika membuka matanya, dia melihat segala sesuatu yang di sekelilingnya menjadi putih.
"Dimana aku? Apa aku disurga?" tanya Dika di dalam hati.
Dia berjalan kedepan, tapi semua masih tampak putih.
"Jika benar aku di surga? Berarti aku sudah mati dong?"
"Terimakasih Tuhan... terimakasih. Aku sangat bersyukur jika aku sudah mati." ucapnya lagi-lagi.
Tiba-tiba dia merasa seseorang menyentuh pantatnya. Akhirnya Dika mulai membuka matanya di dunia nyata.
Dia melihat Rio berdiri sambil menyentuh pantatnya lagi.
"Yo? elo disini?" ucapnya sambil duduk. Dia memegang kepalanya yang masih terasa sakit.
"Lo ngapain tidur dilantai? Gak punya kasur Lo?" Rio membantunya berdiri.
Dika tidak menanggapi perkataan Rio.
Sebenarnya dia agak kesal dengan temannya ini. Bisa-bisanya dia membangunkan Dika saat dia bermimpi indah.
"Kepala gua sakit Yo." Dika merengek pada Rio.
"Lo sih, uda siang begini masih aja tidur! Tidurnya di lantai lagi, udah gitu tengkurap lagi." Protes Rio.
"Lo ngejek gua, ya? Sialan lo Yo!" Dika memasang tampang marah, saat Rio membantunya berdiri.
Rio tidak menjawab, dia terdiam.
"Sebenarnya elo kenapa sih, Ka? apa elo dipukuli lagi sama bokap elo?" tanya Rio antusias.
"Sok tau Lo!" protes Dika.
"Seharusnya elo itu melawan. Bisa-bisanya elo berlagak sok jagoan di luar sana, padahal ngelawan bokap elo saja gak mampu." Protes Rio sekali lagi.
"Udah deh, gak usah bahas itu, malas gua." Dika menyandarkan badannya pada kursi yang terbuat dari kayu yang hampir membusuk.
Dika menekan-nekan kepalanya. Masih terasa sakit di bagian kepala belakangnya.
"Tumben elo datang siang-siang ke tempat gua. Ada apa Yo?" tanya Dika baru menyadari.
"Iya, gua itu emang mau ketemu Lo tadi. Trus gua nelpon elo berkali-kali, tapi lo nya gak menjawab. Nah, aku berpikir, pasti terjadi sesuatu, makanya gua langsung datang." Rio menjelaskan.
"Emang ada perlu apa?" tanya Dika.
"Gak, cuma mau ajak Lo jalan aja. Soalnya gua lagi suntuk!" Rio memukul meja.
Dika mendengus.
"Maaf Ka, tapi gua lagi punya masalah numpuk nih!" ucap Rio kesal.
"Masalah? masalah apa?" tanya Dika.
"Gua berantam hebat sama bokap gua, Ka." Rio memberitahu.
"Yaelah, kirain apa. Elo gak usah lebay deh, setiap hari juga lo berantam sama bokap nyokap lo." Dika memang sudah familiar banget dengan laki-laki ini.
"Bukan itu masalahnya, Ka!" Rio tampak serius.
"so?" Dika sok penasaran.
"Nyokap gua mau pindahin gua keluar negeri, Ka." jawab Rio.
" Apa? keluar negri?" Dika sock mendengarnya.
Rio mengangguk.
Dika menatap Rio dengan tatapan memohon.
"Lo mau ninggalin kita-kita, Yo?"
" Maaf Ka, tapi gue tak bisa melawan lagi. Bokap nyokap gua sudah memutuskan." Jawab Rio.
*Apakah Engkau juga akan mengambil teman-temanku? tidak bisakah Engkau membiarkan mereka tetap di sisiku? Hanya mereka yang kumiliki ya, Tuhan.
Rio dan Dika akhirnya keluar. Mereka singgah disebuah restoran.
Tiba-tiba mata Dika dikejutkan oleh sesuatu. Dia melihat Hana, perempuan yang dia tolong malam itu. Tapi yang membuatnya terkejut adalah, Hana bersama dengan seorang cowok yang sangat dia benci.
Apakah Hana pacaran dengan tuh cowok?
Lama Dika mengamati Hana dan laki-laki itu. Keduanya terlihat kompak dan sangat dekat.
"Kak Satria, ayo pulang! Aku dah kenyang."
"Ohk adikku udah kenyang,, baguslah." Si pria yang bernama Satria mengusap rambut Hana.
Ohk, jadi dia kakaknya. Jadi malam itu dia menunggu si Satria bangsat itu.
Hana dan laki-laki itu beranjak dari tempat mereka makan. Satria merangkul pundak Hana dengan kompak.
Mata Dika mengikuti jejak keduanya sampai keluar dari restoran itu.
Tunggu aja Satria, akan kubalas semua perlakuan Lo sama gua di masa lalu. Adikmu yang akan menjadi korban! Bibir Dika menyeringai menyeramkan.
"Kamu kenapa bro? Kok kayak mau balas dendam gitu?" Rio menyentuh tangan Dika yang termenung.
Dika tersadar dari lamunannya, "Ehk,, Yo, gak kok." Balasnya.
Hati Dika masih terasa tersayat, ketika Satria menjebloskannya ke penjara dua tahun lalu. Padahal waktu itu, dia yang menolong Satria saat dia kecelakaan, malah dia yang dituduh menabrak.
"Satria Nugroho, ternyata Lo kakaknya Hana Angela. Tunggu pembalasan ku!" Dika mengepal tangannya kuat. Untung saja dia bisa bereaksi biasa tadi, kalo gak, bisa-bisa semua hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
ibunya aa&dd
aku suka ceritanya Thor 👍
2022-10-11
0
Iyana Computer
lain dari lain lain..out of the box ini novel... semangat thor
2022-05-25
2
Kustri
Alur'a beda ya, pengen lanjut
2022-01-24
2