Autor Pov
Alexander Wijaya atau sering dipanggil Ale. Seorang pria blasteran Indonesia Jerman. Tinggi 170 Cm, hidung mancung dan jangan lupa wajah bule nya yang tampan.Hal itu tidak disia-siakan Ale untuk bisa menaklukan semua hati wanita.
Playboy
Itulah gambaran diri Ale saat ini. Kelakuan nakal Ale setidaknya membuat Dimas selaku orang tua Ale sedikit cemas. Berulang kali Dimas menasehati putra satu-satunya itu namun berkali-kali pula Ale selalu mengabaikannya. Lalu harus dengan cara apa lagi supaya dirinya bisa mengubah putranya itu?
Tiba-tiba terlintas dipikiran Dimas untuk menikahkan Ale. Ya mungkin saja ketika Ale sudah berkeluarga pria itu akan berubah.Tidak ada salahnya dicoba? Lalu dengan siapa Dimas menikahkan putranya itu? Walaupun Ale bukan pria yang baik tapi Dimas juga berharap kelak akan mempunyai menantu yang baik setidaknya perempuan yang bisa membimbing Ale ke jalan yang benar.
Dimas memijat kepalanya yang sedikit pening. Mengerjakan pekerjaan kantornya jauh lebih mudah di banding dengan mencarikan putranya seorang pendamping. Banyak calon yang berseliweran dikepalanya namun selalu saja ada kekurangan menurutnya. Dimas hanya butuh menantu yang Pintar, sopan, baik dan tegas. Kalau cantik.... Bukankah cantik bisa didapatkan saat ada uang. Dan Dimas sangat mampu dengan itu.
Tiba-tiba Dimas teringat seorang gadis sederhana anak rekan bisnisnya. Kurang lebih gadis itu sangat cocok dengan Ale putranya. Pemberani tapi juga sangat sopan dengan orang tua. Gadis itu juga termasuk cantik hanya tinggal poles dikit saja maka kecantikannya akan terpancar.
Dengan senyum mengembang Dimas segera menghubungi rekan bisnis nya itu dan tanpa diduga permintaannya langsung saja diterima dengan baik. Kini tinggal dirinya memberi tahu Ale. Dimas segera menuju ruangan Ale.
"Kemana anak nakal itu? Kenapa dia tidak ada diruangannya? Pasti lagi jalan sama perempuan" Ucap Dimas saat sudah ada di ruangan Ale. Tak berapa lama nampak Ale masuk ke ruangannya.
"Papa? Tumben ada diruangan Ale? Ada apa? "Tanya Ale.
" Duduk? Ada yang mau papa omongin sama kamu? "Ucap Dimas tegas. Ale segera mengikuti Papanya duduk disofa ruang kerjanya.
" Dari mana saja kamu? Dengan perempuan lagi? Kapan kamu sadarnya Ale, papa ini sudah tua. Papa lelah tiap hari harus memarahi kamu seperti anak kecil. Papa cuma ingin kamu jadi laki-laki yang bertanggung jawab dan tidak main perempuan"
"Seperti Papa? Ale tidak mau seperti Papa"Potong Ale
" Ale stop, Papa bicara tentang kamu? "Bentak Dimas
"Ale tidak mau diatur pa? "Dimas menghela nafasnya pelan kemudian mendekati putranya.
" Papa tau kamu kecewa dengan Mama mu, tapi jangan kamu lampiaskan kekesalanmu dengan main perempuan. Tidak semua perempuan sama dengan Mama"
Ale terdiam mendengar ucapan Papa nya sekelabet masa lalu nya terlintas dikepalanya. Tiba-tiba Ale teringat akan cinta pertamanya. Cinta yang indah pada awalnya. Hingga kesalahan fatal membuatnya kehilangan cinta itu untuk selamanya.
