Larbi POV
(Flashback on)
Larbi Geovano, itu namaku. Umurku baru berusia 17 tahun. Hobiku adalah bermain bola Basket, aku juga terpilih menjadi kapten Basket di eskulku yang ku pilih di sekolah. Nama sekolahku yaitu SMA Nusa Bangsa. Aku duduk di bangku kelas 12 IPA 2.
Kring...kring... Kring...
Bel untuk pulang berbunyi, semua orang di kelasku langsung bergemuruh heboh sambil memasukan alat tulis dan buku mereka masing-masing ke dalam tas, begitu juga denganku.
"Jam pelajaran ibu sudah selesai, silahkan di masukan alat tulisnya dan bukunya masing-masing ke dalam tas. Sampai jumpa di pelajaran Biologi berikutnya, pelajari dan pahami materi yang sudah ibu ajarkan tadi." Seru ibu Wati guru pelajaran Biologi, yang merupakan guru yang masih muda dan cantik. Setelah itu ia langsung pulang terlebih dahulu.
"Lar, gue duluan ya!" ucap Zio teman sebangkuku, dan aku hanya mengangguk menanggapinya.
Setelah Zio pulang terlebih dahulu. Aku pun pulang setelah membereskan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas. Aku melewati koridor sekolah untuk menuju ke gerbang untuk mengambil motor sportku yang terparkir di sana. Parkiran cukup ramai, karena banyak orang mengambil kendaraan masing-masing mereka. Aku hanya terdiam berdiri menunggu parkiran sampai akhirnya cukup sepi. Setelah mereka semua sudah mengambilnya, dan parkiran lumayan cukup sepi. Akhirnya aku beranjak mengambil motor sportku. Aku memakai helm terlebih dahulu, kemudian baru memasukan kunci motor ke dalam lubang kunci motor tersebut untuk menghidupkanya. Setelah di masukan baru aku menghidupkannya. Aku menggaskannya dengan kecepatan lumayan cukup tinggi.
Aku memberhentikan motorku tepat di depan warung bakso. Warung bakso yang memang langgananku. Setelah memarkirkan motorku di depan warung tersebut, aku beranjak ke dalam warung, lalu langsung duduk dengan bersebelahan dengan seorang nenek-nenek yang sudah lumayan tua umurnya.
"Bang, bakso nya satu!" Ujarku ke padagang tukang bakso yang sedang menyiapkan bakso pembeli yang lain.
"Iya den." Sahutnya.
Ku perhatikan nenek yang berada di sebelahku banyak memakai perhiasan di badannya, seperti cincin, kalung, gelang, dan anting. Dan juga tas lumayan cukup besar. Aku masih heran dengan nenek tersebut, apa dia tidak takut kecopetan?
Tiba-tiba saja, orang yang bertubuh agak kekar, mereka bertiga. Ku lihat sepertinya orang tersebut preman, di tangannya memakai tato, dan anting di telinga nya. Mereka memakai baju seperti preman juga, dan aku pikir mereka bertiga adalah preman.
Mereka bertiga tiba-tiba saja duduk berhadapan denganku dan juga nenek yang berada di sebelahku. Kedua orang tersebut duduk berhadapan dengan kami, sedangkan yang satu nya duduk di sebelah nenek yang di sebelahku.
Mereka bertiga duduk dengan santainya, sambil menatap satu sama lain. Dari tingkah mereka yang ku lihat, mereka sedikit aneh dari gerak-geriknya. Ku lihat mereka bertiga penuh dengan kecurigaan. Mataku tak awas dari penglihatan, ku lihat preman yang duduk dengan nenek di sebelahku terlihat tangannya mengendap-endap dan meraba tas nenek-nenek tersebut, sedangkan nenek tersebut tidak tahu, karena ia pokus terhadap bakso yang ia lahap.
Ternyata kecurigaanku terhadap mereka benar. Mereka adalah preman yang ingin mencopet tas nenek di sebelahku. Aku sedikit geram sih dengan tingkah mereka.
Brugh!!!
