Klik, terdengar bunyi pintu apartemen terkunci. Renata yang sedang panik terus meronta dari cekalan tangan Nathan, tapi apa daya tenaganya tak sebanding dengan kekuatan seorang laki-laki berbadan kekar.
"Aku mau pulang, kak. Kumohon jangan seperti ini," Renata berhenti meronta, hanya isak tangisnya yang terdengar.
Nathan menyeringai, pikirannya sedang kacau, dia seperti melihat Chelsea di hadapannya, bukan Renata. Mereka begitu mirip, hanya tampilannya yang membedakan. Chelsea terlihat dewasa sesuai umurnya, sementara Renata lebih belia dan polos, selebihnya mereka sangat mirip.
Berulang kali Nathan mengerjapkan matanya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang saat ini sedang berada di hadapannya adalah Chelsea, tunangannya.
"Kak, lepaskan aku," teriakan Renata menyadarkan Nathan sepenuhnya.
"Tidak, kau harus membayar semua perbuatan kakakmu. Chelsea berpikir dia bisa berbahagia bersama Timothy? Mereka menikah tanpa mengerti betapa aku sangat terluka," Nathan menatap Renata dengan sorot mata kebencian.
"Kak, aku tidak mengerti dengan urusan kalian. Kenapa aku dilibatkan?" Dengan sisa keberaniannya Renata membalas tatapan Nathan.
Renata mengerti perasaan Nathan, betapa terlukanya dia ketika Chelsea mengakhiri hubungannya yang sudah berstatus sebagai tunangan Nathan. Chelsea berpaling kepada Timothy yang entah atas dasar apa berhasil memenangkan hati kakak kandungnya itu, dan mirisnya algi karena Timothy adalah sahabat baik Nathan.
Kini mereka berseteru karena seorang Chelsea, tak ada lagi yang namanya sahabat. Itu sebabnya Renata sangat paham apa yang sedang dialami oleh Nathan, tapi dia tak habis pikir mengapa Nathan justru melibatkannya dalam hal ini.
"Karena kau adalah adik kandung Chelsea. Jika dia bisa berbahagia di atas lukaku, apakah dia masih sanggup berbahagia jika adiknya yang harus membayar semua ini?"
"Apa maksud kakak? Lepaskan aku," Renata kembali berusaha membebaskan tangannya dari cekalan Nathan.
Alarm tanda bahaya sepertinya berbunyi nyaring di kepala Renata, terlebih saat ini dia menghadapi Nathan yang setengah mabuk, pasti laki-laki itu tidak bisa berpikir waras. Percuma memohon ataupun bicara baik-baik padanya, satu hal yang sangat diinginkan Renata saat ini adalah membebaskan dirinya dari Nathan.
"Chelsea akan menyesal karena menyakitiku, terlebih lagi jika adiknya yang harus menanggung semua perbuatannya," dengan sekali hentakan Nathan mendorong Renata ke sofa besar yang ada di ruangan itu.
Renata kehilangan keseimbangannya dan terjerembap ke sofa dengan posisi terlentang, sambil meringis dia berusaha bangkit tapi kalah cepat karena Nathan kini sudah mengungkung dan menindih tubuhnya. Geraknya menjadi terbatas, Nathan berhasil menguasainya.
"Kak, jangan begini. Kumohon lepaskan aku," ucap Renata disela isak tangisnya.
Dia sangat takut melihat Nathan yang seperti kerasukan iblis, tidak seperti Nathan yang biasanya lembut. Dia memaksakan ciumannya yang kasar, memagut bibir Renata dengan rakusnya. Ya Tuhan, bahkan ini adalah ciuman pertamanya. Renata berusaha menggeliat dan menghindar dari serangan Nathan yang semakin buas, satu-satunya cara adalah dengan menggigit lidah Nathan yang sedang mengabsen isi mulutnya. Cara itu berhasil, Nathan menghentikan ciumannya seraya meringis sakit.
Secara refleks dia menampar pipi kiri Renata dengan sangat keras, hingga meninggalkan bekas berwarna merah, dan itu sangat sakit. Bibirnya yang robek mengeluarkan darah, bau darah segar begitu menyengat dan terasa asin. Renata merasa kepalanya berputar akibat tamparan itu, air matanya mengalir deras.
Rasa takut, cemas, sedih, sakit bercampur aduk menjadi satu. Tenaganya habis terkuras, tangannya yang tadinya menahan dada Nathan di atasnya kini dia gunakan untuk mencakar atau apapun yang sekiranya bisa membuatnya terbebas dari laki-laki yang pernah dikaguminya itu.
Tidak tinggal diam Nathan menarik tangan Renata dengan mudahnya, menyatukannya di atas kepala gadis kecil itu, dan mengikatnya kuat dengan dasi yang masih menggantung di lehernya. Gerakan Renata kian terbatas, Nathan kembali melanjutkan aksi bejatnya.
Dia merobek gaun yang dipakai Renata dengan mudahnya, membuat gadis itu berteriak karena malu dengan tubuh bagian atasnya yang kini setengah telanjang. Nathan nampak kalap, pengaruh alkohol menguasainya. Melihat dada putih mulus menyembul dari balik bra hitam berenda yang dipakai oleh Renata, membuat nafsu kelelakiannya kian bangkit. Dengan buas dia meremas buah dada gadis itu, Renata semakin berteriak kesakitan.
