Sekolah Baru

Gue lihat dan dekati ibu itu, badannya gemetar dan sepertinya demam.

"Ibu demam ya, ayo saya bantu kerumah sakit"

"Tidak nak, bawa saya pergi dari sini."

"Tapi...

"Saya butuh istirahat dan makan saja nak, setelah itu pasti akan membaik" ucapnya memotongku

Ya sudahlah itu keinginannya, langsung gue bawa aja ibu itu ke kost dan tak lupa beli makan untuk kita dikost nanti.

"Ayo bu makan dulu, setelah itu minum obat"

"Makasih ya nak sudah mau membantu saya," ucapnya dengan meneteskan air mata ketika melihat gue.

Apa ada yang aneh dimuka gue ya sehingga membuatnya nangis.

___________________

"Kenapa ibu nangis? ada yang sakit?" tanya arsya perihatin dia tak bisa bayangkan jika itu terjadi pada mommy nya.

"Saya mengingat seseorang dimasa laluku yang mirip denganmu nak"

Arsya terdiam sejenak memikirkan ucapan ibu tersebut.

"Siapa dia?"

"Sahabat saya satu-satunya yang sudah pergi demi melupakan kesedihannya disini"

Arsya hanya mengangguki tanpa merespon wanita itu, dia menikmati makan siangnya yang beralih jadi makan malam.

"Kamu sepertinya bukan orang sini, kamu asli mana?" tanya perempuan itu yang merasa logat bicara arsya berbeda.

"Asli sini, cuma besar dikota Z" jawab Arsya tersenyum

Sedangkan perempuan itu terlihat bahagia seakan mendapatkan hadiah rumah mewah.

"Bolehkan saya ikut kalau kamu pulang ke kota Z?" tanyanya yang membuat arsya mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya

"Sahabat saya pernah bilang dia pindah kekota Z, kalau tidak salah dikompleks Permata" ucapnya lagi dengan mata berbinar.

"Konpleks rumah my mom" gumam arsya yang masih didengarnya

"Apa dulu kamu tinggal disana?"

Arsya mengangguk mengiyakan

"Saya kangen dengannya apa lagi putra putri kembarnya, pasti mereka sudah besar sekarang"

"Tapi saya tak begitu paham orang-orang yang tinggal disana bu, saya jarang dirumah" jawab arsya berbohong

"Saya mengerti, nanti bisa tanya-tanya orang disana. pasti mudah untuk menemukan mereka. Secara dia orang terpandang"

"Kenapa tak kesana dari dulu?" tanya arsya

"Tak semudah itu, intinya tiap saya kabur pasti tertangkap"

"Suatu saat pasti dipertemukan dengannya"

"Iyaa, nama saya Rere Agustin panggil saja tante rere ya"

"Saya Arsya"

🍁🍁

Di kota Z

Perempuan yang masih cantik diumurnya terlihat murung tak memperhatikan kedatangan seseorang.

Remaja peria melingkarkan tangannya kepundak membuat perempuan tersebut tersentak kaget.

"Mikirin apa mom?" Tanya Arka putra kembar elsa

Gelengan kepala elsa memberi tahu bahwa dia baik-baik saja.

"Jangan bohongi arka mom, ayo kita balik ke kota A" ucapnya lagi seakan tahu apa yang sedang dipikirkan mommy nya.

"Tapi..."

"Ada arka yang akan selalu melindungi mommy dan juga arsya" jawab arka meyakinkan

Elsa memeluk sang putra dengan meneteskan air mata bahagia, bahagia sudah memiliki penerus sang suami. Sejak meninggalnya suami elsa tak pernah lagi berfikir untuk menikah lagi, perioritasnya adalah kebahagiaan putra putrinya. Seakan dia lupa akan dunianya.

"Ayo mom siap-siap terbang ke kota A sekarang, biar dibantu para pekerja untuk membereskan barang-barang kita yang perlu dibawa." kata arka memutuskan dan diangguki sang mommy.

🍁🍁

Pagi hari, waktunya gue menjadi murid SMA lagi.

Siap-siap memakai seragam kebanggaan SMA Merpati, dimana sekolahan my mom dulu.

