Chapter 5

Rumah sakit.

Dengan buru-buru Devan berlari menuju UGD tempat mamanya berada sekarang.

“Papa.” Panggil Devan pada pria yang sedang duduk sambil menenggelamkan wajahnya di telapak tangannya.

Bayu langsung mengangkat kepalanya, melihat pada asal suara.

“Devan.” Balas Bayu.

Devan langsung duduk di samping Bayu.

“Apa yang terjadi, pa?” Tanya Devan.

“Papa juga tidak tau. Saat papa keluar dari kamar mandi, mama mu sudah tergeletak di lantai.” Jelas Bayu.

“Lalu bagaimana? Apa yang dokter bilang?” Cecar Devan.

“Sampai saat ini dokter yang memeriksa mama mu belum keluar dari ruangan.” Jawab Bayu.

“Kita tunggu saja.” Lanjut Bayu.

Anak dan ayah itu pun duduk sambil menunggu dokter yang memeriksa Santi keluar.

Tidak lama dokter pun keluar dari sana, Bayu dan Dimas otomatis berdiri menghampiri dokter itu.

“Bagaimana keadaan istri saya dok?” Tanya Bayu langsung.

“Untunglah bapak membawanya cepat kemari jadi kami bisa langsung menanganinya. Sepertinya tadi istri anda mengalami sesak nafas dan syok hingga beliau jatuh. Ada sedikit benturan di kepala beliau dan itu bisa saja mengakibatkan hal fatal.”

“Untuk sementara istri anda baik-baik saja. Saya sarankan jangan membuat beliau cepat marah agar tensinya tidak naik, dan kalau bisa turuti apa yang beliau mau agar hatinya senang. Dengan begitu beliau bisa terdorong untuk cepat pulih.” Lanjut sang dokter menjelaskan.

“Tapi yang paling penting, jangan sampai membuat beliau marah karna itu bisa membuatnya kembali syok dan sesak napas.”

“Baik dok.” Jawab Bayu dan Devan bersamaan.

“Apa kami bisa menjenguknya sekarang?” Tanya Bayu.

“Untuk sementara pasien masih dalam pengaruh obat bius. Tapi anda boleh masuk untuk melihatnya.” Jawab dokter.

“Baiklah.”

Dokter pun pamit pergi. Sementara Bayu dan Devan berjalan masuk ke dalam ruang rawat sang mama.

***

Di tempat lain.

Vina telah sampai di kostanya.

Dengan langkah lunglai ia berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Setelah mengunci pintu, Vina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

“Bagaimana ini?”

“Apa aku harus memberitahukan hal ini pada Devan?”

“Apa keluarganya akan menerima anak ini?”

Tanpa sadar air mata jatuh mengalir di pipinya.

“Aku sudah melakukan kesalahan besar. Ayah pasti kecewa pada ku.”

“Aku sudah mempermalukan Ayah. Bagaimana aku harus menjelaskan ini pada Ayah.”

“Aku takut…”

Sedari tadi Vina gelisah memikirkan respon ayahnya nanti, karna cepat atau lambat perutnya pasti akan membesar dan tidak mungkin ia akan bekerja lagi.

Sudah pasti Vina akan kembali kepada ayahnya di kampung saat waktu itu tiba.

Yang Vina punya sekarang hanyalah ayahnya, ibunya sudah meninggal waktu umur Vina masih remaja.

Untuk bisa sampai ke kota ini saja, Vina harus berperang dengan pikirannya antara tinggal dan merawat ayahnya atau pergi mencari kerja dan mengirim uang pada ayahnya agar ayahnya itu tidak perlu susah-susah dan panas-panasan di kebun hanya untuk menjual sayur dan ubi-ubian yang hasilnya tidak sebanding dengan keringat dan lelah yang ayahnya keluarkan.

Itu sebabnya Vina memutuskan untuk pergi merantau dan mencari keria di kota demi menghidupi kebutuhannya dan ayahnya yang usianya sudah rentan.

Untung juga di sana solidaritas warga kampung sangat tinggi hingga mereka dengan kebaikannya mau memantau dan melaporkan kondisi ayahnya di kampung.

Setiap bulan pun, Vina akan mengirimkan gajinya separuh untuk sang ayah gunakan.

Kadang uang itu ia titipkan pada warga yang memiliki nomor rekening untuk ia kirimkan.

Selama Vina bekerja pun, beberapa kali ia akan pulang ke kampung untuk melihat kondisi sang ayah. Berkat Vina juga ayahnya sudah tidak perlu kerja lagi, ayah Vina hanya akan di rumah menikmati masa tuanya.

