5.🐌
TiiN
TiiN
Pukul 19.40, Malam ini Sarah ada kencan dengan kekasihnya Ibram. Meninggalkan Bitha sendiri dirumah.
Berdiam diri diatas kasur sembari memainkan ponselnya sebelum berlanjut ke alam mimpi, tetiba Bitha mendapat panggilan dadakan dari rumah sakit.
Secepat kilat ia bersiap. Melajukan mobilnya sedikit lebih cepat dari biasanya, beruntung sudah lewat jam sembilan malam sehingga jalanan terasa lenggang.
"Dok! Minta waktunya, pasien dikamar gak bisa tenang, minta ketemu dokter langsung."
Ucapan seseorang diseberang telepon tadi mengingatkannya pada seorang wanita umur tiga puluhan yang datang menemuinya beberapa hari lalu di poly kandungan.
Dengan perut besar wanita itu datang bersama suaminya atas keluhan sakit ingin melahirkan, namun setelah diperiksa ternyata tidak ada kehamilan yang terjadi.
Bitha sudah menjelaskannya sesederhana mungkin agar mudah dimengerti, namun si wanita tetap keukeh bahwa ia tengah hamil. Suaminya mengatakan jika ini adalah kehamilan pertama istrinya setelah beberapa tahun menikah hingga ia begitu semangat menanti hari kelahirannya.
Sampai disini Bitha paham terkait kondisi psikis si wanita.
Sebagian orang awam banyak yang tidak mengerti pentingnya sebuah pemeriksaan dini terkait kehamilan karena merasa insecure.
Ketakutan mereka disebabkan banyak hal. Termasuk diantaranya biaya, stres karena omongan orang lain tentang kehamilan dan lain sebagainya.
Dua jam lebih sudah Bitha berada di rumah sakit, mencoba menenangkan pasien yang tengah mengalami gangguan psikis karena rasa kecewa yang begitu besar.
Ia takut jika terjadi sesuatu pada luka jahit diperut pasien karena tindakan brutal mengingat kondisi fisik dan psikisnya yang belum stabil.
Beberapa cara ia coba untuk mengembalikan pikiran si pasien ke alam sadarnya.
Pukul 01.30 dini hari, Bitha baru keluar dari kamar rawat. Matanya terasa berat. Kantuk yang sudah tak tertahankan membuatnya memilih untuk tidur di rumah sakit.
Di lain tempat, Sarah beberapa kali menghubungi Bitha. Pasalnya Bitha tak mengabari kepergiannya, sedangkan Sarah tengah merasakan takut. Tidak seperti biasanya.
Pagi menjelang, suara kokokan ayam saling bersahutan. Deru mesin mobil Bita menyapa pagi Sarah yang kala itu baru selesai sholat subuh.
Sarah membuka pintu rumah dan mendapati sahabatnya itu datang dengan pakaian seadanya. Rok plisket dengan kaos berlapis jaket dilengkapi kerudung yang sudah terlihat aneh bentuknya.
"Ya ampun, aku khawatir banget tau Bith!. Kamu gak ngabarin aku semalem."
"Sory!. Lupa Sar, dadakan banget!."
"Trus gimana pasien kamu?!."
"Udah tenang, semoga udah bisa nerima."
"Maksudnya?!."
Bitha menceritakan kronologi yang bisa menjadi pelajaran untuk Sarah kedepannya.
.
.
.
.
.
Weekend ini Bitha ingin sekali menghabiskannya dengan tidur seharian, tapi itu sangat mustahil mengingat pekerjaannya juga kesehatan yang selalu ia jaga.
Disini Bitha dan Sarah sekarang, pusat perbelanjaan terbesar dikota. Mall yang berada ditengah kota ini memang selalu menjadi incaran para kaum kurang hiburan seperti mereka.
"Sar, masuk yok?!."
Ajak Bitha merujuk pada galeri pakaian dalam wanita.
"Cusssss laaahh!!!."
Bersamaan dengan itu seorang wanita juga tengah memasuki gerai yang sama dengan seorang pria berumur.
Asik memilih, Bitha dikejutkan dengan sapaan seseorang.
"Bitha ya?!."
"i......ya!. Siapa ya!?." Tanya Bitha karena merasa pernah melihat wajah si wanita.
"Aku Diana!. Lupa?!."
Nyessss....
Bitha tersadar, jika perempuan ini adalah rivalnya dimasalalu. Benar kata Sarah jika penampilan wanita ini telah berubah.
"OH, iya!. Apakabar?!
"Baik!, gimana!? Si Azam udah ngajakin kamu balikan belum?!." tanyanya dengan angkuh
Bitha terdiam mendengar partanyaan absurd wanita itu.
Di sudut gerai, Sarah tengah memperhatikan gerak-gerik mereka. Mengerti situasi, Sarah segera menyudahi obrolan dua wanita itu dengan mengajak Bitha untuk segera kekasir.
"Sayang!." Terdengar panggilan samar dari pria berumur yang tengah merangkul pinggang Diana.
Sarah bergidig ngeri membayangkan jadi peliharaan pria tua.
"Gila!. Dasar Uler!. Gak tau malu!." Umpat Sarah,
"Udah sih Sar, biarin aja!. Aku aja santai!."
