2. Herland Alexander

2.🐌

Minggu pagi yang begitu cerah. Hari libur seperti ini adalah waktu yang sangat berharga untuk memanjakan diri.

Bitha bersama Sarah sahabat sekaligus tetangga dikampung halamannya yang juga merantau ke kota orang untuk meneruskan pendidikannya disalah satu PTN favorit seperti dirinya dan kini telah bekerja sebagai customer servis disalah satu Bank swasta dengan logo berwarna biru.

Dua wanita itu tengah bercengkrama di salah satu kursi taman dekat komplek perumahan tempat mereka sewa rumah. Sekedar mencari sarapan bukan untuk berolahraga sebab mereka kemari juga dengan berjalan kaki, dan itu cukup untuk membakar kalori meskipun tak banyak.

"Bith, tau gak aku kemaren ketemu siapa?!."

Tanyanya Sarah

"Siapa emang!?."

"Istri mantan elo mak!."

"Terus kenapa?!."

"Elaah,,,Kamu gak mau nanya gitu sekarang dia kek gimana?!."

"Harus banget ya tau urusan orang?!, aku sih Ogah!!." Ketusnya

"Idih ngomong ogah tapi nadanya sewot." Sarah cekikikan melihat raut wajah Bitha, ia sangat tahu seperti apa kisah kasih sahabatnya itu.

"Aku ketemu dia pas dimeja teller, eemmhh Penampilannya udah gak kaya dulu." Pancingnya

"Apanya?!."

"Kepo juga dia!." Sarah terbahak karenanya

"Enggak ya! Sory!. Aku gak kepo, kamu aja yang over!." Cibir Bitha

"Serah deh! Yang atit emang gitu suka judes-judes kepiii tapi gak mau ngaku!." Ucapnya

"Sialan!." Umpat Bitha sembari melempar kacang telur ke pada Sarah.

Menjelang siang mereka kembali kerumah. Berjalan kaki dengan santai sembari menenteng kantong belanjaan dimasing- masing tangan, sesekali mereka tertawa membahas hal-hal kecil ditempat kerja masing-masing.

Sekitar delapan ratus meter jarak antara rumah sewa dengan taman tempat mereka sarapan tadi, lumayan untuk membakar kalori sebenarnya jika saja langkah mereka tidak menggunakan mode siput.

Dipertengahan jalan keduanya menoleh, menatap bangunan rumah tiga lantai setengah jadi tepatnya masih dalam proses pembangunan.

"Widiih,,,calon rumah aku ini lama banget jadinya." Ujar Sarah

"Mimpi neng?!."

"Aminin napa Bith?!. Masih sewot aja!." Sarah berdecak kesal

"Haha...iya iya nyonyaahhh!."

"Mudahan Ibram mau bikin yang kek gitu nanti." Ucapnya dengan mata berbinar

"Aaaaaamiinn!!!!!!!." Bitha bersuara lantang layaknya makmum sholat jamaah.

"Mbak, ngangak-nya jangan lebar-lebar!." Tegur seseorang disebelah mereka.

keduanya reflek menoleh setelah mendengar teguran dari seseorang.

Seorang pria bertubuh tinggi dengan balutan kaos dan kemeja lusuh, juga celana jeans yang robek dibagian lutut menyadarkan posisi mereka saat ini. Dua wanita itu masih berdiri di pinggir jalan tepat didepan bakal rumah yang diakui sisi oleh Sarah tadi.

Sarah memindai sosok pria yang tengah berdiri disamping mereka. sedangkan Bitha langsung membuang muka karena malu setelah mendapat teguran darinya.

"Eh! Sory mas. Ayok Bith!." Sarah mengangguk sembari menarik lengan Bitha agar menjauh dari sana.

Pria itu menggeleng dengan senyum tipis menatap dua wanita tadi jalan beriringan dan sesekali terlihat berbisik.

"Malu banget aku Sar!. Sialan kamu!. ...Iiihhh...." Bitha memukul lengan Sarah berkali-kali guna melampiaskan kekesalannya karena malu.

Sarah tergelak hingga matanya terasa basah melihat raut wajah Bitha yang putih itu merona menahan rasa malu sekaligus marah.

"Udah, bawa santai aja napa Bith!?."

Bitha melirik tak suka dengan ucapan Sarah barusan.

