IAAM-002

Satu malam berlalu tanpa kejelasan pasti.

Disebuah kamar, Elisabeth bolak balik tak tentu arah. Pikirannya masih melayang menunggu pagi menjelang. Tak bisa tidur, tentu saja! Gelisah? ya pasti. Siapa sih yang bisa tenang setelah gagal dihari pernikahannya.

"Sudah pukul 7," guman Elis sambil melompat dari ranjang nyaman dan empuk namun tak bisa membawanya tertidur semalaman.

Elisabeth menuju ruang tengah apartemen Resty. Sebuah ponsel yang batrainya telah terisi penuh diraihnya dari atas nakas. Sambil melepas kabel carging dari ponselnya, Elisabeth langsung menghubungi nomor ponsel Darian.

"Tuuuut tuuutp tuuut," suara pertanda ponsel Darian sedang aktif namun tak kunjung diangkatnya.

Berulang ulang Elisabeth menggubungi Darian namun hasilnya sama, tidak diangkat Darian.

"Ah, kak Delilah." Elisabeth menghubungkan panggilan ke nomor Delilah kakak Darian.

"Tuuut tuuutt tuut."

"Hai Elish," sapa Delilah masih dengan suara malas dan serak pertanda baru saja bangun tidur.

"Kak, Darian dimana kak. Elish ingin bicara dengannya," ucap Elisabet lembut sedikit memohon.

"Loh, dia belum hubungi kamu?"

"Belum kak, Elis telponin tapi nggak diangkatnya. Apa Darian disitu, berikan ponsel kakak padanya, Elis ingin ngomong sebentar dengannya."

"Jam berapa ini? Jam 7? Bentar kakak cek dulu. Nanti kakak telpon kamu balik," ujar Delilah langsung menutup ponselnya.

Elisabeth mondar mandir diruangan tengah berukuran sedang, berharap harap cemas Darian akan menghubunginya kali ini.

Beberapa saat, ponsel dalam genggaman Elisabeth berbunyi.

"Kak Delilah?"

"Elish, Darian baru saja ke bandara. Dia sudah kembali ke Bandung pagi tadi. Maaf Elis, kakak tak bisa membantu apa apa, sebaiknya kamu ikhlaskan Darian untuk Reyna, dia sekarang tengah mengandung anak Darian..."

Kedua tangan Elisabeth jatuh terkulai dikedua sisi badannya. Delilah masih sedang bicara namun Elish tak mampu lagi mendengar ucapan dan petuah dari wanita yang lebih 7 tahun diatasnya.

Nggak, Elish harus menemui Darian. Sebelum Elish mendengar langsung dari Darian, Elish nggak akan percaya ucapan kalian. Elish percaya Darian nggak akan menyakiti Elish. Dia sudah janji akan selalu mencintai Elish hingga maut memisahkan. Elish harus ke Bandung sekarang.

Elisabeth bergegas kembali ke kamar mengambil shal putih dan hampir menabrak Resty yang juga sedang terburu buru karena hampir terlambat masuk kantor pagi itu.

"Loh udah bangun Lis?"

"Res, aku pergi dulu," pamit Elisabeth.

"Kamu mau kemana?" teriak Resty pada Elish yang sudah bergerak keluar dari pintu apartemennya.

"Pulang Rey," sahut Elisabeth yang sudah berada diluar.

Elisabeth menghubungi Jenie adik perempuannya.

"Tuuuuttt."

"Jen kamu dimana?" tanya Elisabeth.

"Aku sudah dijalan menuju sekolah, kenapa kak?" tanya Jenie.

"Papa masih dirumah?"

"Seperti biasa, jam 7 pagi papa sudah ke toko. Kakak pulang aja, kayaknya papa sudah nggak marah deh." ujar Jenie.

"Oke Jen, kakak dalam perjalanan pulang sekarang. Udahan dulu ya. Bye.”

"Iya kak, bye." sambungan telpon berakhir.

Beberapa menit Elisabeth tiba dirumahnya. Rumah nampak sepi seperti biasanya. Ayah dan Ibu setiap hari sibuk mengurus toko sepatu yang dikelola ayahnya sejak Elisabeth masih bayi. Ayahnya keluar rumah pukul 7 pagi dan akan pulang ke rumah pukul sepuluh malam. Kesibukan ayahnya membuat Elish jarang bertemu ayahnya.

