Siang dan terik sembari menarik koper kecil. Mata bengkak hidung merah dan aahhh lagi lagi shalku dijadikan tempat mebuang ingus.
Khafi terus memperhatikan gerak gerik gadis yang telah membuat hatinya iba. Air mata tak pernah luput dari wajah gadis itu, tatapan matanya kosong seakan tak ada kehidupan didalamnya.
Begitu gadis itu menaiki sebuah bus yang hampir saja penuh, Khafi berlarian kecil kemudian duduk tepat disamping gadis tersebut. Dengan masuknya seorang penumpang, bus warna putih ber AC itu langsung meninggalkan terminal menuju Jakarta.
Memasuki tol Cimahi, gadis disampingnya menangis semakin menjadi. Beberapa penumpang menatap ke arah Khafi. Tatapan jengah akan sikap Kahfi yang tega membuat gadisnya menangis.
No no no, bukan aku yang buat dia menangis. Khafi menggelengkan kepala dan tangannya ke arah seorang wanita yang masih menatapnya marah.
"Ssssrrrrrrrrppppp." Lagi lagi gadis disampingnya membuang ingus pada shal putih yang menempel dilehernya.
Astaghfirullah... Ingusnya si eneng stoknya banyak bener.
Khafi merogoh saputangan berlogo chanel dari dalam kantongnya.
"Nona?" Khafi berusaha mengulurkan saputangan itu kehadapan sang gadis. Suara sesenggukan dan meler dari hidung sang gadis terdengar jelas ditelinga Khafi.
"Nona?"
"Saya hanya..." terdiam.
"Apa apaan sih? Nggak liat apa kalau aku lagi sedih?" Bentak sigadis dengan kasar kemudian larut lagi dalam sedihnya. Sekali lagi shal Khafi menjadi tempat berlabuhnya cairan dari dalam hidung sang gadis.
Khafi langsung menyodorkan saputangan ke hadapan sang gadis kemudian melipat tangannya kedada. Khafi pun terlelap tanpa berani mengajak si gadis jutek disampingnya ngobrol.
Beberapa saat kemudian Khafi terbangun saat suara berisik seorang kernet bus sibuk membantu para penumpang menurunkan barang barang bawaan.
Beberapa penumpang mulai turun satu persatu. Sedangkan gadis yang duduk di kursi samping Khafi telah pergi. Khafi akhirnya turun dari bus melanjutkan perjalanan kembali ke rumah menggunakan sebuah taxi.
Setelah melewati sebuah portal kawasan islami terbesar dikota Bogor, taxi terus diarahkan menuju sebuah rumah yang terletak dipaling belakang. Rumah yang masih berada dalam wilayah pesantren.
Khafi menyetop taxi tepat dibelakang sedan tua berwarna hitam milik abi.
Siang tadi abi buru buru pulang, pasti karena sahabat abi ini sudah menunggu.
Mendekati pintu rumah, Khafi mendengar suara tawa abi bersama sahabatnya yang tengah asik membahas saat saat kuliah mereka. Khafi tak ingin mengganggu suasana santai diruangan tamu itu, hingga ia memutuskan untuk masuk kedalam rumah lewat pintu samping.
Namun... "Khafi?" panggil abi yang sudah menyadari kepulangan Khafi.
"Nak?" panggil abi sekali lagi.
Khafi tak bisa menghindar, langsung berbalik badan masuk ke ruangan tamu melalui pintu depan.
"Assalamualaikum," sapa Khafi pada setiap orang dalam ruangan itu.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut abi bersamaan dengan tiga orang tamu yang berada diruangan itu.
"Khafi, perkenalkan ini paman Bilal Yousef yang pernah abi cerita ke kamu. Mereka jauh jauh datang dari Ternate kesini. Ini istri paman Bilal, kamu bisa memanggilnya tante Kumala. Sedangkan itu putri mereka Ariqah Puspita. Ariqah baru saja lulus strata satu jurusan ilmu agama dari Maroko. Haha, abi bangga dengan Ariqah, ilmu yang didapatnya disana sangat luar biasa. Abi secara resmi meminta Ariqah agar mau membagi ilmu yang didapatnya di pesantren kita ini." Abi terus berbicara penuh antusias. sedangkan Khafi, usai menyalami para tamu, langsung mengambil kursi disamping Abinya yang terus saja bicara bangga akan putri temannya itu.
