Bila otak sadarku tak bisa mengusir bayangan Darian maka...
Mata Elisabeth menatap tiga kaleng bir yang sudah dipesannya dari seorang pelayan.
Bukankah ini alkohol yang dimaksud? Gambar bintang. Lagian umurku sudah diatas 21 tahun, tidak ada larangan jika aku meminum ini.
Elisabeth menutup situs internet tentang minuman beralkohol yang konon bisa membuat pikiran lebih tenang dan rileks.
Satu kaleng bir langsung dibuka dan diteguk hingga setengah kaleng.
"Hmm, lumayan walaupun nggak senikmat cola," gumam Elish kemudian langsung meminum habis sisa cairan dalam kaleng.
Selang sejam, tiga kaleng bir telah ludes masuk kedalam lambungnya.
Rasa panas dan gerah mulai menjalar disekujur tubuh Elisabeth. Matanya sayup, jalan nya gontai menuju meja kasir rumah makan tersebut.
Setelah mengeluarkan uang 200 ribu membayar pesanannya, Elish berjalan keluar mencari udara segar.
Seok ke kiri seok ke kanan seok ke kiri seok ke kanan.
Seperti itulah Elish berjalan sejauh 100 meter kedepan. Angin sejuk dari arah sungai membuatnya berhenti disitu. Sudah dengan pengaruh alkohol Elisabeth mulai menggerutu, teriak, dan bahkan tertawa sendiri. Kekesalan dan unek uneknya ditumpahkan keluar dari dalam batinnya.
"Arggghhhhh, aku bukan wanita lemah. Ya ya ya sekarang aku masih ingat kamu. Walaupun sudah minum tiga kaleng alkohol, kamu masih menempel dalam kepalaku. Darian, kamu bukan milikku lagi. Sekarang aku akan mencari orang lain. Seseorang disana nikahilah aku, aku juga ingin bahagia. Tuhan ijinkan aku bahagia," teriak Elisabeth ke arah sungai yang mengalir deras dibawah jembatan.
Tanpa disadari Elish, ocehannya sedang didengar oleh seorang pria yang mengawasinya dari belakang.
Elish menaiki satu step ke atas pagar jembatan.
"Nona, jangan melakukan hal bodoh. Ingat Allah sangat tidak menyukai orang yang tidak menyayangi dirinya." ucapan lembut tiba tiba dari belakang Elisabeth.
"Haha, ini adalah diriku. Aku berhak melakukan apapun terhadap diriku." Elish tak menghiraukan suara itu. Bahkan untuk menoleh kebelakang pun tidak.
"Nona, tolonglah turun dari situ," ucap pria itu lagi sambil perlahan mendekati Elishabeth.
Elisabeth menoleh. "Aku tidak mengenalmu, aku tidak memiliki urusan apa pun denganmu! Pergi dari sini!"
"Saya... shal dan sapu tangan milik saya, saya ingin agar nona mengembalikan shal saya," ucap pria itu.
Elish turun dari jembatan mendekati pria itu.
"Syal apa?" tanya Elisabeth.
"Syal putih yang ada dileher anda," ucap pria bersuara lembut itu.
Semilir angin berhembus ke arahnya, aroma wangi maskulin sekali lagi menerpa hidungnya. Elisabeth mencium syal yang seharian telah setia menemaninya, wangi maskulin dari syal itu telah sedikit berkurang.
Elis memajukan kepalanya mengendus wangi dari badan pria asing itu.
Aroma yang sama dengan aroma pada shal, benarkah shal ini miliknya? Tapi ada yang mengganjal. Kemaren di Medan dan sekarang...
Rasa mual tiba tiba menyeruak. Kebanyakan berpikir membuat Elisabeth mual dan, "ueekk ueekk," muntah saat itu juga.
"Nona? dimana rumah anda, saya akan mengantar anda pulang."
"Rumah saya? Dimedan. haha," Elisabeth terkulai bersandar pada pagar jembatan masih dalam pengaruh alkohol kemudian tertidur.
\~\~\~\~\~
Sehari sebelum hari pernikahan Elisabeth dan Darian yang batal...
"Khafi?" Panggil Abi Umar Al-Nawawi.
"Ya Abi," jawab Khafi yang saat itu baru saja tiba diruang makan.
"Kamu besok temani abi ke Medan. Abi diundang oleh teman lama abi disana. Kakakmu Shaleh sedang sakit."
Khafi menyendok nasi kedalam piringnya, kemudian menaruh lauk yang sudah terhidang diatas meja.
"Acara apa abi?" tanya Khafi.
"Ceramah 7 hari meninggalnya ibunda dari teman abi. Abi nggak bisa menolak, pak Abdulah adalah teman lama abi. Abi harus sempatkan diri kesana walaupun hanya 1 hari. Dan lusa Abi harus hadiri pelantikan masjid Darussalam di Bandung." jelas Abi Umar.
"Insya Allah Khafi akan temani abi," ucap Khafi sambil mulai mengunyah makanan dalam mulutnya.
Keesokan hari...
Khafi, abi Umar dan Hardian asisten abi berangkat menuju medan. Siang itu mereka langsung menuju kediaman sahabat abi bernama Abdulah.
Menjelang Sholat ashar acara tahlilan sudah selesai. Abi, Khafi dan Hardian ditemani pak Abdulah melakukan sholat berjemaah dimasjid terdekat dirumah pak Abdulah.
