"Hei, Dika, makasih ya sudah mengajakku jalan," Irene hampir saja mencium pipi Dika.
"You're welcome," Dika memalingkan wajahnya, dan ngeloyor pergi. Dia tidak suka di cium, lebay katanya.
(Visual Irene)
Dasar cewek gila, jelas-jelas dia yang ngajak gua jalan.
Malam itu sudah pukul 02.00, Dika baru saja keluar dari club malam bersama Irene. Selesai mengantarkan Irene, Dika bermaksud untuk pulang.
Di perjalanan, Dika melihat seorang gadis tengah digoda oleh tiga orang cowok berandal. Dika sudah biasa melihat kejadian seperti ini, dan dia selalu mengabaikan. Terkadang dia malah ikut untuk menggoda, kalo moodnya lagi baik.
Dika melintas melewati mereka begitu saja. Wajah wanita itu terlihat sangat ketakutan dan tertekan. Bahkan dia sampai berteriak, "Tolong...Tolong..."
Tapi malam itu, sepertinya bukan hari keberuntungan bagi wanita itu. Karena sekeras apapun dia berteriak, tak akan ada orang yang mendengar.
"Ayo ikut kami neng!" seseorang dari mereka menyentuh bahu si perempuan.
"Jangan pegang-pegang aku!" teriak wanita itu.
"Ih, cantik-cantik kok galak sih!" seorang laki-laki yang lebih tinggi diantara ketiganya mulai menyentuh rambut si wanita.
Si wanita hendak kabur, tapi ketiganya berhasil mencegah.
"Ikut kami ya, neng. Gak baik loh wanita cantik berjalan sendiri tengah malam seperti ini."
mereka bertiga lantas menyeret wanita yang tengah panik itu.
Tiba-tiba, seorang pria datang dan menarik tangan si wanita, dan membuatnya bersembunyi di belakang badan si pria yang bertubuh besar itu.
"Ngapain kalian ganggu cewek gua?" suara laki-laki itu terdengar berat dan dingin.
Mereka menatap pria itu ketakutan.
"Dika? Apa maksudmu?" sepertinya mereka mengenal baik si laki-laki yang bak super Hiro itu.
"Iya, dia pacar gue. Gue tadi menyuruhnya untuk menungguku di bahu jalan ini." Suara Dika masih terdengar dingin dan berat.
Mereka bertiga melongo.
"Bukankah kau pacaran sama Susi?" satu dari mereka bertanya.
"Bukan urusan elo! Suka-suka gue dong, mau pacaran dengan siapa aja. Sekarang minta maaf sama cewek gua! Sebelum gue memberi elo-elo pada pelajaran." Suara Dika sudah mulai meninggi.
Tiba-tiba ketiganya menunduk minta maaf pada si wanita.
"Maafkan kami neng, kami tidak tahu kalau anda pacarnya Dika."
Si wanita malah bersembunyi di belakang Dika, dan mengintip dari bahu bidang itu.
"Udah! Kalian pergi sana! Jangan pernah ganggu cewek gua lagi!" Dika menghentakkan kakinya kuat ke jalan.
Ketiganya langsung ketakutan dan lari terbirit-birit dari hadapan Dika.
Setelah ketiga berandal itu pergi, Dika melirik sebentar ke arah si wanita, dan pergi meninggalkannya.
"Hei, tunggu aku!" teriak si wanita sambil berlari menghampiri Dika.
Dika tidak menjawab. Dia hanya berjalan lurus ke depan.
"Makasih ya, kamu sudah nyelamatin aku." Ucap si wanita ketika sudah menyamai langkah Dika.
"Hmmm" jawaban singkat dari Dika.
"Aku Hana," perempuan bernama Hana itu mengulurkan tangannya.
"Ohk..." jawab Dika singkat.
Hana memang sedikit kesal dengan laki-laki ini. Jawabannya selalu saja singkat.
"Nama kamu siapa?" Hana berusaha bersabar.
"Dika." Ucapnya sambil memasukkan tangannya ke saku jaket.
"Kalo nama panjangnya?" tanya Hana lagi.
"Perlu apa dengan nama panjang gua?" Dika menundukkan wajahnya supaya bisa bersitatap dengan Hana.
Hana langsung tertegun melihat perlakuan laki-laki ini.
"Ti..tidak kok. Aku hanya penasaran." Jawabnya gugup.
"Dika Feryaldi. Tapi kalo elo mau manggil gua, jangan sebutin nama belakang gua, jijik gua dengarnya!" ketus Dika.
Nih cowok ganteng banget sih.
"Rumah elo dimana?" tanya Dika dengan wajah datar.