Pagi itu pak Dadang dan istrinya bi Minah yang mengurus rumah. Pak dadang sedang membersihkan taman sedangkan bi Minah sibuk memasak didapur. Kedatangan Elisabeth tak dihiraukan kedua orang tua tersebut. Bahkan saat Elish kembali keluar dengan koper ditangannya tidak mereka sadari.

Elish langsung menuju bandara dengan taxi yang telah menunggunya didepan rumah.

...

Elisabeth tiba dibandara Husein Sastranegara pukul 12:25 siang itu.

Sepanjang perjalanan Elis mengenang setiap kenangan yang dilewatinya bersama Darian dikota pelajar itu. Walaupun beda jurusan namun Elisabeth bahagia bisa terus bersama Darian disatu universitas yang sama.

Kebersamaan mereka sejak kecil membuat Elisabeth tak bisa jauh dari pria pujaan hatinya itu, apapun yang terjadi hidup Elisabeth hanyalah untuk Darian.

Elisabeth akhirnya tiba disebuah rumah sederhana yang disewa Darian selama dua tahun terakhir setelah diterima bekerja disebuah perusahan bonavit dikota itu.

Elisabeth dengan hati hati membuka pagar besi yang hanya dikait asal dari dalam. Dengan sebuah harapan besar akan segera bertemu Darian, Elisabeth melangkah pasti menuju pintu rumah tersebut.

"Tok tok tok."

"Tok tok tok."

Tak sampai beberapa saat, gagang pintu bergerak, kemudian pintu terbuka separuh.

"Elish? kamu ngapain disini?" Mata Darian terkejut setengah mati melihat Elisabeth yang sedang berdiri didepan pintu.

"Aku terus menghubungimu, tapi kamu nggak angkat," jelas Elish.

"Kamu paham nggak sih situasi sekarang, aku..." Darian menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan wajah frustasi. "Aku akan mengurus masalahku dulu baru aku akan menghubungimu," lanjut Darian.

"Ada masalah apa?" Wajah polos Elisabeth meminta penjelasan lebih.

"Pokoknya sekarang kamu pergi dulu, aku akan menghubungi mu saat keadaanku sudah lebih baik. Percayalah, aku pasti akan selalu bersama mu," ujar Darian. Ucapannya bergetar seolah ada keraguan pada ucapannya.

"Aku ke sini hanya ingin tau, kenapa kemaren kamu nggak datang? Apa kamu baik baik saja?" tanya Elisabeth dengan suara lemah namun dengan wajah yang sarat akan keingintahuan.

"Aku, belum bisa jelasin sekarang. Ceritanya panjang."

Elisabeth menatap lekat wajah Darian. Pandangannya tak pernah menatap mata Elisabeth seperti biasanya. Kepanikan bercampur khawatir terpancar disana.

"Sayang?" suara seorang wanita memanggil Darian.

Mata Elisabeth langsung tertuju ke arah sumber suara. Pintu telah seutuhnya terbuka. Sosok Reyna berdiri tegap disitu.

"Rey, Elisabeth datang kesini karena," Darian berusaha memikirkan cara memberi sebuah penjelasan yang tepat kepada Reyna.

"Reyna? Kamu Reyna Widodo teman satu angkatan jurusan Teknik..." Elisabeth teringat sosok Reyna teman satu angkatan namun beda jurusan. Saat ada kelas gabungan Reyna pasti akan datang menemui Elisabeth dan duduk bersamanya.

"Ya saya Reyna, kamu sudah ingat saya?" tanya Reyna dengan senyuman mengulum menahan ejekan diwajahnya.

"Reyna," tegas Darian mencoba memperingati Reyna.

"Haha." Tawanya pecah seketika. "Elisabeth kamu jangan terlalu naif. Jangan berpikir kalau kamu bisa menikahi Darian. Dia menikahi kamu hanya karena kasihan. Kalian berpacaran? Cih, Itu hanya perasaan mu saja Elish, selama ini Darian telah membohongi mu! Aku tengah hamil anaknya, mana mungkin dia menikah denganmu! Kamu wanita bodoh...," Dibalik tertawa Reyna yang terbahak. Wajahnya melotot garang menatap Elisabeth, wanita yang selalu dilindungi Darian.

"Hentikan Reyna," bentak Darian.

"Benarkah itu Darian?" Wajah Elisabeth memelas menatap Darian. Elisabeth berharap sebuah sanggahan keluar dari mulut Darian atas ucapan Reyna.

