Di Sekolah.

Larbi POV

(Flashback on)

"Janda aja masih diliat-liat! Nggak kasihan ya sama istri sendiri di rumah? Kalo ketahuan bisa kewalat pas di rumah, di tampol pakai panci gosong!!!" ledekku.

Mereka malah menambah geram dengan ledekanku. Mereka langsung berdiri dengan mata merah geram dan tangan yang di gepalkan sangat kuat. Mereka langsung menghampiriku bersamaan dan langsung menghajarku, tapi aku langsung menghindar dari serangan mereka dan langsung menghajar balik ke arah mereka satu persatu, dengan menendang mereka sampai akhirnya tersengkur ke belakang. Mereka tidak mau menyerah untuk melawanku, walaupun kami menyerang tiga lawan satu, dan aku harus sendirian untuk melawan mereka bertiga, aku tahu cara untuk menyerang dan menghindar dari teknik pencak silat yang pernah ku pelajari saat SMP, bahkan aku sudah mempraktikannya. Jadi, bagiku lumayan mudah untuk melawan mereka, walaupun sendirian.

Mereka tidak ada habisnya untuk menyerangku, walaupun sudah ku lawan. Tiba-tiba saja aku tidak menyadari salah satu di antara mereka menyerangku dari arah belakang, dengan memelukku dari arah belakang dengan erat dan keras dan membuka helm yang ku pakai. Padahal helm tersebut untuk melindungiku dari mereka, dan bahkan aku tidak bisa untuk bergerak, karena kedua tanganku di gepalkannya dengan kuat . Sehingga kedua temannya langsung menonjok perutku sehingga membuatku kesakitan, mereka memukuli wajahku dengan lumayan keras, dan kemungkinan wajahku sudah sedikit bonyok oleh mereka, dan bahkan sisi bibirku mulai mengeluarkan darah akibat pukulan kedua preman tersebut. Sakit sekali, benar-benar membuatku geram sekali.

Tiiiiiddddd!!!!

Tiba-tiba saja terdengar suara klakson sebuah motor, yang suaranya sangat keras. Aku menoleh ke arah suara tersebut begitu juga dengan ketiga preman meresahkan ini. Nampak seorang gadis yang mungkin umurnya sama denganku, tapi kelihatanya lebih muda dariku. Ia memakai motor skuter berwarna merah, yang menurutku terlihat antik. Ia hampir menghampiri kami, tapi ketiga preman ini tiba-tiba menegang, dan kemungkinan takut. Mereka bertiga kemudian berlari ke motornya dan langsung pergi begitu saja.

Aku hanya meringis kesakitan dengan memegang perutku akibat tonjokan dari mereka.

"Lo nggak kenapa-kenapa kan?" tanyanya sedikit khawatir dengan keadaanku. Aku hanya meringis ke sakitan di area pipiku yang sedikit bonyok. Dan sedikit darah segar yang keluar dari sisi bibirku.

"Ssttt, awwww...mata lo rabun atau emang pura-pura nggak liat?! Orang gue bonyok begini di bilang nggak kenapa-kenapa." Jawabku dengan ketus sambil memegang pipiku yang sedikit berwarna biru pucat dengan salah satu tanganku. Sementara ia hanya mendengus kesal padaku.

"Bukannya bilang makasih kek, masih mending gue tolongin." Gerutunya sedikit sebal kepadaku.

"Ouwww, sasakittt...." Rintihku kesakitan memegang bibir yang mengeluarkan darah.

Ia pun yang melihatku merintih kesakitan mulai panik dan khawatir. Ia turun dari atas motor." aduh! Gue beli obat merah dulu ya?!" Ucapnya yang memang panik dan khawatir padaku.

"Nggak usah!" tolakku. Karena memang aku tidak mau merepotkannya.

"Terus gimana dengan bibir dan pipi lo? Jangan di biarin aja!" Tegasnya, sambil beranjak lagi ke atas motor dan mulai menghidupkannya.

"Lo tunggu aja di sini!" lanjutnya sambil menjalankan motornya entah mau kemana.

Aku yang sedari tadi berdiri langsung

beranjak duduk di pinggir jalan, jalan ini sangat sepi sekali, jarang orang-orang melewatinya. Sehingga untuk meminta bantuan pun susah di saat aku mulai hampir babak belur oleh mereka bertiga. Untung ada gadis itu yang menolongku.

