Sekolah ini sangat luas di dalamnya, sehingga membuatku bingung untuk mencari kelas baruku. Entah siapa yang harus ku tanyakan pada orang-orang di sini. Dari tadi mereka hanya menatapku dengan aneh.
Di tengah kebingunganku, tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiriku dengan gayanya yang berwibawa dan tegap, tubuh tinggi, dan berkulit putih.
"Hai! Lo anak baru, ya?" sapanya sambil bertanya padaku.
"Iya."
"Perlu bantuan?"
"Gue lagi bingung, kelas 11 IPS 2 dimana, ya?" ucapku sedikit canggung.
"Oh, yaudah gue anterin ke kelas tersebut. Tapi sebelumnya ikut gue dulu ke ruangan kepala sekolah." Ucapnya dan di jawab anggukan olehku sebagai jawaban.
Ia mengajakku ke ruangan kepala sekolah, ia berjalan di depanku, sedangkan aku berjalan di belakangnya. Setelah sampai, ia mengajakku masuk ke dalam.
"Assalamualaikum." Salam kami berdua saat masuk ke dalam.
Kepala sekolah yang tengah duduk sambil menatap sebuah dokumen langsung menatap ke arah kami berdua." Waallaikum salam." Jawabnya.
"Ada apa Anggi?" tanya kepala sekolah kepada laki-laki di sebelahku, yang ternyata namanya adalah Anggi.
"Ini pak, ada anak baru kelas 11 IPS 2." Jawabnya sambil menepuk bahuku.
Kepala sekolah tersebut hanya menyepitkan matanya dan menatap lekat ke arahku." Oh, kamu anak nya pak Vero, ya?" tanyanya. Seperti yang ayah bilang semalam, kalo kepala sekolah di sekolah ini adalah teman ayah, jadi ia tahu dengan ayahku.
"Iya pak." Jawabku sambil mengangguk.
"Wah!! Selamat datang di sekolah barumu. Semoga nyaman dan dapat banyak ilmu di sini!" seru kepala sekolah tersebut kepadaku.
Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya. "Iya pak."
"Kalo nggak salah nama kamu Maila, kan?" kini ia bertanya lagi padaku.
"Iya pak."
"Oke, kalau begitu Anggi kamu antarkan Maila ke kelas barunya." Suruhnya kepada Anggi, dan Anggi hanya mengangguk sambil mengajakku ke luar ruangan kepala sekolah.
"Nama lo Maila?" kini Anggi mulai membuka percakapan sambil berjalan setelah ke luar dari ruangan kepala sekolah.
"Iya." Jawabku.
"Gue Anggi, ketua OSIS disini, kelas 12 IPA 1." Ujarnya memperkenalkan diri padaku. Aku tertegun mendengarnya, jadi dia adalah kakak kelasku, dan bahkan ketua OSIS disini, dan aku memanggilnya dengan sebutan ' lo '. Dasar kurang sopan!!!
"Maaf kak! Maila manggil kakak tidak sopan." Ucapku sedikit ragu.
" Hehehe, nggak papa! Santai saja." Ucapnya sambil sedikit terkekeh.
Sedikit berbicang sambil berjalan juga aku dan kak Anggi menuju ke kelas. Di tengah langkahku untuk menuju kelas, tiba-tiba aku mendengar seorang murid sedang di marahi oleh seorang guru, di ruang BK. Kebetulan aku dan kak Anggi baru melewati ruangan tersebut.
"Jawab jujur kamu! Kamu habis tawuran kan?!" Ucap seorang guru dengan nada yang sedikit membentak.
"Nggak bu! Saya tidak tawuran!" jawab seorang murid membela dirinya.
"Jangan bohong! Menurut laporan dari Baim, kamu habis tawuran." Bentaknya lagi.
"Mana buktinya bu, kalau saya habis tawuran? Ibu lebih percaya sama orang yang sama sekali tidak punya bukti, dan laporan yang mengada-ngada, ketimbang mendengarkan penjelasan yang sebenarnya dari saya terlebih dahulu!" belanya lagi.
"Buktinya ada di video tersebut!"