"Sejak kuliah semester satu hubungan kami sudah sangat intim, mana mungkin aku bohong." Reyna kembali berucap dengan sarkastik. Sembari melangkah dan memeluk lengan Darian.

"Darian? Jadi selama ini?" wajah memelas Elisabeth berubah menjadi sebuah kesedihan yang tak terbendung. Seakan tak sanggup lagi menatap kedua orang dihadapannya yang saling menggandeng satu sama lain.

"Maafkan aku Elish, aku selalu berjanji akan menjaga mu. Tapi nyatanya, aku ingkar. Aku nggak bisa memenuhi janjiku, Reyna sekarang tengah mengandung anakku," ucap Darian sambil menunduk. Bahasa tubuhnya berbicara maaf, wajahnya menyiratkan sebuah penyesalan.

Jadi aku harus pergi sekarang? Jadi aku harus meninggalkan Darian sekarang? Aku harus melupakannya?

"Darian?" Tangisan telah terurai di pipi Elish.

"Pergi, kamu tuli. Apa kamu nggak punya otak?" bentak Reyna.

Seketika Darian melepas tangan Reyna yang menggandeng lengannya erat. Tangan Darian berpindah ke atas bahu Elisabeth. "Elish, walaupun hubungan kita bukan hubungan spesial lagi, tapi aku akan memenuhi janjiku. Aku akan menjaga mu, kamu bisa menganggapku sebagai kakakmu. Kamu nggak usah sedih. Jika kamu butuh sesuatu aku akan membantumu, ok?" Ucapan Darian begitu tulus. Senyuman lembut keluar dari kedua sudut bibirnya.

"Tapi aku mencintaimu Darian, sedari dulu aku hanya mencintaimu." Kepalanya tertunduk, airmata tak henti hentinya keluar dari pelupuk matanya.

"Salah mu dewe, siapa suruh kamu nggak bisa membahagiakan Darian?" gumam Reyna.

"Jadi selama ini kamu tidak bahagia bersamaku?" tanya Elisabeth.

"Mana mungkin dia bahagia, lihat dirimu. Kamu pasti tidak tau bagaimana membuat lelaki bahagia." Reyna kembali memeluk Darian mesra.

Pemandangan menyakitkan itu membuat Elisabeth menutup matanya.

Aku bisa apa? Darian tak bisa ku pertahankan lagi. Dunia ku akan runtuh tanpa Darian, raga ku hidup namun hatiku akan mati untuk selamanya...

Elisabeth meninggalkan tempat itu membawa asa yang terkoyak.

*Next **🔜*

Terpopuler

Comments

kelinci lucu

kelinci lucu

sprtinya seru..
pi bngung cz da yg menyangkut agama, dri awal dgreja trus da rang azan n dia nyebut allah, agama si cewek sbnernya apa?
saran j.. jka begronny brat y brat n pergaulan bbasny j jngn bwa2 agama🙏🙏🙏