Aku masih terdiam duduk termenung sambil menyeka darah segar di bibirku. Rasanya perih sekali. Tidak cukup lama gadis itu datang dengan motornya yang antik itu. Ia turun dari atas motor setelah melepaskan helm yang ia kenakan. Ia membawa sebuah sekantong plastik putih kecil dengan tertera nama Apotik di plastik tersebut, aku yakin dia dari apotik habis membeli obat untukku. Ia menghampiriku dan duduk berdekatan di sebelahku.

"Sini gue obatin." Ucapnya. Ku lihat ia mengeluarkan obat merah dan kapas dari kantong plastik tersebut. Ia membuka tutup obat merah, lalu menuangkan cairan obat merah ke atas kapas, lalu langsung ia obati bibirku yang mengeluarkan darah. Aku merintih kesakitan saat ia menoelkan kapas yang sudah di beri obat merah.

"Aw aw, ssakit... " Rintihku, karena memang terasa perih dan sakit.

"Bisa nggak sih, lo ngobatinnya yang bener!" protesku.

"Memangnya ini nggak bener ya? Mau gue benyek-benyek itu luka nya?" keluhnya sedikit kesal.

"Auw," rintihku.

Aku terus menatapnya walaupun aku sedang merintih kesakitan, dari wajahnya yang berkulit putih, bulu mata yang lentik, bibir tipis, mempunyai hidung mancung dan mungil, dan terlebihnya lagi ia memang terlihat cantik. Membuatku teringat seseorang, dan pernah melihat gadis ini. Tapi entah di mana.

"Sudah!" ucapnya menyelesaikan mengobatiku. Ia merapihkan sisa-sisa kapas, lalu memasukannya ke dalam plastik beserta obat merahnya.

"Nih, bawa buat lo di rumah." Ucapnya sambil memberikan plastik yang berisi obat merah dan kapas. Aku langsung menerimanya.

"Terima kasih." Ucapku padanya, sementara ia hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung beranjak naik ke atas motor dan menghidupkannya.

"Gue mau pulang, nanti ibu gue marah-marah karena kelamaan beli pengharum ruangan." Ucapnya padaku.

"Oh ya, kalo ada orang yang ngeroyokin lo lagi. Lo tingga bilang kalo bapak lo polisi." Ucapnya sambil melajukan motornya.

"Nama lo siapa?" tanyaku, dan entah kenapa aku penasaran dengan namanya.

"Nggak perlu tau!" sahutnya sambil terus pokus mengendarai motor.

Larbi POV end

(Flashback off)

...***...

Aku beranjak ke bawah dengan menuruni anak tangga satu persatu, aku menghampiri ibu dan juga ayah yang sedang duduk di kursi meja makan. Ibu sedang menyiukan nasi ke atas piring untuk ayah beserta lauk pauk yang sudah di hidangkan di meja. Aku duduk di kursi berdekatan dengan ayah sambil mengambil piring untuk mengambil nasi dan juga lauk pauknya. Setelah mengambil sepiring makanan, aku langsung melahapnya setelah membaca doa sebelum makan.

Ayah nampak sudah menghabiskan makan malamnya setelah cukup lama melahapnya. Ia mengambil segelas air putih yang sudah di letakan oleh ibu untuk ayah di depannya.

"May, besok kamu udah masuk sekolah." ayah mulai berucap setelah menekluk segelas air putih.

Aku yang sudah menghabiskan makananku, lantas langsung menoleh menatap ayah." Sekolah? Cepat sekali ayah, Maila kan baru aja tinggal ke sini lagi, apa nggak ada istirahat dulu bersenang-senang liburan di sini lagi?" Ucapku sedikit menolak apa yang di ucapkan ayah.

"Kamu kan sudah beritirahat beberapa jam yang lalu, kalau mau bersenang-senang liburan hari pekan saja."

"Ayah barusan sudah mendaftarkanmu di SMA baru kamu. Bahkan kepala sekolahnya adalah teman ayah. Ayah dan ibu juga sudah membeli seragamnya, karena SMA di Singapura dulu kamu berbeda seragamnya dengan yang disini." Lanjutnya.

"Terserah ayah saja, Maila cuman ngikutin perintah ayah." Sahutku dengan memasangkan wajah yang mematut.

"Nanti kamu nggak boleh bawa mobil sendiri! Harus di antar sama mamang."

"Loh kok begitu?! Masa nggak boleh bawa mobil sendiri?!" protesku sedikit sebal.