Aku menggeprak meja di depanku dengan cukup keras sambil berdiri dengan tatapan tajamku ke arah mereka bertiga.
"BANG! KALO NGGAK PUNYA DUIT, KERJA DONG! JANGAN NYOPETIN NENEK-NENEK YANG UMURNYA HAMPIR SAKARATUL MAUT!!!!" Ucapku dengan nada yang sangat tinggi. Sehingga ketiga preman tersebut terkesiap dengan ucapanku. Mereka mulai menegang.
Pembeli bakso pun yang sedang menunggu dan menyantap bakso langsung melihat ke arah kami, karena ucapanku yang begitu tinggi. Dan bodohnya salah satu preman di antara mereka bilang.. .
"Ampun! Ampun jangan masukkan saya ke penjara! Saya terpaksa melakukan ini karena mereka!" Ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas seperti sedang menyerah. Dengan menatap kedua preman temannya.
"Yaudah, kalo nggak mau masuk ke penjara, masuk ke neraka aja bang!" Sahutku sambil terkekeh mendengar ucapan preman tersebut.
Karena mendengar tuduhan dari temannya. Kedua preman tersebut beranjak berlari ke motornya yang terparkir di depan warung bakso, dan di susul dengan satu temannya yang baru saja menuduh temannya sendiri.
Para pembeli langsung mengepung ketiga preman tersebut.
Sini woy!
Jangan lari kau, dasar preman b*d*h!!
Preman yang tak punya skill untuk mencopet!!!
Dasar!! Belajar dari bocah ya kau!!
Sudah, sudah, preman itu susah kabur. Dan tas nenek ini tidak kecopetan.
Ucap pembeli bakso yang mengepung preman itu membuatku terkekeh mendengarnya.
"Udah nek, udah nggak papa! Lain kali kalo mau beli bakso doang, jangan bawa tas yang gede-gede, di umberkan! Untung ada adek cakep ini, udah baik hati, cakep lagi!" Ucap seorang ibu-ibu pembeli bakso kepada nenek di sebelahku sambil memujiku. Nenek tersebut hanya menunduk merasa bersalah karena perbuatannya yang memang membuat dirinya terancam.
"Nih den, baksonya." Ucap pedagang bakso sambil menyodorkan semangkok bakso ke atas meja di hadapanku, dengan sigap aku lansung meraih bakso tersebut.
" Wah, hebat aden nih melabrak copet tadi!" lanjutnya sambil memujiku, lantas aku hanya tersenyum ke arahnya. Karena aku merupakan pembeli langgananya, aku akrab dengan pedagang bakso tersebut.
"Terima kasih bang!" Ucapku. Pedagang tersebut pun hanya tersenyum sambil beranjak menyiapkan bakso untuk pembeli lainnya.
Ku raih sebotol saus dan sambal di meja di depanku, dan ku tumpahkan saus dan sambal tersebut ke atas mangkok yang berisi bakso. Ku aduk-aduk dengan sendok dan garpu agar rasa pedasnya merata. Ku cicipi kuah bakso, dan rasanya sangat pedas. Ku lahap bakso tersebut dengan wajahku yang mulai berkeringat, karena bakso yang pedas yang ku makan. Sedangkan nenek di sebelahku sudah pulang terlebih dahulu.
Setelah mengabiskan satu mangkok tersebut, aku beranjak ke pedagang bakso yang tengah duduk di kursi pembeli, seperti sedang rehat, karena tidak ada pembeli lagi yang datang untuk memesan.
"Bang!" aku menyodorkan uang sepuluh ribu ke arahnya. Tapi ia langsung menolaknya dengan salah satu tangannya.
"Nggak usah den, udah di bayar sama nenek-nenek yang hampir kecopetan tadi." Ujarnya.
"Ah yang bener bang, entar boong lagi!" Godaku.
"Bener den."
" Ok, terima kasih bang!"
"Jangan ke abang atuh, terima kasihnya. Harusnya ke nenek yang bayarin adek."
"Kan yang bikin bakso abang!" Ucapku sambil beranjak pergi menuju motor sportku di depan warung, sedangkan pedagang bakso tersebut hanya terkekeh.
