Bab 3

Malam berganti pagi.

Pria yang sudah rapi dengan baju kemejanya berdiri di depan cermin, Sambil memandang wajah yang memang sudah tampan rupawan sejak dia lahir.

Di saat dia sedang merapikan jas yang dia kenakan pandangan tertuju pada kalung yang berada di atas meja. Farel mengambil kalung itu dan memandanginya sebentar. Sampai sebuah senyum terukir di bibir Farel.

Farel melihat kalung yang dia pegang kembali teringat tentang wanita yang membantunya semalam yang membuat Farel menyamakannya dengan gadis kecil atau di bilang cinta pertama Farel.

Apalagi kalung yang dia pegang hampir sama seperti kalung yang dia berikan kepada gadis kecil itu. Karena hal itu, yang membuat Farel semakin yakin kalau wanita semalam adalah gadis kecil yang pernah dia temui 12 tahun yang lalu.

Hal yang membuat Farel yakin, itu karena kalung yang dia pegang sama persis seperti kalung yang Farel berikan kepada gadis kecil 12 tahun yang lalu, Sebelum Farel pergi.

Farel sengaja mendesain khusus kalung yang dia berikan kepada gadis kecil itu, yang hampir sama dengan kalung yang dia pegang.

" Aku yakin bahwa kamu yang aku cari selama 12 tahun ini." Batin Farel tersenyum sambil memandang kalung yang dia pegang sekarang.

Farel menyimpan kalung itu di sebuah kotak kecil, Agar kalung itu tidak hilang. Lalu menyimpannya kedalam tas kerjanya, agar Farel selalu membawa kalung itu. Setelah memastikan kalau kalung itu aman di dalam tas kerja nya.

Farel melangkah keluar dari kamarnya, menuju kearah lift. Lift yang memang sudah di desain khusus untuk penghuni mansion itu agar tidak susah untuk naik turun tangga.

Tidak berselang lama Farel sampai di lantai bawah. Farel keluar dari Lift, melangkah menuju kearah ruang makan. Farel bisa melihat Mommynya yang sedang duduk manis di kursi sambil memakan sarapan paginya yang sudah tersedia di meja makan. Mommy nya juga tidak sendiri karena di situ ada dengan Denis yang sama-sama sedang menikmati sarapan paginya. Yang berupa roti bakar kesukaannya.

" Pagi Mom, Denis." Sapa Farel yang melangkah mendekati meja makan lalu duduk di kursi yang berdekatan dengan Denis.

" Pagi Farel" Jawab Irma Mommy nya Farel, yang di susul oleh Denis, sekretaris Farel.

" Kenapa dengan wajahmu Rel." Tanya Irma khawatir saat melihat wajah Farel yang terlihat lebam di bagian sudut bibirnya.

" Hanya luka kecil aja Mom" Jawab Farel mengusap sudut bibirnya yang masih terasa nyeri.

" Kenapa bisa Rel. Apa kamu habis berkelahi." Tanya Irma.

" Luka Yang Farel dapat bukan karena Farel berkelahi Mom. Luka ini Farrel dapat karena sedang latihan bela diri bersama Denis. Dan Denis tidak sengaja memukuliku terlalu kuat yang membuat pipi ku luka akibat pukulan itu, Mom." Jelas Farel sambil sambil melirik kearah Denis, yang tidak tahu apa-apa.

Sedangkan Denis yang dari tadi menikmati roti bakarnya langsung tersedak setelah mendengar ucapan Farel, yang menuduhnya

Uhuk...uhuk..uhuk

" Denis makanannya pelan pelan nak." Tegur Irma khawatir sambil memberikan segelas air putih untuk Denis.

Denis yang di berikan segelas air putih oleh Irma dengan cepat menerima air itu. Lalu meminumnya sampai habis tidak tersisa.

Setelah menghabiskan satu gelas air putih. Denis menatap kearah Farel yang tampak biasa-biasa saja, Seperti tidak melakukan apa-apa.

" Syukur bos kalau ngga sudah aku masukkan ke dalam kandang buaya." Batin Denis kesal karena Farel menuduh Denis yang tidak-tidak. Mungkin kesalahan yang tidak akan Denis lakukan. Yaitu memukul Farel dengan sangat keras sampai membuatnya lebam. Kalaupun Denis memukul Farel, Itu hanya sebatas bercanda semata dan itu juga tidak sakit.

" Mom, Farel ke kantor dulu." Ijin Farel sambil berdiri dari kursinya.

Irma menatap kearah Farel." Ngga sarapan dulu Rel."

" Ngga Mom. Nanti sampai di kantor, baru Farel baru sarapan."

" Ya sudah, hati hati dijalan Rel." Farel hanya mengangguk mengerti lalu melangkah keluar.