"Allah hu akbar Allah hu akbar. Allah hu akbar Allah hu akbar..."
Adzan sholat Isha berkumandang memanggil setiap umat yang beragama muslim untuk menjalankan kewajiban. Saat itu Khafi, Hardian dan Amir anak laki laki pak Abdulah berjalan kaki dari rumah menuju masjid.
Menjelang dua puluh meter, dari depan gerbang gereja nampak seorang wanita tengah duduk meringkuk didepan pagar. Gerak gerik wanita itu sangat tak nyaman. Sesekali tangannya mengelus bagian badannya yang sedang terekspos menampakkan auratnya.
Semakin dekat, wanita itu tampak mundur semakin masuk kedalam pagar. Dengan sebuah buket bunga di tangan, mata sembab dan hidung merah.
Khafi cuek melewati wanita itu, namun dalam hatinya bergejolak. Perasaan aneh aneh mengganggu dalam hatinya. Melewati beberapa langkah Khafi berbalik badan kembali ke arah gadis itu.
"Nona?" sapa Khafi kemudian melingkarkan shal yang ada dilehernya ke badan wanita itu.
Wanita yang kebingungan itu menatap Khafi, sorot lampu jalan menampakkan kesedihan yang medalam diwajah gadis itu.
"Ini..." ucap gadis itu.
Khafi langsung berlalu mengejar dua orang rekannya yang sudah berada di depan masjid.
Usai melaksanakan sholat isha, Khafi kembali melewati jalan yang sama. Namun gadis itu sudah tak berada disitu..
Mungkin dia sudah pulang. Dari gaunnya pasti gadis itu sedang menunggu pengantin prianya. Pernikahannya batal dan... Ah kenapa aku terus memikirkannya, lagian.
Malam itu dirumah pak Abdulah, Khafi tidur sekamar bersama Abi dan Hardian. Mengingat subuh awal mereka harus langsung ke Bandung, mereka harus langsung beristirahat menghilangkan lelah akibat aktifitas sepanjang hari.
Pesawat udara meninggalkan kota Medan menuju Bandung.
Setiba di Bandung Khafi membantu Abi melakukan persiapan untuk acara siang nanti di Masjid Darussalam. Sebagai seorang syekh kondang abi Umar Al Nawawi jarang berada dirumah. Kegiatannya sehari hari hanya diisi dengan undangan ceramah ceramah dan ceramah.
Siang hari usai sholat dzuhur, acara peresmian Masjid Darussalam dimulai. Ceramah singkat, pengajian serta doa dari anak anak yatim berlangsung khusyuk. Beberapa jam berlalu hingga acara selesai. Khafi, Abi Umar dan Hardian bergegas kembali ke Bogor.
Mobil yang akan ditumpangi ketiganya telah menunggu. Abi buru buru harus kembali ke pesantren, seorang teman sudah menunggunya dipesantren.
Mobil sedan tua berwarna hitam itu meluncur menuju tujuan mereka. Didalam mobil Abi banyak berbincang dengan anak bungsunya itu. Jarang sekali Abi memiliki waktu bersama putranya, kesibukannya yang padat membuat Abi harus selalu berada diluar rumah.
"Khafi, Abi sengaja mengajakmu ikut bersama abi. Abi berharap kamu bisa belajar banyak. Kakak mu Shaleh sudah sering ikut menjadi pembicara pada acara acara besar. Sepertinya bakat kakakmu akan sama seperti Abi. Sedangkan kakakmu Khaila, sudah ikut suaminya tinggal di Malaysia. Abi berharap kamu dapat mengambil alih menangani yayasan Al-Ikhlas. Mulai pekan depan Abi akan merekomendasikan mu sebagai guru honor diyayasan. Sambil mengajar kamu pelajari cara mengelola yayasan. Secepatnya Abi akan menyerahkan seluruh yayasan ketangan kamu." ucap Umar Al Nawawi panjang lebar.
"Tapi abi, Khafi belum berpengalaman apa pun. Khafi belum siap mengurus..."
"Untuk itulah abi menyuruh mu belajar, gunakan ilmu yang sudah kamu pelajari saat di Al Ashar," potong Umar.
Sambil menggaruk kepala, Khafi menoleh ke arah seorang wanita yang mengenakan shal putih memasuki terminal bus Leuwi Panjang.
Wanita itu..
Ya dia wanita itu, aku sangat mengenali shalku. Shal yang aku berikan pada gadis didepan gereja...
Tapi ini di Bandung bukan di Medan.
Untuk menjawab rasa penasaran Khafi langsung menghentikan mobil yang sedang melaju perlahan akibat kemacetan.
"Bang stop, Abi Khafi turun disini. Ada teman Khafi, nanti Khafi langsung nyusul pulang naik bus,"Khafi mencium tangan abinya kemudian turun dari mobil mengikuti gadis yang membuatnya penasaran.
"Hmmmm, anak itu. Begitu lah sifatnya jika dikasi tau, pasti langsung nyelenong pergi," gumam Abi begitu Khafi keluar dari mobil.
*Next **🔜*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Mrs.Riozelino Fernandez
hai elis...ternyata kita satu kampung Elis...nama kamu juga seperti nama temanku Elisabeth dan Petra...senang bisa mampir di ceritanya kk author...
2023-09-20
0
Dede Dewi
pertemuan yang begitu menarik
2023-04-27
1
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
01.34 wita, berikut
2021-07-27
1