Ku pakai helm yang ku taruh di atas jok motorku. Setelah itu menghidupkannya setelah memasukan kunci. Aku mulai mengendarainya. Untuk pulang biasanya aku mengambil jalan pintas agar cepat, jalan yang ku lewati sangat sepi, banyak pepohonan, dan jarang orang melewatinya.
Di saat-saat aku mengendarai motorku, aku terkesiap saat melihat ke depan. Ketiga preman di warung bakso mencegatku di depan, dengan tatapan yang penuh amarah. Tapi kenapa mereka bisa tahu jika aku akan melewati tempat ini? Seketika aku menghentikan motorku.
"WOY TURUN LO!! BOCAH BR*NG*EK!!!" Tegas salah satu dari antara mereka dengan nada yang tinggi.
Aku turun dari atas motor, dengan masih memakai helm di kepalaku. Apakah mereka tahu jika aku adalah orang menggagalkan rencana mereka mencopet, walaupun aku memakai helm?
Aku membuka kaca helm sambil menatap ke arah mereka. Tatapan mereka begitu penuh amarah, sambil menggepalkan tangan mereka masing-masing seperti ingin menonjokku.
"Kenapa bang? Marah, karena rencana copetnya gagal?!" Ucapku sambil berusaha bersikap santai dan tidak takut untuk berhadapan dengan mereka.
"Oh, ternyata lo nggak takut ya sama kami bertiga!" Ucap salah satu preman di antara mereka dengan badannya yang pendek dan kepalanya yang botak.
"Ngapain takut! Lo manusia, makan nasi lagi! Sama seperti gue!" ejekku. Dan itu membuat mereka bertambah marah padaku.
"S*AL*N LO!!! Lo udah tiga kali menggagalkan rencana kami!! Dan lo juga harus menikmati akibatnya!!!" Ucap salah satu di antara mereka. Aku hanya terdiam sambil berfikir yang di maksud mereka. Apa mungkin ketiga orang rampok di indomart itu yang pernah ku labrak bersama satpam indomart itu mereka? Karena waktu itu mereka memakai topeng khusus rampok. Jadi aku tidak tahu kalo itu mereka. Dan yang kedua adalah aku pernah melabrak ketiga maling motor di depan toko mainan anak-anak, dan orang tersebut pun masih memakai topeng tersebut. Dan yang ketiga adalah mereka ingin mencopet tas nenek-nenek yang akhirnya gagal olehku di warung bakso tadi. Wah!!! Ternyata skill mereka memang b*d*h!!!
Mereka bertiga semakin memajukan langkahnya ke arahku, sambil menggepalkan tangan mereka kuat-kuat, yang sudah siap untuk menonjokku. Mereka berhenti di depanku, kini mereka sudah berada di depanku. Aku menelan salivaku, mereka benar-benar marah padaku.
Aku menghela nafas, agar terasa lega.
"Bang! Janda bohay noh di belakang!" Ucapku mengalihkan mereka bertiga untuk siap-siap menghajar mereka.
Dengan bodohnya, mereka langsung melihat ke belakang. Dengan tanpa aba-aba aku langsung menghajar mereka bertiga satu persatu, sambil menendang badan mereka dengan kaki kanananku dengan kuat-kuat, sehingga mereka tersungkur jatuh ke belakang. Aku memasangkan gerakan kuda-kuda untuk melawan mereka.
"Kalo ketawa dosa nggak ya? Hahahaha.. Ups!!! Sengaja!!" ejekku sambil terkekeh. Sementara mereka hanya geram padaku.
"Janda aja masih diliat-liat! Nggak kasihan ya sama istri sendiri di rumah? Kalo ketahuan bisa kewalat pas di rumah, di tampol pakai panci gosong!!!" ledekku.
Jangan lupa like, komen, vote, dan rate
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Li Permana
Aku mampir kak😊
2021-10-23
1
Miracle Tree
semangat
2021-10-09
1
ANAA K
Semangat selalu thor🥰
2021-09-17
1