2023-06-28

0

Rewul Ajach

Rewul Ajach

wehhhh

2021-12-10

1

༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂

༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂

03.33 wita,

2021-07-24

1

lihat semua
Episodes
1 IAAM-001
2 IAAM-002
3 IAAM-003
4 IAAM-004
5 IAAM-005
6 IAAM-006
7 IAAM-007
8 IAAM-008
9 IAAM-009
10 IAAM-010
11 IAAM-011
12 IAAM-012
13 IAAM-013
14 IAAM-014
15 IAAM-015
16 IAAM-016
17 IAAM-017
18 IAAM-018
19 IAAM-019
20 IAAM-020
21 IAAM-021
22 IAAM-022
23 IAAM-023
24 IAAM-024
25 IAAM-025
26 IAAM-026
27 IAAM-027
28 IAAM-028
29 IAAM-029
30 IAAM-030
31 IAAM-031
32 IAAM-032
33 IAAM-033
34 IAAM-034
35 IAAM-035
36 IAAM-036
37 IAAM-037
38 IAAM-038
39 IAAM-039
40 IAAM-040
41 IAAM-041
42 IAAM-042
43 IAAM-043
44 IAAM-044
45 IAAM-045
46 IAAM-046
47 IAAM-047
48 IAAM-048
49 IAAM-049
50 IAAM-050
51 IAAM-051
52 IAAM-052
53 IAAM-053
54 IAAM-054
55 IAAM-055
56 IAAM-056
57 IAAM-057
58 IAAM-058
59 IAAM-059
60 IAAM-060
61 IAAM-061
62 IAAM-062
63 IAAM-063
64 IAAM-064
65 IAAM-065
66 IAAM-066
67 IAAM-067
68 IAAM-068
69 IAAM-069
70 IAAM-070
71 IAAM-071
72 IAAM-072
73 IAAM-073
74 IAAM-074
75 IAAM-075
76 IAAM-076
77 IAAM-077
78 IAAM-078
79 IAAM-079
80 IAAM-080
81 IAAM-081
82 IAAM-082
83 IAAM-083
84 IAAM-084
85 IAAM-085
86 IAAM-086
87 IAAM-087
88 IAAM-088
89 IAAM-089
90 IAAM-090
91 IAAM-091
92 IAAM-092
93 IAAM-093
94 IAAM-094
95 IAAM-095
96 Sepatah duapatah kata dari author.
97 IAAM-096
98 IAAM-097
99 IAAM-098
100 IAAM-099
101 IAAM-100
102 IAAM-101
103 IAAM-102
104 IAAM-103
105 IAAM-104
106 IAAM-105
107 IAAM-106
108 IAAM-107
109 IAAM-108
110 IAAM-109
111 IAAM-110
112 IAAM-111
113 IAAM-112
114 IAAM-113
115 IAAM-114
116 IAAM-115
117 IAAM-116
118 IAAM-117
119 IAAM-118
120 IAAM-119
121 IAAM-120
122 IAAM-121
123 IAAM-122
124 IAAM-123 (end)
125 Ekstra Part
126 Next Project.
Episodes

Updated 126 Episodes

1
IAAM-001
2
IAAM-002
3
IAAM-003
4
IAAM-004
5
IAAM-005
6
IAAM-006
7
IAAM-007
8
IAAM-008
9
IAAM-009
10
IAAM-010
11
IAAM-011
12
IAAM-012
13
IAAM-013
14
IAAM-014
15
IAAM-015
16
IAAM-016
17
IAAM-017
18
IAAM-018
19
IAAM-019
20
IAAM-020
21
IAAM-021
22
IAAM-022
23
IAAM-023
24
IAAM-024
25
IAAM-025
26
IAAM-026
27
IAAM-027
28
IAAM-028
29
IAAM-029
30
IAAM-030
31
IAAM-031
32
IAAM-032
33
IAAM-033
34
IAAM-034
35
IAAM-035
36
IAAM-036
37
IAAM-037
38
IAAM-038
39
IAAM-039
40
IAAM-040
41
IAAM-041
42
IAAM-042
43
IAAM-043
44
IAAM-044
45
IAAM-045
46
IAAM-046
47
IAAM-047
48
IAAM-048
49
IAAM-049
50
IAAM-050
51
IAAM-051
52
IAAM-052
53
IAAM-053
54
IAAM-054
55
IAAM-055
56
IAAM-056
57
IAAM-057
58
IAAM-058
59
IAAM-059
60
IAAM-060
61
IAAM-061
62
IAAM-062
63
IAAM-063
64
IAAM-064
65
IAAM-065
66
IAAM-066
67
IAAM-067
68
IAAM-068
69
IAAM-069
70
IAAM-070
71
IAAM-071
72
IAAM-072
73
IAAM-073
74
IAAM-074
75
IAAM-075
76
IAAM-076
77
IAAM-077
78
IAAM-078
79
IAAM-079
80
IAAM-080
81
IAAM-081
82
IAAM-082
83
IAAM-083
84
IAAM-084
85
IAAM-085
86
IAAM-086
87
IAAM-087
88
IAAM-088
89
IAAM-089
90
IAAM-090
91
IAAM-091
92
IAAM-092
93
IAAM-093
94
IAAM-094
95
IAAM-095
96
Sepatah duapatah kata dari author.
97
IAAM-096
98
IAAM-097
99
IAAM-098
100
IAAM-099
101
IAAM-100
102
IAAM-101
103
IAAM-102
104
IAAM-103
105
IAAM-104
106
IAAM-105
107
IAAM-106
108
IAAM-107
109
IAAM-108
110
IAAM-109
111
IAAM-110
112
IAAM-111
113
IAAM-112
114
IAAM-113
115
IAAM-114
116
IAAM-115
117
IAAM-116
118
IAAM-117
119
IAAM-118
120
IAAM-119
121
IAAM-120
122
IAAM-121
123
IAAM-122
124
IAAM-123 (end)
125
Ekstra Part
126
Next Project.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!