Aku tengah berhenti dari langkahku, sambil mengintip dan mendengarkan murid dan guru tersebut di jendela yang kebetulan terbuka sedikit, tapi aku tetap bisa melihatnya dan juga mendengarnya. Entah kenapa aku sangat penasaran dengan apa yang tengah mereka permasalahkan.
Suara mereka terdengar sangat keras dan juga jelas olehku. Karena terlihat jelas olehku, aku tahu siapa orang yang sedang di marahi guru BK tersebut. Orang itu adalah orang yang ku tolongi dari ketiga preman kemarin. Laki-laki itu sedang melihat sebuah ponsel yang berisikan video.
"Bu, ini bohong! Ini cuman editan! Saya memang tengah berkelahi, tapi bukan dengan orang-orang yang berada di video ini, tapi saya tengah berkelahi dengan ketiga preman yang membalas dendam pada saya!" Belanya dengan memberontak.
Aku sedikit kasihan dengan laki-laki itu, dia mungkin di tuduh oleh seseorang. Walaupun aku sebenarnya tidak peduli dengan orang itu.
Karena aku yang melihat kejadian tersebut, aku berisianatif untuk masuk ke dalam ruangan tersebut, untuk menjadi saksi di peristiwa kejadian kemarin. Aku menghampiri pintu ruang BK dan membukanya.
Cklek!
Kak Anggi yang sedari tadi tidak mengetahuiku yang dari tadi berhenti dan mendengarkan ucapan mereka di dalam, lantas baru menyadarinya dan langsung mengikutiku yang masuk ke dalam.
"May, lo mau ke mana?" tanyanya.
Aku masuk ke dalam menghampiri mereka berdua yang tengah duduk berhadapan.
"Itu benar, bu! Yang di ucapkan dia benar!" Ucapku dengan sedikit keras. Lantas mereka berdua langsung menoleh dan menatap ke arahku.
"Lo?!" Ucap laki-laki itu dengan tidak percaya dengan kedatanganku.
"Kamu siapa?" tanya guru BK tersebut dengan memasangkan wajah datarnya padaku.
"Saya Maila, murid baru dari kelas 11 IPS 2." Jawabku.
"May, lo ngapain tiba-tiba nyelonong masuk?!" tiba-tiba saja kak Anggi datang dengan wajahnya yang bingung padaku.
"Apa bukti kamu, jika dia tidak melakukan tawuran?" tanya guru tersebut padaku. Aku menatap ke arah laki-laki tersebut, dan begitu juga dengan dia yang menatapku juga.
"Saya yang melihatnya kemarin, dan saya juga yang menolonginya dari ketiga preman, yang memukulinya. Tapi saya tidak tahu penyebab ia di pukuli ketiga preman tersebut." Jawabku.
"Apa yang di ucapkanmu benar?" tanyanya lagi padaku. Lantas aku langsung mengangguk untuk mengiyakan." Iya."
"Bu, lebih baik dengarkan penjelasan saya saat kemarin! Saya benar-benar tidak bohong!" laki-laki itu berisikeras untuk meyakinkan guru BK tersebut.
Guru BK tersebut pun mengangguk untuk mendengarkan penjelasanya." Baik, silahkan jelaskan Larbi!" suruhnya. Ternyata nama laki-laki tersebut bernama Larbi.
"Jadi begini, saat kemarin .... " Dia mulai menjelaskan dan menceritakan awal mula ia bisa di pukuli oleh ketiga preman dengan sangat meyakinkan, kalau yang di jelaskannya memang sangat benar. Kami bertiga, yaitu aku, guru BK, dan kak Anggi mendengarkan dengan sangat baik. Sehingga membuatku mengerti dan paham apa yang di ceritakannya.
"Jadi begitu, bu." Ucapnya selesai menjelaskan peristiwa kemarin. Guru BK tersebut sempat diam, dan mencerna ucapannya.
"Kalau ibu tidak percaya. Ibu bisa ikut saya ke pedagang bakso tersebut untuk menanyakan tentang kejadian kemarin. Dan kalau bisa kita sambil makan bersama disana, dengan mentraktir saya." Lanjutnya. Dan justru itu membuat guru BK tersebut tertegun mendengar kalimat terakhir darinya. Bisa-bisanya ia berbicara seperti itu di hadapan guru tersebut.