Khafi tersenyum dan ikut mendengarkan pujian pujian abi untuk Ariqah.
"Ah Syekh Umar, anda terlalu memuji putriku. Bukankah Khafi ini juga sudah lulus S2 dari universitas Al Ashar? Beliau juga pasti sudah sangat mendalami ilmu agama," balas Bilal tak mau kalah menyanjung Khafi.
"Ya, tapi anak saya ini. Saya sudah memintanya untuk menjalankan yayasan sejak beberapa bulan yang lalu. Sepertinya saya harus memaksanya untuk melakukan hal itu." Abi berucap menyinggung anaknya yang memang enggan setiap diminta bergabung mengurus yayasan.
"Apa nak Khafi juga akan menjadi staf pengajar disini? Wah luar biasa. Dengan bertambahnya dua guru agama ini maka yayasan pasti akan semakin maju, terutama dalam membangun jiwa jiwa muda yang tekun dan taat kepada Allah," ucap Bilal.
"Pokoknya Abi sudah memutuskan, Khafi akan mulai mengajar di Madrasah Aliyah bersamaan dengan Ariqah. Kalian berdua siapkan waktu kalian mulai minggu depan. Ariqah sudah setuju, abi menyarankan agar Ariqah tinggal disini. Minta Hardian menyiapkan satu kamar untuk Ariqah di mess putri." ucap Abi panjang lebar pada Khafi.
Dihadapan Abi dan ketiga orang tamu abi, Khafi terus saja mengangguk setuju, namun dalam hatinya, bagaimana aku akan mengurus anak anak sekolah itu?
Khafi merasa tak berbakat dalam bidang pelajaran agama. Jika bukan karena abi yang memaksanya sekolah di Al Ashar mungkin Khafi tak akan pernah mau sekolah jauh jauh kesana. Otak nya buntu saat menerima pelajaran, apa lagi mengajarkan orang.
Malam hari usai makan malam, Khafi ditugaskan abi mengantar kedua orang tua Ariqah kembali ke hotel. Dengan menggunakan Honda biru metalik, Khafi mengantar paman Bilal dan tante Kumala untuk beristirahat.
Khafi mengantar kedua orang tua Ariqah dihotel Mawar, hotel bintang lima yang terletak dipinggiran Jakarta. Setelah tugasnya terlaksana, Khafi mencari rumah makan terdekat. Seperti biasa, saat makan bersama tamu, Khafi hanya akan makan seadanya. Hingga menjelang tengah malam perutnya meminta diisi kembali.
The Beaten Restaurant, dengan sinar neon box besar warna warni yang menarik perhatian Khafi dari kejauhan. Masih beberapa ratus meter didepan restaurant, Khafi memperlambat laju kendaraannya. Sembari membuka jendela samping kanannya, Khafi menikmati sebuah alunan merdu dari pemutar musik dalam mobilnya.
Ku berharap kau pun merasakan
Iman dan takwamu yang meluluhkan
Rasa ini menjadi cinta
Kekasih idaman yang ku harapkan
Semoga cinta ini menjadi nyata
Ana uhibbuka fillah
Ku mencintaimu karena allah
Jika dia yang terbaik untukku
Dekatkanlah hati kami ya allah
Seketika matanya tertuju pada sosok wanita bersyal putih yang tengah berdiri didekat pagar jembatan. Gadis itu nampak asik menikmati angin segar dari arah sungai yang berarus deras. Matanya menatap kosong, seperti sedang kehilangan akal sehatnya. Mata sembab serta kepedihan pada raut wajahnya.
"Gadis itu lagi? Itu beneran dia kan? Syal ibu. Tidak tidak, itu syal ibu, gimana jika dia bunuh diri?"
Khafi langsung menepikan mobilnya, kemudian menghampiri sang gadis. Aroma Alkohol menyeruak ke penciuman Khafi. Sigadis pemabuk sedang berusaha mengeluarkan uneg uneg dalam hatinya. Dia berteriak kencang ke arah sungai, sesekali dia akan tertawa besar, marah dan kemudian sedih.