Gue keluar kamar kost mendapatkan tante rere sedang menyiapkan sarapan. Gue kost satu rumah minimalis terdiri dari dua kamar, ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

"Pagi tan" sapa gue mengagetkannya

"Pagi.. kamu sekolah di SMA Merpati?" tanyanya setelah melihat seragam yang gue pakai

"Iya tan"

"Dulu tante juga sekolah disana dan menjadi idola bersama sahabat tante" katanya membayangkan masa lalunya yang penuh bahagia

"Enak dong jadi idola"

"Enak gk enak, tapi yang paling populer sahabat tante elsa" ucapnya memberitahu dan gak sengaja gue tersedak nasi goreng buatannya.

"Pelan-pelan makannya" pintanya dengan menyodorkan segelas minuman

"Siapa sahabat tante?" tanya gue memastikan

"Elsa... Putri Elsa Diningrat" jawabnya mantap dengan senyum bahagia

Gue terdiam sejenak.

"Ya Tuhan, malang sekali nasib sahabat my mom" gumam gue dalam hati

Gue sodorkan foto keluarga yang terdiri dari gue my mom, dan arka.

Matanya memandang serius tak lama air mata berjatuhan tanpa dipinta.

"Kamu anaknya elsa? kenapa kamu gak bilang nak.... tante rindu kalian" ucapnya menarik gue kedalam pelukannya menangis menumpahkan rasa sedih bercampur bahagia.

"Tante gak cerita sih" jata gue mencebikkan mulut

"Hehe maaf tante tidak mengenalimu, gimana kabar elsa? dia baik-baik saja kan?"

"My mom baik tan... Ni kalau mau hubungi mommy, tapi pleaseee jangan bilang arsya sama tante." kataku memohon

"Kenapa"

"Panjang ceritanya. Arsya minta tolong rahasiakan pokoknya. Arsya pamit berangkat ya tan... sudah telat" kata gue nyengir

"Iya, tante sampe lupa kamu harus berangkat. Tenang, rahasia aman pokoknya"

Gue langsung cabut pergi ke sekolah menggunakan motor yang bakal jadi motor kesangan gue.

Gerbang tertutup, gue lihat jam.

"Haishhhh sudah telat" gue turun dari motor berjalan kearah pos satpat, sebelum berkata gue dikejutkan dengan perkelahian antar sekolah.

"Sialllllll" teriak batin gue yang tak bisa lari dari pertikaian disana.

Gue amati dengan melipat tangan bersandar digerbang dengan kaki diangkat satu kebelakang.

Ck

Ada cowok yang menarik tangan gue dan melintir kebelakang, dia salah mencari mangsa.

"Berhenti....... kalau tidak gue patahin tangan nih anak" teriaknya menjadikan gue targetnya.

"Lepasin dia, kalau berani lawan gue" kata cowok yang memakai seragam sama seperti gue

"Menyerah dulu kalau lo mau" kata orang yang pegang tangan gue, terlihat raut wajah bersalah orang didepanku.

Tak gue sangka dia berlutut mengaku kalah demi menyelamatkan gue.

Gue gak bisa diam begini melihat kelicikan mereka, suara tawa mereka membuat gue geram.

1

2

3

Bruakkkkk

Gue banting dia tersungkur kedepan gue, kuberi senyum tipis seakan gue bukan lawannya.

"Sialannn" teriaknya tak terima

"Cihhh jangan lo kira diamnya gue itu lemah. Lo bukan tandingan gue"

"Serangg..." teriaknya memerintah teman-temannya.

Dengan sigap gue layani mereka, itung-itung olahraga pagi.

Bug

Bug

Bug

Kreak

Buaghhhh

Beg

Duaghh

Huftttt

"Segitu doang nyali kalian, besok pakai rok kalau lawan gue"

Kata gue melenggang pergi manjat gerbang sekolah yang sudah banyak orang berkerumunan disana.

Banyak mata memandang kearah gue, bodo amat lah tentang mereka. Selama mereka tak mengusik hidup gue, mereka aman.

Gue masuk kedalam kelas XI B yang terlihat kosong kelasnya.

"Mungkin pada kepo melihat pertunjukan, ck" gumam gue

Gue rebahkan kepala diatas tangan yang gue lipat diatas meja, niat gue ingin memejamkan mata sebentar. Tapi gangguan selalu ada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!