"Aku gak bisa Bith!!. Apalagi liat muka dia kek gak ada dosa gitu rasanya pengen nyakar!." Geram Sarah menirukan gaya kucing dengan tangannya yang terus mencakar udara
"Biasa aja!. Orang kaya gitu merasa diatas angin kalo kita sampe termakan omongannya!."
"Uuh! GEDEG!!."
"kamu gak malu diliatin orang!?." Bitha terkekeh melihat ekspresi Sarah
Kedua wanita itu memasuki sebuah resto dengan konsep Korean style.
Terlihat Ibram melambaikan tangan di antara deretan meja. Mereka janjian untuk makan siang bersama sejak kemarin. Tepatnya Ibram lah yang mengajak dua wanita itu, karena janjinya untuk mentraktir setelah bonusnya cair.
"Beb! Kok kamu udah minum duluan sih?!." Sarah menarik gelas jus alpukat yang tersisa setengah dari tangan Ibram.
"Abisnya kalian lama, aku kan keburu laper!." Ucapnya tak kalah manja
Bitha memutar bola matanya malas melihat keuwuan pasangan yang tengah bersamanya kini.
"Heh Ibramsyah! Ndosah sok imut gitu!!. Malu sama kumis!." Kesal Bitha
"Ayank.....!! Bitha marahin kumis aku......!!!." Adunya pada Sarah
"Maklumin aja beb!. Kasian dia abis ketemu istri mantannya tadi!."
"Hah?! Seriusan loe Bith?!." Tanya ibram bersemangat
"Iya bebeb.....gak usah diperjelas gitu napa?! Ujar Sarah
"Ya enggak! Aku kan jadi Kepo dia ngomong apaan?!. Jadi yang mana yang mantan?." Ibram terbahak setelahnya
"Resek kalian pada! Jadi makan gak sih ini!?."
"Jangan ngambek bu dokter!. Nih menunya pilih ndiri!!." Ibram menyodorkan buku menu dihadapannya
Dua sejoli itu masih terkikik geli menatap Bitha.
Dari pada harus tenggelam dalam emosi seperti halnya Sarah, Bitha memilih untuk mendinginkan pikirannya dengan segelas jus stroberi sembari menikmati cocolan sambal dengan potongan daging krispi, benar-benar menjadi moodbooster untuknya saat ini.
.
.
Mereka berpisah di parkiran Mall setelah sepasang love bird itu cipika-cipiki dibelakang Bitha.
"Hati-hati ya kalian!. Bith, jangan numpuk perasaan, cepet tua entar!." Ujar Ibram dengan senyum lebarnya
"Asem!!. Awas kamu pak kumis!!." Ancamnya
"Ih...ayank aku itu bu dokter!." Rengek Sarah yang tengah duduk manis disebelah Bitha
Kedua wanita cantik itu berlalu. Ibram menghampiri mobilnya tepat saat seseorang memanggil namanya,
"Bram!!!."
Ibram menoleh kesumber suara,
"Alex!?."
Kedua pria itu saling melempar tinju sebagai ganti jabat tangan.
"Nge-Mall juga loe pak?!." Ibram meledek dengan senyum jahilnya
"Enggak!!!. Numpang E'e doang gue dimari!. Kampret!." Sarkasnya
Mereka tertawa bagai tak menanggung beban hidup.
"Free?!." Tanya Ibram
"Free dong! Emang pegawai negeri aja yang boleh libur?!." Cibirnya
"Iya iya iya........udah gak usah dilanjutin!." Ucap Ibram
"Ngopi diseberang gimana?!." tawar Alex
"Tariiikkkkk......"
Alex dan Ibram meninggalkan pelataran Mall dengan berjalan kaki melewati JPO menuju Cafe & Resto yang terletak diseberang jalan, dari pada menggunakan mobil yang mengharuskan mereka memutar lebih jauh dan berjibaku dengan padatnya kendaraan lain.
Azhar Ibramsyah, teman SMA Alex saat ia pindah ke kota Kembang setelah sebelumnya Sekolah di tempat yang sama dengan Bitha dan kawan-kawannya. Tak banyak yang tahu asal - usul keluarga Alex. Ia juga tak pernah bercerita tentang keluarganya.
Terlebih bagi para pria, menurut mereka berteman tak perlu memandang latar belakang individu, asal bukan buronan saja.
"Pindah ke sini?." Tanya Ibram.
"Masih rencana, liburan tipis-tipis dulu lah!."
"Ok, ok bos!. Gue penasaran aja sama alasan yang bisa buat seorang Herland Alexander rela pindah pulau! Lah?."
"HA HA...rahasia itu masih!. Entar lah kalo berhasil baru gue kasih tau!." Alex tersenyum simpul
"Kaya Abege aja loe rahasiaan segala!." Ibram melempar gumpalan tisu ke arah pria yang sedang memegang cangkir espresso nya
"Masalah?, Mau juga gue kawinin?!." Balasnya
"Jijik! bangs*t."
Kedua pria dewasa itu tengah membahas hal-hal tak lazim setelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kenshin Hiimura
bagus nih.. baru nemu
2022-03-15
0