" Denis cepat lo. Jangan lambat, Gue tidak mau mempunyai sekertaris yang lambat, kayak lo." Teriak Farel sambil melangkah keluar.

" Iya." Jawab Denis yang sambil memakan roti bakarnya yang tersisa sedikit. Setelah menghabiskan rotinya. Dengan cepat Denis meminum air putih itu.

Semua kelakuan Denis yang terburu-buru dari sarapannya, tidak luput dari tatapan Irma.

" Mom Denis pergi kekantor dulu." Pamit Denis.

" Iya, hati-hati Denis. Mommy titip Farel." Ucap Irma. Yang mendapatkan anggukan dari Denis.

" Iya mom. Tenang saja." Jawab Denis melangkah keluar.

Denis melangkah kearah garasi mobil. Di dalam mobil Farel sudah menunggu nya.

Disaat Denis memasuki mobilnya, Dia bisa melihat kalau Farel sedang memainkan ponselnya.

" Lambat banget si lo." Gerutu Farel, sambil menatap kearah Denis.

Sedangkan Denis hanya diam, karena dia masih kesal dengan Farel yang menuduhnya yang tidak tidak.

Denis menjalankan mobilnya dan keluar dari garasi mansion besar itu.

" Denis, apa lo sudah mengetahui soal wanita semalam." tanya Farel

" Saya baru menyelidikinya bos." Jawab Denis sambil melirik Farel yang duduk di sebelahnya, Setelah itu dia kembali fokus ke depan.

Farel tidak bertanya lagi. Karena ia kembali diam sambil membuka ponselnya.

Suasana kembali hening karena keduanya yang sama sama terdiam dalam pikiran mereka sendiri.

" Denis beritahu Firman kalau aku ingin bertemu dengannya di kafe biasanya. Jam setengah dua belas sebelum makan siang harus dia harus ada di sana."

" Oke bos."

" Apakah ada meeting hari ini." Tanya Farel kembali

" Sepertinya tidak ada bos."

Mobil yang di kendarai oleh Denis melaju kencang, karena jalan yang masih sedikit sepi jadi Denis bisa leluasa menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dan tidak lama mereka sudah sampai di kantor.

Di sisi lain.

Jika Yang lain sudah sampai di kantor. Sedangkan seorang gadis yang masih setia di bawah selimutnya.

Tok..Tok..Tok.

Suara ketukan pintu tidak mengusik gadis cantik, untuk tetap tertidur. Suara di luar juga tidak bisa menggangu tidur gadis cantik itu.

" Salsa bangun. Ini sudah siang nak." Teriak Rahma dari luar kamar tapi tidak ada yang menjawab dari dalam sana.

" Salsa." Panggil Rahma kembali, sambil membuka pintu kamar Salsa. Wanita itu melangkah masuk ke dalam kamar putri nya yang masih tidur.

Rahma bisa melihat, kalau Salsa masih setia berbaring di tempat tidurnya. Tanpa terusik sama sekali.

Rahma yang melihat tingkah putrinya itu hanya bisa geleng-geleng, sambil menatap putri keduanya itu yang masih saja tidur padahal sudah siang. Rahma melangkah mendekati kasur Salsa, lalu membangunkan nya.

" Salsa bangun ini sudah pagi. Apa kamu tidak pergi kuliah, nak." Tanya Rahma sambil membangunkan Salsa dengan mengoyakkan tubuh Salsa, Agar dia cepat bangun.

Salsa yang mulai terusik, Mulai terbangun bangun. Hanya saja dia masih menutup matanya, Seakan akan menolak ajakan sang bunda untuk cepat-cepat bangun.

" Lima menit lagi bunda, Salsa masih ngantuk, ini juga masih terlalu pagi untuk Salsa kuliah, bun." Jawab Salsa yang masih menutup matanya.

" Salsa ini bukan bagi lagi, nak, Tapi pagi menjelang siang."

Berapa detik kemudian.

Salsa mulai mencerna setiap kata dari bunda nya, Walaupun masih tertidur tapi Salsa masih bisa, mencerna setiap kata yang diucapkan oleh bunda nya itu.

" Apa Bun, pagi menjelang siang." Tanya Salsa terkejut." Astaghfirullahaladzim. Salsa hampir telat, Bun." Pekik Salsa panik saat iya melihat kearah jam.

Salsa segera bangkit dari tidurnya dan berlari masuk kedalam kamar mandi. Sedangkan Rahma yang melihat tingkah Salsa hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Setelah memastikan, kalau Salsa masuk di dalam kamar mandi. Rahma melangkahkan keluar dari kamar Salsa menuju ke ruang makan, Karena di sana keluarganya sudah menantinya dan juga Salsa untuk sarapan pagi.

