Aku dan Jeje sudah sampai di dapur kantin perusahan Ceva Group. Ruangan itu sangat luas, bahkan lebih luas dari rumahku . Kulihat Jeje juga sangat takjub dengan tempat itu sampai-sampai mulutnya menganga. Kalau saja gak aku tepuk tu bocah mungkin air liurnya udah menetes atau tu mulut udah kemasukan laler. he.....
"Ih kak Nad-nad bikin Jeje kaget aja" Ucapnya sewot sesaat setelah aku tepuk pundaknya.
"Kalau gak kakak tepuk, tuh keran air bisa bocor. Bisa-bisa tempat ini jadi banjir kena air itu"Jeje sedikit faham dan.....
Sreeetttt
Karena refleks Jeje mengusap bibirnya dengan punggung tangannya, membuatku tertawa karena berhasil mengerjai adikku.
"Ih kakak ah mana ada air liur ku netes"Jeje semakin sewot dan membuat ku semakin lepas tertawa.
" Lagi ngetawain apaan sih"Ucap Embul yang tiba-tiba sudah berada dibelakang kami. Gadis sedikit gendut itu eh...bukan gendut ya. Embul bakalan langsung marah kalau dikatain gendut jadi kami orang terdekat nya mengganti kata gendut dengan kata montok dan kata itu sukses membuatnya jadi ke ge-er an. Antik banget kan tuh anak.
"Kak Nad-nad usilin Jeje Kak Embul. Nyebelin banget kan? " Adu Jeje.
"Emang dasar donat ini biang resek Je, kayak gak tau sifat kakak kamu aja"
Puk
Satu pukulan mendarat di tubuh montok Embul.
"Berisik kalian berdua, nih bantuin bawa gado-gado nya.Entar Bapak marah kalau telat" Aku menyerah kan masing-masing satu kantong ke tangan mereka lalu melenggang pergi.
"Kak Nad-nad"
"Donat" Teriak mereka bersamaan. Aku hanya menutup telingaku lalu berlari menuju Bapak yang sudah tertangkap retina mataku untuk mencari perlindungan.Sementara mereka mengejarku dari belakang.
*****
Setelah menerima uang gado-gado dan uang hasil bantuin Bapak didapur tadi, aku dan Jeje segera pergi. Ya, aku tidak langsung pulang setelah mengantar kan gado-gado tadi. Aku sempat membantu Bapak dan Embul sebentar. Setelah itu aku berpamitan pulang karena sudah berjanji sama Bunda untuk menjaga warung gado-gado nya.
Aku berjalan keluar bersama Jeje sambil menghitung uang yang aku terima.
Hari ini Bunda dapat pesanan yang lumayan. Meskipun tidak banyak tetap harus disyukuri.
"Dapat uang banyak ya kak Nad-nad, jangan lupa beliin Jeje es cream ya? Tadi kan udah janji mau beliin Jeje es cream" Oceh Jeje.
Aku mengambil uang dua puluh ribuan uang pemberian Bapak dan memasukkan uang jualan Bunda ke saku celanaku.
"Iya kakak gak lupa, tapi es cream nya beli setelah beli bensin dulu ya. Kalau ada sisa uang kita beli"Jeje mengangguk. Adik kesayangan ku itu meskipun sedikit urakan tapi masih memahami keadaan keuangan keluarga kami.
Karena saking senangnya akan ku belikan es cream, Jeje menarik tangan ku agar cepat sampai pada motor kami.
Tiba-tiba.... Brugggg
Saking semangatnya Jeje menarikku dan aku yang tidak punya persiapan.Akupun menabrak seorang pria tinggi, berkacamata dan memakai masker diwajahnya. Aku terpelanting jatuh sementara pria itu terlihat baik-baik saja.
Bagaimana tidak baik. Tubuh pria itu lebih besar dan sedikit berotot. Sedangkan tubuhku hanya kecil dan tidak ada apa-apa nya dibanding dengannya. Tapi aku sadar, aku yang bersalah dalam hal ini. Akupun segera berdiri dan membungkukkan badan ku kearahnya.
" Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja" Merendah adalah jalan terbaik bukan. Apalagi secara penampilan pria itu bukan orang sembarangan. Aku ingat jika Bapak dan Embul bekerja disini. Dan aku tidak mau membuat mereka terkena masalah karena ulahku.
Kulihat juga pria itu melihat penampilan ku dari atas sampai bawah. Oh Tuhan... sungguh aku merasa sangat risih, ingin rasanya aku menggampar muka mesumnya karena berani memandangku seperti itu.Kalau saja aku tidak teringat Bapak dan Embul.
Tapi lihat saja, kalau sampai dia berani mentoel-toel tubuhku. Akan ku pastikan bogem mentah mendarat di mukanya yang mulus itu. Eh sok tau banget aku kalau mukanya mulus. Yang terlihat kan hanya matanya doang. Karena sebagian wajah nya tertutup masker.
Aku baru bisa bernafas lega, setelah pria itu menyuruh ku pergi dengan memberi isyarat dengan jari tangannya.
"Ck...Dasar pria sombong" Umpat ku dalam hati lalu sekali lagi membungkuk dan meminta maaf sambil tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi putihku. Terlalu lebay memang senyumanku itu. Mana ada senyuman seperti itu. Terlihat banget kalau aku memaksa tersenyum. Gak apa-apa deh, toh setelah ini aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Kemudian aku pun berlalu.Baru beberapa langkah......