"Sudahlah! Ibu terima dengan penjelasan kamu, karena apa yang kamu jelaskan sangat meyakinkan dan nyata. Lalu bagaimana dengan bukti video ini? Apakah hanya sebuah editan yang di buat oleh Baim?" Ucap guru tersebut sambil menatap bingung ke arah ponsel yang memperlihatkan kejadian yang mungkin hanya sebuah editan.
"Kalau begitu biar saya selidiki saja bu, apakah yang ada di video tersebut benar atau tidak." Kini kak Anggi yang berada di sebelahku mulai berucap dan berpendapat setelah sedari tadi hanya mematung dan mendengarkan.
"Iya juga, ibu setuju dengan pendapat kamu. Jadi Larbi belum dinyatakan benar dengan penjelasannya. Dan agar lebih tahu jelasnya, lebih baik di selidiki video tersebut." Guru BK tersebut pun setuju dengan pendapat kak Anggi.
"Nanti ibu kirim videonya ke WhatsApp kamu." kak Anggi hanya memangguk untuk mengiyakan.
"Kalau begitu, kalian segera masuk ke kelas masing-masing. Karena bel masuk sebentar lagi berbunyi!" suruhnya pada kami bertiga. Lantas kami langsung keluar dari ruangan BK bersamaan.
"Makasih untuk kedua kalinya." Ucap Larbi padaku saat kami berada di luar ruang BK.
"Iya sama-sama." Jawabku.
" Yaudah yuk, gue anterin. Bentar lagi bel." Ajak kak Anggi padaku, aku hanya mengangguk untuk mengiyakan. Di saat kami berdua baru saja mau melangkah untuk menuju kelas baruku, orang yg bernama Larbi itu langsung menghentikan langkah kami berdua.
"Tunggu!!!" cegahnya. Aku dan kak Anggi lantas langsung menoleh ke arahnya.
"Gue aja yang anterin." Ucapnya pada kak Anggi.
"Apaan? Nggak bisa!" tolak kak Anggi.
"Nggak bisa gimana? Gue kan cuman nganterin!" ucap Larbi.
"Karena gue di suruh sama kepala sekolah, buat nganterin dia." Ucap kak Anggi lagi.
"Tapi kan bisa di ganti sama gue!"
"Nggak bisa pokoknya! Tetap harus gue!" bantah kak Anggi.
Aku yang sedari tadi terdiam sambil melihat mereka berdebat karenaku, padahal cuman nganterin ke kelas doang, kenapa harus debat juga?
"Pokoknya gue!!"
"Gue!!"
Semakin berdebat, mereka semakin memasangkan wajah mereka dengan tatapan tajam satu sama lain, bahkan mereka berdua mencodongkan wajahnya satu sama lain dengan sangat tajam. Sehingga wajah mereka saling berdekatan.
Sehingga ada seseorang tiba-tiba menyenggol Larbi dari belakang. Dan....
Cup!
Larbi mengecup bibir kak Anggi. Aku yang melihat kejadian yang baru saja di lihat langsung terbelalak. Begitu juga dengan mereka berdua langsung membulatkan mata mereka masing-masing.
"Ah! Mataku! Mataku!" Seru laki-laki yang menyenggol Larbi, dengan reaksi seperti orang terkejut.
Untung di sini sepi, jadi yang melihat kejadian barusan hanya aku, dan laki-laki yang menyenggol Larbi barusan. Lantas mereka berdua langsung memalingkan wajah mereka masing-masing.
"Cuih! Ngapain sih lo tiba-tiba c**m gue?" Ucap kak Anggi dengan rasa kesalnya pada Larbi sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ngapain lo nyalahin gue? Gue aja ogah kali!" Ujar Larbi yang sama-sama kesal.
Jangan lupa like, komen, vote, dan rate
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
zkdlinmy
tabrakan bibir
2021-07-19
1
ARSY ALFAZZA
semangat thor 👍🏻
2021-05-28
1
Cute Girl
di tunggu jejaknya thor
2021-04-26
1