“Apa ayah akan memafkan ku?” Tanya Vina.

“Aku takut, sungguh takut.” Gumam Vina.

Karena lelah dengan pikirannya, Vina pun tertidur.

***

Malam hari di rumah sakit.

Santi mulai membuka matanya. Hidungnya mencium aroma obat-obatan disana.

“Shhhh..” Santi meringis menahan sakit di kepalanya.

“Mama sudah bangun.” Cepat Bayu menghampiri Santi.

“Mama di mana ini pa?” Tanya Santi.

“Ini bukan kamar kita.” Lanjutnya.

“Mama di rumah sakit sekarang. Tadi mama pingsan dan langsung papa bawa kesini.” Jelas Bayu.

“Memangnya mama sakit apa?” Tanya Santi lagi.

“Ehh.. emm itu dokter bilang mama hanya pusing dan lelah saja.” Elak Bayu terpaksa berbohong. Ia tidak mau Santi pikiran nantinya.

“Ohh..” Balas Santi.

Tidak lama pintu terbuka menampilkan Devan yang datang dengan pakaian santainya dan beberapa paper bag di tangannya.

“Devan bawa makanan dan baju untuk papa. Sekarang papa mandi dulu, habis itu makan.” Ucap Devan sambil menyodorkan salah satu paperbag di tangannya.

Bayu langsung melesat pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket dengan keringat.

“Bagaimana keadaan mama?” Tanya Devan lembut sambil melangkah menghampiri mamanya itu.

“Pusing.” Jawab Santi.

“Kalau begitu mama istirahatlah biar pusing itu hilang.” Balas Devan.

Tapi Santi hanya menggelengkan kepalanya saja tanda ia tidak mau tidur, toh dia baru saja bangun dari tidur panjangnya.

“Kapan kamu akan menikah?” Tanya Santi membuka percakapan.

“Mama sudah tua. Mama ingin mengendong cucu seperti teman-teman mama yang lain.” Lanjut Santi.

“Secepatnya asal mama mau merestui hubungan ku bersama Vina.” Harap Devan.

Semoga saja mama berubah pikiran dan mau menerima Vina. Doa Devan dalam hati.

“Tidak!” Teriak Santi keras.

Hal itu membuat Bayu yang berada di dalam kamar mandi buru-buru keluar. Devan tak kalah kagetnya.

“Mama..” Kaget Devan melihat mamanya yang sudah mulai menarik napas berulang kali seperti orang yang sesak napas.

“Devan.” Hardik Bayu marah.

“Kamu lupa apa yang dokter katakan tadi!”

Seketika Devan langsung bungkam.

“Cepat panggilkan dokter, apa kau hanya akan diam saja melihat mama yang mulai sesak.” Seperti tersadar dari lamunannya, Devan langsung berlari keluar memanggil dokter.

Tidak lama dokter masuk dengan alat oksigen portable ditangannya.

Ia langsung memakaian alat itu pada Santi. Perlahan Santi mulai tenang, dadanya naik turun seperti biasa.

“Tolong untuk memperhatikan perkataan saya tadi Tuan.” Ucap dokter itu mengingatkan.

“Maafkan kami dokter. Kedepannya ini tidak akan terulang lagi, bukan begitu Devan?” Ucap Bayu sambil menatap tajam Devan.

“Baiklah kalau begitu. Alat ini akan saya tinggalkan disini jika sewaktu-waktu beliau sesak, kalian bisa langsung memakaian alat ini.” Himbau dokter itu.

“Baik dokter. Sekali lagi terima kasih.” Balas Bayu.

Dokter pun pergi meninggalkan tempat itu menyisahkan satu keluarga itu di dalam ruangan.

“Devan, papa harap kamu tidak melakukan kesalahan yang sama hingga membuat mama seperti tadi.” Titah Bayu memperingatkan Devan yang sedari tadi hanya diam, bagaimana pun ia sebagai anak juga syok melihat keadaan mamanya tadi.

❤️

Jangan lupa like, vote dan komen😊

Terpopuler

Comments

Susetiyanti RoroSuli

Susetiyanti RoroSuli

o berarti Santi kepikiran pacarnya Tevan yg tdk disetujuinya

2024-07-25

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

kasian Vina kalo Devan menikah dengan Tiara

2023-07-23

0

Fifit Afika

Fifit Afika

kaaihan vina nya

2021-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!