Deg... deg... deg...
Aku berhenti sejenak sambil memegangi dada ku. Ada apa dengan ku, mungkinkah aku terkena serangan jantung? Kenapa tiba-tiba jantungku berdetak dengan cepat seperti ini? Lalu kenapa aku tidak merasakan sakit?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalaku, hingga aku merasa seakan ada yang mendorong ku untuk menengok kebelakang. Aku dapat melihat pria itu masih berdiri ditempatnya sambil ber telpon ria. Sementara aku hanya dapat melihat punggungnya. Punggung yang pernah aku lihat.
Ettt dalah...makin ngelantur kan akunya. Aku pun segera menggeleng-gelengkan kepalaku mencoba mengusir pikiran aneh dari kepalaku.
"Kak Nad-nad ayo buruan, Jeje sudah gak sabar ingin makan es cream" Celotehan Jeje menyadarkanku. Aku pun menghembuskan nafas pelan dan benar-benar tersadar dari fikiran liarku. Mana mungkin aku mengenal punggung itu. Kalau aku mengenal punggung itu berarti aku mengenal pria itu. Kalaupun pria itu mengenalku pasti sudah sejak tadi dia menyapaku. Tapi kenyataannya tidak bukan.
Aku kemudian segera mengikuti langkah Jeje yang kembali menyeret ku. Tiba-tiba pria itu menoleh dan pandangan kami bertemu sekilas. Setelah itu aku benar-benar menjauh dan pria itu melangkah masuk kedalam gedung. Hingga pandangan kami terputus karena saling menjauh.
****
Jeje menerima es cream nya dengan senang, ketika aku memberikan 3 buah es cream seharga dua ribuan rupiah. Walaupun murahan tapi sudah membuat adikku iku terlihat bahagia.
Akupun ikut membuka satu bungkus es cream itu lalu menikmatinya. Cuaca memang terasa benar-benar panas siang hari ini. Sehingga biasanya aku yang tidak begitu doyan es krim ikut makan es krim juga.
Ku pandangi adikku yang makan es krim sambil belepotan. Aku tersenyum melihatnya sambil melap bibirnya dengan penggung tanganku. Bahagia bagi orang miskin seperti kami ini memang sederhana. Melihat orang yang kita sayangi tersenyum dan tertawa adalah sebuah kebahagiaan besar untuk diri kita. Dan semua itu tidak tergantikan dengan uang.
Saat asyik-asyiknya mekan es krim, tiba-tiba suara handphone jadul ku berbunyi. Masih untung punya, dari pada tidak sama sekali. Lagi pula handphone itu pun boleh dikasih. Itu satu-satunya alatku untuk berhubungan dengan Ayah.
Aku sekilas melirik ke layar. Tampak nama Ayah berkelap-kelip dilayar itu dan dengan cepat aku menekan tombol hijau. Jeje yang sekilas melihat nama Ayah dilayar pun ikut antusias dan menempelkan telinganya di handphone ku.
"Assalamu'alaikum Ayah" Ucapku mengawali.
"Waalaikumsalam"
"Ada apa yah? Tumben Ayah telpon Nadin? Biasanya juga Nadin yang telpon Ayah? Ada hal yang penting banget ya? " Tanya ku bertubi-tubi
"Tidak apa-apa Ayah hanya kangen sama Nadin, Nanti malam bisakan Nadin kerumah Ayah. Kita makan malam sama-sama"
"Kalau Ayah kangen sama Nadin, Ayah kan bisa pulang? "Aku mencoba memancing Ayah.Kudengar helaan nafas berat disebrang sana dan aku tau jawabannya. Ayah pasti tidak mau pulang kerumah Bunda.
" Ayah sedang sibuk Din? "Jawabnya akhirnya. Aku mau tak mau harus menerima jawaban itu.
" Nanti malam bisa ya nak, makan malam sama Ayah dirumah Ayah "
"Iya yah" Jawabku Akhirnya. Tiba-tiba Jeje merebut handphone dari tangan ku dan meletakkan di telinganya.
"Halo Ayah ini Jeje, Jeje kangeeeeen banget sama Ayah? Ayah kapan pulangnya? Jeje pengen ketemu" Ucap Jeje semangat, namun sedetik kemudian.
Tut... tut... tut
Ayah memutuskan hubungan itu secara sepihak, sehingga raut wajah Jeje yang bersinar berubah jadi murung. Aku mengusap pelan rambut Jeje lalu segera memeluknya. Tubuh Jeje seakan bergetar dan kudengar samar-samar isak tangisnya. Tanpa terasa air mataku pun menetes.
Jangan sedih adikku, suatu hari nanti Ayah akan sadar dan tau kalau kamu adalah anak kandungnya juga. Saat itu tiba kamu akan merasakan kasih sayang seorang Ayah.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
Masih hadir langsung like
2023-01-22
1
Jungkook wife
Hadir kembali membawa like nya. Salam dari "Istri yang Terabaikan" Mari saling memberikan dukungan. Tetap semangat berkarya Author.
2021-03-28
2
Hesti Heryanti
semangat selalu kak
maafkan untuk keterlambatan ini yah
"Mengintip Jodohku" always like kakaaaaaak
Hayuk mampir lagi, masih anget loh.baru up lagi😁
udah aku rate 5 dan fav kak❤️
2021-03-28
3