"Nanti kalo kamu sudah dapat SIM sendiri baru boleh. Tapi kalo kamu nggak mau diantar sama mamang, terpaksa harus naik motor kakek yang di garasi."

"Motor butut yang hampir punah!" Gerutuku sambil meledek.

"Motor itu sudah di berikan kepadamu sama kakek, loh!" ucap ayah tiba-tiba saja meledekku.

...***...

Aku bangun dari tidurku setelah mendengar Adzan Subuh berkumandang di masjid. Aku mengeliat sambil menguap setelah dari bangunku. Aku beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah berwudhu aku mengambil mukena dan sajadah di dalam lemari yang sudah ku rapihkan. Aku memakai mukena tersebut dan melebarkan sajadah di atas karpet lembut.

Setelah melaksanakan sholat shubuh aku ikut joging bersama ayah mengelilingi komplek di sini. Aku memakai baju Hoodie, celana training, dan sepatu olahraga berwarna putih. Keringatku mulai bercucuran di wajah dan bahkan di badan karena lari joging yang lumayan cukup melelahkan. Setelah habis joging aku bergegas untuk mandi, membersihkan badanku yang terasa bau asam, dan terasa lengket akibat keringat.

Sehabis mandi aku bergegas mengenakan seragam SMA baruku, beserta merapihkan dan menyisir rambutku yang acak-acakan. Setelah seragam yang sudah kupakai rapih beserta sepatu dan kaus kaki yang kupakai sudah di kenakan, aku mengambil tas di atas meja belajarku yang sudah ku isi dengan buku-buku beserta alat tulisnya.

Aku bergegas ke bawah menuruni anak tangga, menyusul ayah dan ibu yang sudah makan terlebih dahulu. Aku duduk di kursi meja makan sambil mengambil sehelai roti tawar dan langsung ku olesi dengan selai kacang.

Ayah sudah terlebih dahulu pergi ke kantor, sedangkan ibu juga sudah pergi terlebih dahulu ke butik. Aku pun bergegas ke garasi mengambil motor kakek yang sudah jadi milikku.

Aku menuju sekolah SMA baruku, kata ayah semalam, nama SMA nya adalah SMA Nusa Bangsa, dan sudah ku cari lokasi tersebut di google map semalam. Jadi aku tidak kebingungan untuk mencari sekolah tersebut.

Terlihat dari kejauhan gerbang sekolah tersebut, lumayan besar juga sekolahnya. Setelah sampai aku masuk ke dalam gerbang, lalu memarkirkan motorku di tempat parkiran sekolah. Aku turun dari atas motor sambil membuka helm yang ku pakai.

Aku masuk ke dalam sekolah, aku hanya terdiam dengan clingak-clinguk entah mau kemana. Kata ayah aku dapat kelas 11 IPS 2. Aku mengambil jurusan IPS.

Sekolah ini sangat luas di dalamnya, sehingga membuatku bingung untuk mencari kelas baruku. Entah siapa yang harus ku tanyakan pada orang-orang di sini. Dari tadi mereka hanya menatapku dengan aneh.