.

.

Salsa yang hampir telat. Dengan terburu-buru mengatur penampilannya.

Wajahnya juga tidak luput dari makeup yang sedikit natural. Dirasa cukup, Salsa keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Salsa melangkah menuruni anak tangga. Dia mengarahkan langkahnya ke ruang makan sebelum dia pergi ke kampus.

Salsa bisa melihat kalau keluarganya, sudah duduk di meja makan sambil menikmati sarapan mereka masing-masing.

Salsa melangkah mendekati keluarganya.

" Salsa duluan pergi kuliah bun, papi. Maaf hari ini ngga bisa sarapan bareng. Soalnya Salsa hampir telat." Pamit Salsa mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan juga tidak lupa mencium pipi Rahma.

" Kenapa ngga sarapan dulu." Tanya Rahma.

melihat menatap Salsa.

" Ngga sempet bunda, Nanti Salsa sarapan nya di kantin aja." Jawab Salsa. Rahma hanya mengangguk mengerti.

" Ya sudah. Ingat jangan lupa makan." Ucap Rahma mengingatkan.

" Siap bunda."Jawab Salsa mengangkat tangannya seperti sedang hormat.

Salsa mendekati anak laki laki yang duduk di disebelah Rahma. Anak laki laki itu sedang menikmati sarapannya dengan tenang walaupun sedikit berantakan.

Salsa membukukan tubuhnya. Menyamakan tinggi badannya dengan anak laki-laki itu.

" Kakak berangkat kuliah dulu dek, nanti kalau kakak sudah pulang, baru Kakak main lagi bareng Azam ya." Ucap Salsa lembut sambil mengusap kepala Azam.

Azam adalah adik kecil Salsa yang berusia dua tahun. Azam, anak dari Rahma dan Burham.

Sedangkan bocah itu hanya menganggukkan kepalanya, Karena mulut kecilnya di penuhi oleh makanan. Salsa yang melihat itu menjadi gemas dengan wajah lucu adiknya itu.

" Bunda, Papi, Kakak dan Abang. Salsa berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamit Salsa kepada, kesemua keluarga nya, yang berada di meja makan.

Sedangkan mereka hanya mengangguk dan menjawab salam dari Salsa.

Setelah berpamitan, Salsa Melangkah keluar dari ruangan makan meninggalkan keluarganya yang sedang memakan sarapan pagi.

Nabila yang melihat penampilan Salsa hanya tersenyum sinis." Dasar bunglon." Gumam Nabila sambil melihat ke arah Salsa yang sudah pergi menjauh, dan hilang dari pandangannya.

" Bunglon." Tanya Putra heran yang sempat mendengar gumaman dari Nabila, Apalagi mereka bersebelahan.

Sedangkan Rahma dan Burham melihat ke arah Putra yang mengatakan ' bunglon ', Suaranya yang besar membuat Rahma dan Burham bisa mendengar ucapan dari Putra barusan.

" Ia bunglon, Tadi malam seperti wanita galak. Pas paginya seperti gadis polos tanpa dosa." Jawab Nabila. Sambil mengingat penampilan salsa tadi dan yang semalam itu sangat berbeda.

Jika semalam Salsa berpenampilan hampir menyerupai laki-laki. Beda halnya dengan tadi pagi Yang berpenampilan seperti wanita normal lainnya, bergaya anggun dan berkelas.

" Ada ada aja kamu Nabila, Menurut kakak sama aja." Ucap putra yang memang tidak terlalu memperhatikan penampilan Salsa. Karena Putra berpikir penampilan Salsa tetap sama, yaitu terlihat cantik, walaupun sering mengunakan baju nya.

" Emangnya apa bedanya." Tanya Burham bingung, yang dari tadi mendengarkan kedua anaknya membahas Salsa.

Nabila melihat kearah Burham, karena Nabila pikir Papinya itu mengerti apa yang dia bahas bersama dengan Putra.

" Ada papi, Coba Papi bedakan penampilan Salsa pagi ini dan yang semalam itu sangat jauh berbeda." Jawab Nabila sambil menjelaskan apa yang dia pikirkan. Sedangkan Burham semakin bingung memikirkan ' Soal penampilan '.

" Coba Nabila jelaskan. Bunda Jadi bingung" Sambung Rahma yang sama seperti Burham yang tidak paham apa yang Nabila dan Putra bicarakan. Rahma yang mendengarkan perbincangan mereka juga merasa bingung karena Putra dan Nabila membahas soal apa.

" Bunda, Papi, Abang putra. Masa kalian ngga bisa bedain." Ucap Nabila heran dengan keluarganya.