"Apa? Aku gak dengar." Kelihatannya Hana ingin menjahili Dika.
"Ya udah, gua mau pergi aja. Elo pulang sendiri." Dika memanjangkan langkah nya dan meninggalkan Hana di belakang.
"Ehk..tunggu!!!" kembali Hana berlari mengejar Dika.
Hana meraih tangan Dika dan menggandengnya.
"Ngapain Elo?" tanya Dika melepaskan tangan Hana karena merasa tidak nyaman.
"Kan tadi kamu bilang aku pacarmu. Gak salah dong aku gandeng kamu." Hana lagi-lagi menggandeng tangan Dika.
Dika menyerah, dia membiarkan perempuan itu menggandengnya. Inilah yang Dika benci, seseorang yang di tolongin, akan selalu meminta lebih dan lebih.
"Kenapa elo jalan sendirian tadi?" tampak tak biasa, Dika menanyakan itu pada perempuan yang tidak dia kenal.
"Aku nungguin kakakku." Balas Hana.
" ohk."
Mereka berdua sampai di tempat motor Dika di parkir.
"Ayo! Gua akan nganterin elo!" tumben tumbenan Dika berbaik hati. Biasanya kan diakan orang paling gengsi membantu orang. Apa mungkin karena Hana tampak seperti orang tajir? Atau karena gadis ini bisa dijadikan target baru?
Hana tersenyum manis. Gadis itu memunculkan lesung pipi yang memikat hati setiap orang yang melihatnya.
"Dimana rumahmu?" tanya Dika sambil memberikan helm yang di pakai Irene tadi.
Hana memberitahu letak rumahnya sambil memakai helm itu, dan secepat kilat, Dika melesat di jalanan.
"Dika? Boleh gak aku berteriak?" tanya Hana mendekatkan bibirnya ke telinga Dika.
Dika terdiam dan tetap fokus mengemudi.
Sebenarnya cewek ini agak menggemaskan juga sih, pikirnya.
Hana yang merasa mendapatkan ijin langsung berteriak, "Terimakasih Dika!!!"
Dika tersenyum di balik helm.
Perempuan ini lumayan juga pikirnya.
Motor Dika berhenti di sebuah rumah berpagar. Rumah itu sangat besar, dengan chat yang dominan putih. Sekelilingnya menawarkan keindahan yang menyejukkan mata. Ditambah lagi, mobil yang berjejer didepan rumah itu semakin memberitahukan bahwa pemilik rumah ini adalah orang yang sangat kaya.
"Ini rumah elo?" tanya Dika.
"Bukan. Ini rumah Papaku." balas Hana memberitahu.
"Ohk!" balas Dika.
"Kamu masuk dulu yuk." Hana menawarkan.
"Tidak usah, gua mau cabut aja." ucapnya sambil kembali menyalakan motornya.
"Hati-hati ya. Makasih sekali lagi," Hana kembali tersenyum.
Tanpa ada jawaban, Dika langsung ngeloyor pergi. Ditinggalkan nya rumah mewah milik wanita yang bernama lengkap Hana Angela itu. Gadis pemecah rekor, yang berhasil membuat Dika merasa kasihan.
Hana masuk kedalam rumah. Dilihatnya satpam yang tertidur sambil ngorok.
Tanpa mengatakan apapun, dia masuk kedalam rumah. Jantungnya deg-degan dan senyum masih tergambar di wajahnya. Dia menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.
"Dika, kamu itu keren banget!" gumamnya sambil menutup pintu kamarnya.
(Visual Hana)
Apa yang membuat gua tertarik menolong perempuan itu?
Sepanjang perjalanan, Dika memikirkan hal itu. Ini kali pertamanya tertarik menolong seseorang setelah sekian lama.
hah...bodoh amat. Tak ada juga untungnya buat gua.
Dika semakin menaikkan kecepatannya. Dia melewati gedung-gedung bertingkat bagaikan angin.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Hana... dia sangat mirip dengan Ibu." ucapnya.
Dia melambatkan laju kendaraannya sambil berfikir lagi.
"Benar...jadi itulah mengapa aku tertarik menolongnya. Dia sama seperti Ibu di waktu muda."
Lalu, sebuah senyum meremehkan muncul di bibir Dika.
"Dia bisa menjadi mangsaku selanjutnya. Hana Angela!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Japung Mobile
selanjutnya
2022-07-15
0
Nurma sari Sari
cintailah bahasa negerimu sendiri...semangat Thor....👍
2022-05-24
0
Vitri AYu
baca novel kalau ada visual nya ngayal nya jadi maksimal thor,,,hihihi
2022-05-23
0