Jangan lupa like, komen, vote, dan rate

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

mari saling dukung yah Kaka auyhor

2021-12-31

0

Li Permana

Li Permana

Semangat kak!
aku mampir

2021-10-24

1

ANAA K

ANAA K

Ceritanya keren deh✌🏾😉

2021-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Maila Rasnalita.
2 Larbi Geovano.
3 Di Sekolah.
4 Dia Lagi.
5 Cowok Populer.
6 Teman Baru.
7 Terima kasih.
8 Penyelidikan.
9 Menerangkan Penyelidikan.
10 Hasil Penyelidikan.
11 Aleta.
12 Hujan.
13 Hujan 2.
14 Ucapan Selamat Pagi.
15 Weekend Days.
16 Wekeend Days 2.
17 Pingsan.
18 Roti Sandwich.
19 Pertemanan.
20 Pura-Pura Sakit.
21 Dalam Masalah.
22 Jujur.
23 Cuek.
24 Cafe.
25 Acara The Refour Band.
26 Di Bohongi.
27 Menceritakan.
28 Acara Di Aula.
29 Kecewa.
30 Alun-Alun Kota.
31 Coklat.
32 Ribut.
33 Nasi Goreng.
34 Dalang Kekacauan.
35 Menuduh Bagas.
36 Tamparan.
37 Seseorang Dari Masa Lalu Larbi.
38 Terancam.
39 Tentang perasaan.
40 Benci.
41 Perjanjian.
42 Amarah Rini.
43 Rencana.
44 Perkelahian.
45 Hadiah Untuk Ulang Tahun.
46 Rebutan.
47 Ulang Tahun Aleta.
48 Memperalat.
49 Pemikiran.
50 Perjanjian Berakhir.
51 Di Balik Rencana (1).
52 Di Balik Rencana (2).
53 Om Juna.
54 Ternyata Adalah Aku!
55 Ingin Menyadarinya Sendiri.
56 Pencopet.
57 Larbi Di Sekap.
58 Pura-Pura Mati.
59 Ketiga Preman.
60 Di Balik Perjanjian.
61 Satu Tahun Yang Lalu.
62 Tertangkap.
63 Rencana Dan Strategi.
64 Photo Perpisahan.
65 Menyesal.
66 Menjenguk.
67 Berangkat Bersama.
68 Yes, l Want To
69 Malam Romantis.
70 Enjoyable Week.
71 Holiday on the beach.
72 Berita Heboh.
73 Menjenguk Jova.
74 Perbincangan Dengan Bunda.
75 Rencana Liburan Akhir Tahun.
76 Welcome to Bandung.
77 Berjanji.
78 Malam Tahun Baru.
79 Berkunjung ke rumah kakek.
80 Melihat Senja.
81 Welcome My Birthday.
82 Setangkai Bunga Mawar.
83 Tragis.
84 Selamat Tinggal.
85 Bendera Kuning.
86 Buka Matamu.
87 Amnesia.
88 Saran dari Ibu.
89 In Times Of Rain.
90 Hari Berlalu.
91 Perpisahan.
92 Menanti atau Mencari.
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Maila Rasnalita.
2
Larbi Geovano.
3
Di Sekolah.
4
Dia Lagi.
5
Cowok Populer.
6
Teman Baru.
7
Terima kasih.
8
Penyelidikan.
9
Menerangkan Penyelidikan.
10
Hasil Penyelidikan.
11
Aleta.
12
Hujan.
13
Hujan 2.
14
Ucapan Selamat Pagi.
15
Weekend Days.
16
Wekeend Days 2.
17
Pingsan.
18
Roti Sandwich.
19
Pertemanan.
20
Pura-Pura Sakit.
21
Dalam Masalah.
22
Jujur.
23
Cuek.
24
Cafe.
25
Acara The Refour Band.
26
Di Bohongi.
27
Menceritakan.
28
Acara Di Aula.
29
Kecewa.
30
Alun-Alun Kota.
31
Coklat.
32
Ribut.
33
Nasi Goreng.
34
Dalang Kekacauan.
35
Menuduh Bagas.
36
Tamparan.
37
Seseorang Dari Masa Lalu Larbi.
38
Terancam.
39
Tentang perasaan.
40
Benci.
41
Perjanjian.
42
Amarah Rini.
43
Rencana.
44
Perkelahian.
45
Hadiah Untuk Ulang Tahun.
46
Rebutan.
47
Ulang Tahun Aleta.
48
Memperalat.
49
Pemikiran.
50
Perjanjian Berakhir.
51
Di Balik Rencana (1).
52
Di Balik Rencana (2).
53
Om Juna.
54
Ternyata Adalah Aku!
55
Ingin Menyadarinya Sendiri.
56
Pencopet.
57
Larbi Di Sekap.
58
Pura-Pura Mati.
59
Ketiga Preman.
60
Di Balik Perjanjian.
61
Satu Tahun Yang Lalu.
62
Tertangkap.
63
Rencana Dan Strategi.
64
Photo Perpisahan.
65
Menyesal.
66
Menjenguk.
67
Berangkat Bersama.
68
Yes, l Want To
69
Malam Romantis.
70
Enjoyable Week.
71
Holiday on the beach.
72
Berita Heboh.
73
Menjenguk Jova.
74
Perbincangan Dengan Bunda.
75
Rencana Liburan Akhir Tahun.
76
Welcome to Bandung.
77
Berjanji.
78
Malam Tahun Baru.
79
Berkunjung ke rumah kakek.
80
Melihat Senja.
81
Welcome My Birthday.
82
Setangkai Bunga Mawar.
83
Tragis.
84
Selamat Tinggal.
85
Bendera Kuning.
86
Buka Matamu.
87
Amnesia.
88
Saran dari Ibu.
89
In Times Of Rain.
90
Hari Berlalu.
91
Perpisahan.
92
Menanti atau Mencari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!