Sedangkan mereka bertiga hanya menggeleng tidak tahu. Yang membuat Nabila menjadi kesal." Susah kalau ngomong sama kalian yang tidak mengerti apa yang Nabila Bahasa. lebih baik Nabila pergi ke kampus saja" Gerutu Nabila kesal. Nabila berdiri dari duduknya, sambil melangkah keluar.

Rahma bisa melihat wajah dari Nabila yang terlihat kesal." Ngga di habisin dulu makanya, Nabila." Tanya Rahma sambil, melihat kearah makanan Nabila yang belum habis.

" Ngga bunda, Nabila udah kenyang dan Nabila lagi ngga mod mau makan." Jawab Nabila, lalu melangkah meninggalkan ruang makan itu.

Nabila juga tidak lupa mencium tangan kedua orang tuanya dan Mencium pipi Rahma.

Putra yang melihat adiknya itu pergi. Ikut berdiri dari duduknya." Abang juga berangkat bunda, soalnya ada pertemuan yang harus dihadiri.Assalamualaikum." Pamit Putra, yang ikut menyusul Nabilah.

Tapi sebelum Putra pergi, Putra menyempatkan untuk mencium tangan kedua orang tuanya. Walaupun Putra sedang terburu-buru.

Rahma melihat kearah Kedua anaknya yang sudah pergi dan menghilang dari pandangannya." Mereka bertiga sudah pergi, mas. Jadi tinggal kita bertiga saja." Lirih Rahma yang merasa sedih karena kepergian ketiganya, membuat rumah mereka menjadi sunyi karena tidak ada perdebatan dari mereka bertiga.

Burhan melihat ke arah istrinya itu." Itulah sayang, kalau punya anak yang sudah dewasa semua. Pasti mereka tidak ada waktu untuk bersama dengan Keluarga mereka. Apalagi kesibukan yang mereka punya." Jelas Burham. Sedangkan Rahma hanya mengangguk mengerti. Rahma melihat kearah putranya yang sedang menikmati makanannya.

🌾🌾🌾

Sedangkan di sisi lain.

" Selamat siang, Tuan." Jawab Salsa mengangkat telfonnya.

" Datanglah di kafe xxxx, kami menunggu mu di sini." Perintah seseorang di seberang sana.

" Baik, Tuan" Jawab Salsa sedikit tegas. kemudian Salsa mematikan ponselnya.

" Pak, tolong antarkan saya kerumah sahabat saya di jalan xxxxx." Ucap Salsa.

" Baik non." Jawab supir, yang mengantarkan Salsa." Maaf non, Apa non ngga ke kampus." Tanya supir itu dengan hati hati takut membuat majikan nya itu salah paham.

" Ngga pak, Soalnya saya ada urusan sebentar dan itu penting." Jawab Salsa.

Sedangkan supir itu hanya mengangguk mengerti dan tidak mau bertanya terlalu jauh lagi.

Salsa kembali mengambil ponselnya di dalam tasnya.

" Abang, tolong hantarkan motor gue kerumah sahabat gue di jalan xxxxx." Suruh Salsa saat mendengar Putra mengangkat telfonnya.

" Siap, nanti gue antar."Jawab Putra " Tapi ada urusan apa sampai gue harus antar ke sana." Tanya Putra penasaran.

" Ada aja bang, Nanti gue ceritain." Jawab Salsa.

" Oke, selesai meeting gue langsung ke sana." Ucap Putra.

" Oke gue tunggu, tapi jangan pakai lama." Perintah Salsa tidak mau di bantah.

" Tapi sal_ "

Belum mendengar jawaban dari Putra, Salsa sudah mematikan ponselnya begitu saja tanpa mendengar ucapan dari Putra tadi yang terpotong

Di sisi lain Putra begitu kesal karena Salsa mematikan panggilannya tampa mendengar ucapannya.

" Dasar adik ngga tau sopan santun. Duluan di matikan ponselnya sebelum mendengarkan apa yang mau gue omongin, Coba kalau mau matikan panggilan itu ucapkan salam dulu gitu." Gerutu Putra kesal karena kelakuan adik keduanya itu tidak pernah berubah.

Bersambung

Farel Adrian Pratama.

Biasa di panggil farel.

Berusia 25 tahun.

Seorang CEO dan juga bos mafia.

Denis Dehan Pratama

Biasa di panggil Denis.

berusia 24 tahun.

Sekertaris, Sahabat dan juga adik angkat Farel.

Terpopuler

Comments

Tebe'e

Tebe'e

Hai, Kak Zahra. semangat ya.
karyanya keren 😎👏🥳

2022-11-02

2

Your name

Your name

Aku Boom like dulu ya Thor, semangat...

2022-03-04

1

ANAA K

ANAA K

Lanjut kak

2021-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!