"Jangan, kumohon jangan kak. Papa, mama tolong aku," teriak Renata.
Suara Renata semakin membuat Nathan bernafsu, dengan kasar dan tanpa belas kasihan dia terus menggerayangi tubuh gadis yang masing sangat suci itu, dia menjamahnya sesuka hatinya, menelanjanginya dan melecehkannya tanpa menyisakan sedikitpun bagian tanpa jamahannya.
Yang bisa Renata lakukan hanya menangis terisak, berteriak hingga tenggorokannya terasa kering. Meminta pertolongan siapa saja yang mungkin bisa melepaskannya dari perbuatan biadab seorang Nathan, meskipun dia tahu semua sia-sia, Hingga ketika nyeri hebat menyerang pusat tubuhnya, Nathan berhasil menembus selaput daranya dengan kasar.
Jangan ditanya seperti apa sakitnya, dengan sisa suaranya yang serak Renata berteriak seiring dengan bagian bawah tubuhnya yang dirobek paksa dan sadis. Nathan tidak peduli, sekuat tenaganya dia melampiaskan semua dendamnya pada Chelsea, tanpa memikirkan betapa hancurnya Renata.
Akhirnya Renata menyerah, tak ada lagi perlawanan, tenaganya habis, suaranya tak lagi terdengar. Hanya air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya. Tubuhnya terus berguncang karena Nathan tak berhenti menggagahinya, berulang kali hingga Renata merasa seluruh tubuhnya mati rasa. Hancur, remuk, itulah rasanya. Tak ada lagi yang tersisa, termasuk rasa cintanya yang selama ini terpendam untuk Nathan, mati dan habis.
***
Bau khas rumah sakit menguar tajam, hinggap di penciuman Renata ketika dia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Dari sudut matanya dia bisa melihat ibunya sedang menangis hebat dalam dekapan ayahnya, di sisi lain dia juga melihat Chelsea yang sedang menggenggam tangannya sambil menangis terisak.
Kecewa menyeruak dalam benak Renata, ternyata dia masih hidup. Sekelebat bayangan wajah Nathan dengan seringai jahatnya melintas, laki-laki yang pernah dicintai dan dikaguminya saat ini menjadi satu-satunya laki-laki yang sangat dibencinya.
"Ren, maafkan kakak yang terlambat menjemputmu," suara Timothy calon kakak iparnya terdengar lirih.
Laki-laki itu terlihat sangat menyesal, dia merasa sangat bersalah. Seandainya saja dia tak terlambat menjemput Renata, mungkin peristiwa naas ini tidak akan terjadi.
"Bagaimana aku bisa berada di sini?" Tanya Renata lemah.
Ibunya menghampirinya dan menangis sambil mendekapnya, tangisan pilu seorang ibu yang begitu tersayat hatinya karena menerima kenyataan anak gadisnya yang masih belia diperkosa secara brutal. Renata menahan kepedihannya, dia tak ingin membuat ibunya lebih terpukul lagi. Dia sadar betul, tidak hanya jiwa dan raganya saja yang hancur, ibunya pasti merasa lebih hancur lagi.
Sementara sang ayah juga tak bisa menyembunyikan kepedihannya, dia merasa gagal melindungi buah hatinya. Seseorang yang sangat biadab telah merenggut kesucian putri kecilnya, bahkan di usianya yang masih sangat belia. Air mata menetes di pipi laki-laki yang biasanya terlihat kuat itu, tak terbendung karena begitu sakitnya.
"Ma, pa, bagaimana aku bisa berada di sini?" Renata mengulangi pertanyaannya.
"Seseorang mengantarkan Renata ke rumah sakit ini pagi tadi, tidak ada yang mengetahui identitasnya karena dia langsung pergi ketika sudah yakin Renata ditangani tenaga medis," ujar Timothy yang mengetahui ceritanya dari pihak medis, sekaligis menjawab pertanyaan semua orang yang ada di dalam ruangan itu.
Dasar laki-laki pengecut, gumam Renata dalam hatinya. Dia tahu pasti Nathan yang mengantarnya ke rumah sakit ini, setelah dia berhasil meremukkannya berkeping-keping. Tapi kenapa? Apakah ini bagian dari rencana laki-laki itu supaya pernikahan Chelsea dan Timothy dibatalkan?
"Kau tahu siapa pelakunya, Ren?" Tanya Chelsea sambil terisak pilu.
***
From author :
Kira2 Renata bakalan cerita semua ga ya? Next chapter ya guys...
Utk readers yg mw ksh vote n hadiah, sementara kasih ke novel ku yang judulnya BUKAN CINTA BIASA aj dl ya, yg ini belum kontrak soale, hehehe...
Anyway happy reading ya, semoga suka, thx buat smua atensi dan rasa penasarannya ya sayang2ku. Luv u as always,
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Susillah
seperti nya aku blm membacanya tp sering liat judulnya
2023-06-27
0
lovely
begooo kasuspemerkosaan tapi c pelaku diam😡
2022-05-30
0
Edah J
Kuat pasti kuat Renata seiring berjalannya waktu
2021-12-17
1