"Jangan fikiran Ale Pa? Fikiran diri Papa sendiri? Sudah berapa lama Papa menduda carilah pengganti Mama. Jangan tunggu wanita tukang selingkuh itu"
"Papa tidak menunggu Mama mu. Papa tidak menikah lagi karena Papa menghawatirkan mu. Lagi pula Papa sudah tua kan? siapa yang mau dengan lelaki tua ini" Canda Dimas.
Ayah dan anak ini memang sering bertengkar tapi juga saling menguatkan. Apalagi semenjak Mama nya pergi, Ale sangat menyayangi Papanya.
"Jadi, maukah kamu berubah untuk Papa nak? " Tanya Ale kemudian
"Tergantung" Ale mengherdikkan bahunya.
"Kalau begitu keputusan Papa ini sudah benar"
Ale mengernyitkan dahinya. Keputusan... Sebenarnya keputusan apa yang sedang Papa nya buat.
"Maksud Papa apa? " Tanya Ale.
"Papa akan menjodohkan kamu dengan anak rekan bisnis Papa"
"Whattttt!!!!!!! " Pekik Ale
"Keputusan Papa sudah bulat, Papa akan menikahkan mu. Mungkin dengan cara itu rasa tanggung jawabmu akan ada"
"Come on Pa, mana ada perjodohan dijaman sekarang" Tolak Ale
"Tidak ada penolakan Ale. Nanti malam kita akan makan malam bersamanya. Jadi persiapkan dirimu" Ucap Dimas lalu beranjak pergi
"No Pa, Ale belum mau menikah"
"Awas kalau kamu coba-coba kabur. Maka saat itu juga kamu tidak akan melihat Papa" Ucap Dimas sebelum akhirnya benar-benar pergi dan menutup pintu krmbali. Sementara Ale hanya bisa mengacak rambutnya dengan kasar. Sepertinya keputusan ayahnya yang satu ini akan sulit dia tolak.
****
Selepas sholat magrib aku baru berangkat menuju rumah ayah untuk makan malam bersama keluarga baru ayah.Malas sih tapi karena ayah yang minta terpaksa aku mengiyakan.
Sebenarnya ayah menyuruh ku untuk datang kerumahnya sejak sore tadi. Ya kale aku bakal betah lama-lama disana. No... Untuk makan malam dengan ibu tiriku itu saja sudah perjuangan berat untukku apalagi ayah nyaranin ngobrol bareng ieuh no no no....
Namun rupa-rupanya aku sedikit salah sangka. Gak ada angin gak ada hujan tante Cabelita yang biasanya omongan nya pedes se pedas nama yang ku berikan padanya, tiba-tiba aja jadi baik.
Gak kesambet setan pohon taoge kan tu orang. Apalagi makin lama sikapnya makin aneh. Dari mulai memberi baju baru,sepatu baru sampai make-up in aku sampai aku jadi cantik secantik bidadari kalau dilihat dari sedotan.
Wait.. wait... wait...aku jadi kepikiran.
Kok aq jadi ngeri sendiri ya sama sikap tante Cabelita? Tiba-tiba aku teringat dengan sinetron dan novel-novel yang aku baca. Pikiran buruk pun melintasi kepalaku.
"Jangan-jangan aku mau dijual sama pria tua dan berperut besar. No aku gak mau. Apa aku kabur aja ya dari sini" Monolog ku. Aku celingukan ke kanan dan kiri. Saat kupastikan tak ada orang aku segera melepas sepatuku dan berjalan jinjit seperti maling yang takut ketahuan.
"Mau kemana kamu" Suara cempreng yang sangat ku kenali itu menggema dibelakang ku. Aku membalikkan badan sambil nyengir kuda.
"Pulang" Jawabku enteng. Wanita cabe-cabean itu seperti menahan kesal padaku tapi dia berusaha menahan kekesalannya sebelum misi nya terhadap ku tercapai. Mungkin.
"Masuk, sebentar lagi tamu nya datang"
Nah lo.... benar kan dugaan ku. Gak mungkin tante Cabelita baik-baikin aku kalau gak ada mau nya.