"Arggghhhhh, aku bukan wanita lemah. Ya ya ya sekarang aku masih ingat kamu. Walaupun sudah minum tiga kaleng alkohol, kamu masih menempel dalam kepalaku. Darian, kamu bukan milikku lagi. Sekarang aku akan mencari orang lain. Seseorang disana nikahilah aku, aku juga ingin bahagia. Tuhan ijinkan aku bahagia," teriak si gadis.
"Nona, jangan melakukan hal bodoh. Ingat Allah sangat tidak menyukai orang yang tidak menyayangi dirinya." Khafi berusaha membujuk wanita itu dengan lembut.
"Haha, ini adalah diriku. Aku berhak melakukan apapun terhadap diriku." wanita itu tak menghiraukan ucapan Khafi. Bahkan untuk menoleh kebelakang pun tidak.
"Nona, tolonglah turun dari situ," ucap Khafi lagi sambil perlahan mendekati wanita itu.
Wanita cantik itu membalikkan badannya, dengan rambut yang tergerai, melambai diterpa angin hingga menutupi sebagian wajahnya, wajah yang sarat akan kepedihan. Khafi merasa iba akan wanita dihadapannya itu.
"Tapi, aku tidak mengenalmu, aku tidak memiliki urusan apa pun denganmu! Pergilah dari sini!" ucap wanita itu lirih.
Khafi tak ingin kehilangan akal, dia berusaha mencari kata kata yang tepat untuk menarik perhatian wanita yang terkesan cuek dihadapannya.
"Saya... syal dan sapu tangan milik saya, saya ingin agar nona mengembalikan syal saya," ucap Khafi mantap.
Wanita itu berusaha memanjat naik ke atas pagar jembatan yang tingginya hingga ke dadanya. "Syal apa? Aku nggak peduli dengan syal. Aku mau mati pun nggak ada urusannya dengan kamu."
"Tidak nona stop," Khafi berusaha mendekati Elish.
"Apa kamu pernah merasakan sakit? Dan otak mu tak tau bagaimana mengobati sakit yang kau derita. Tau kah kamu? pacarku membatalkan pernikahan karena seorang wanita telah mengandung anaknya. Aku tidak terima, mereka sekarang sedang berbahagia. Dan aku? aku terluka sendirian. Sebaiknya aku mati."
"Nona, jika kamu tak menyayangi dirimu sendiri, bagaimana orang bisa menyayangimu. Bahkan Allah tidak menyayangi orang yang tak menyayangi dirinya sendiri."
"Jika aku menyayangi diriku, apa kamu akan menyayangiku?"
"Ya, aku akan mencoba menyayangi mu, turunlah dari pagar itu." Khafi berusaha membujuk.
Gerak tubuh wanita itu semakin oleng. Sedikit saja kelalaian maka tubuhnya bisa terjatuh kedalam sungai.
"Bersediakah kamu menikah dengan ku?"
"Insyaallah, tapi bisakah nona tidak berdiri disitu?"
Khafi yang semakin mendekati Elish menariknya turun dari pagar. "Ueek ueeekkk ueeekkkk," semua alkohol dan makanan yang terakhir dimakan Elish dimuntahkan keluar.
"Nona? dimana rumah anda, saya akan mengantar anda pulang sekarang." Khafi kebingungan dan khawatir. Dirinya baru pertamakali mengalami kejadian seperti ini.
"Rumah saya? Dimedan. haha," ucap sigadis sedikit meledek kemudian terkulai bersandar pada tubuh Khafi.
Bagaimana caraku menolongnya? Dia wanita, bagaimana aku? Akuu..
Khafi akhirnya memutuskan membawa wanita jorok yang dipenuhi muntahan itu ke dalam mobilnya.
Next 🔜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
01.43 wita, perjalanan cinta dimulai
2021-07-27
1
Little Peony
Bagus thor ceritanya
2021-07-23
1
auliasiamatir
tambah seru nih Thor..., bakal ada perdebatan antara khafi dan abinya
2021-05-30
2