"Maaf tante, sepertinya makan malamnya lain kali aja ya. Nadin ingat ada sesuatu yang harus dikerjakan"Sejenak aku terdiam melihat ekspresi tante Cabelita yang sulit diartikan.
"Apa karena aku masih pakai baju dan sepatu punyanya ya" Batinku. Aku segera menyerahkan sepatu yang ku tenteng dari tadi.
"Sepatu nya Nadin balikin ya tante, kalau bajunya...? Besok aja deh, Nadin malas kalau harus ganti baju lagi. Kalu gitu Nadin pamit dulu, salamin maaf Nadin buat ayah ya. Permisi tante" Ucapku sok-sok an ikut baik. Biasanya juga nyablak. Setidaknya saat ini aku bisa kabur.
Perlahan aku membalikkan badan ku hendak pergi. Namun aku salah tante Cabelita mencekal tanganku dengan erat.
"Kamu tidak boleh kemana-mana. Malam ini kamu akan bertemu dengan calon suami kamu"
Duarrrrrr
Hancur sudah hatiku. Kenapa ayah tidak bilang dari awal. Tau gini sejak awal aku pasti nolak acara makan malam ini.
Terlalu cepat untuk ku memulai hidup baru dengan seseorang. Aku belum bahagiain Bunda dan Jeje. Kalau aku menikah sekarang siapa yang bantuin Bunda? Siapa yang antar jemput Jeje tiap hari kesekolah? Tidak aku tidak mau menikah sebelum kehidupan keluarga ku mapan aku harus menolak perjodohan ini.
"Tan..... "
"Aku tau apa yang kamu fikiran. Tenang saja kali ini kamu beruntung karena kamu akan dijodohkan dengan orang kaya. Kamu tidak perlu kerja keras untuk memenuhi kebutuhan mu dan ibumu yang tidak berguna dan sakit-sakitan itu. Lagi pula, ini saatnya kamu harus balas budi dengan ayahmu yang sudah membiayaimu sampai saat ini. Pak Dimas berjanji akan membantu perusahaan ayahmu yang sedang bermasalah kalau sampai kamu menerima perjodohan ini.Jadi jangan coba-coba kamu bertingkah atau kamu akan tau akibatnya nanti"
Sakit se sakit-sakitnya itu yang ku rasakan saat ini. Jadi Ayah melakukan semua ini karena perusahaan nya. Bukan karena dia menyayangi ku. Entah kenapa aku semakin yakin menolak perjodohan ini.
"Ada apa Ma? Kok kalian ada diluar. Ayo masuk ini pak Dimas dan putranya sudah datang" Suara Ayah terdengar dibelakangku. Aku masih terdiam ditempat sedangkan tante Cabelita sudah mulai berakting ibu tiri yang baik di depan ayahku saja.
"Gak apa-apa Pa, tadi Nadin cuma merasa tidak betah saja memakai sepatu hak tinggi. Jadi dia mau ganti sepatu yang gak ada hak nya. Biar mama tuker sama sepatunya Raya dulu" Ucap tante Cabelita sok imut.
Aku semakin geram saja. Lama-lama ni perempuan cabe-cabean makin pintar berakting. Aku segera membalik badanku menghadap Ayah. Kulihat sosok pria seusia Ayah berdiri di belakang Ayah yang aku yakini adalah Pak Dimas yang disebut kan si tante tadi. Aku tersenyum sebentar kearah pria paruh baya itu dan dibalas juga dengan senyuman, sebelum aku menghadap Ayah.
"Maaf Ayah, sepertinya Nadin menolak perjodohan ini" Ucapku tegas yang sontak membuat Ayah dan Pak Dimas tampak kaget dengan keputusan ku yang terlalu cepat.
"Tapi aku menerima perjodohan ini" Seorang laki-laki muda yang tiba-tiba datang sontak membuat mataku membola.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut lagi bacanya
2023-01-22
1
Suharnik
CLBK dong cinta lama belum kelar hehehee
2021-09-12
2
EroSenpai
hebat! semangat ya author.
2021-07-29
3