"Seneng di kamu, malunya di aku inem!." Geramnya dengan wajah mendongak keatas. Menatap langit siang yang begitu menyilaukan mata.

Setibanya dirumah, mereka meng-istirahatkan diri disofa ruang tamu.

"Eh!. Bith, kamu perhatikan gak muka tukang tadi?!."

"Enggak lah! Ngapain coba, bikin emosi aja!." Sewotnya

"Ndak usah judes-judes!. " Sarah melempar bantal sofa kearah Bitha

"Abisnya dia nyebelin sih, bikin malu aku tauk!. Untung cuman dia aja yang disitu." Keluhnya

"Kaya pernah lihat ya?!." Ucap Sarah sembari mengingat-ingat wajah tukang tadi yang terlihat tampan namun tak terawat

.

.

.

Senin menyapa mereka para pejuang rupiah. Sarah lebih dulu berangkat kerja dari Bitha yang memang tidak memiliki jadwal pagi ini.

Pukul 10.15 jadwal Bitha Visit, dan praktek pada pukul 13.00 waktu setempat. Selesai dengan kegiatan paginya ia bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Bitha menjalankan mobilnya keluar komplek namun tiba dipertengahan jalan tepatnya didepan rumah idaman Sarah, seorang pekerja menghalau laju mobilnya di ikuti dua orang lain yang tengah membopong seseorang diantaranya yang terlihat lemah.

Bitha menurunkan kaca jendelanya,

"Ada apa pak?."

"Mbk tolong!. Saya butuh tumpangan ke rumah sakit!." Ucapnya terburu-buru

Bitha yang memang seorang dokter merasa jiwanya terpanggil untuk bergerak cepat.

Ia membuka pintu belakang Hatchback miliknya, menyuruh kedua tukang yang membopong temanya itu untuk segera membaringkannya didalam.

"Kronologinya gimana pak?!." Tanyanya setelah ketiga pekerja tadi membaringkan si pria di kursi belakang mobilnya.

"Tadi ngeluh pening mbk, terus jatuh perutnya sebelah kiri kena paku." Terang salah seorang diantara mereka

"Oke!." Setelahnya Bitha melakukan pemeriksaan awal, mengecek jika pria tadi ada kelainan ataupun lukanya yang terlampau parah.

"Mari pak ikut saya ke rumah sakit." Ajaknya kepada seseorang yang dianggapnya tahu mengenai si Pria.

Si korban yang tengah berbaring di jok belakang itu sebenarnya ingin tertawa hanya saja ia sudah tidak memiliki tenaga untuk melakukannya akibat menahan rasa sakit yang menderanya.

"Dilokasi pembangunan gak ada pengawasnya pak?." Tanya Bitha memecah kecanggungan diantara keduanya saat membelah jalanan kota yang selalu ramai.

"Ada mbk, tapi tadi lagi keluar, beliau pergi ke kantor pusat." Jelasnya

Bitha meng-anggukan kepalanya tanda mengerti.

Tiba di dropzone UGD, Bitha berlari kecil masuk kedalam memberitahu kepada dokter jaga untuk segera mengangkut seorang pasien dari dalam mobilnya.

"Gimana dok?!." Tanya Dirga, dokter umum yang berjaga saat itu

Bitha menjelaskan kronologi, serta kadaan pasien saat ia membawanya tadi. Kemudian menyerahkan semuanya kepada yang berwenang.

Bitha berjalan menghampiri tukang yang ikut bersamanya tadi di ruang tunggu UGD.

"Pak!, temannya sudah ditangani didalam ya." Ucapnya

"Oh iya mbk! Terimakasih banyak!."

"Sip! Sama - sama, Saya tinggal ya pak!." Ucapnya dengan dua jempol terangkat pada pria usia pertengahan yang ia kenali sebagai tukang itu.

.

.

Diruangan prakteknya Bitha tengah melihat chat Sarah yang terlihat sedang mengetik...

📩Bith, makan siang bareng yuk?!."

📨"Gak bisa!. Aku ada jadwal OP entar 14.25, ini masih nunggu giliran." Balasnya

📩ya udin!. Tapi entar pulang jemputin yah markonah😘!? Ayank Ibram ada jam lembur😞." Chatnya mengiba

📨"Hisss,,, resek deh kamu! Giliran gitu aja baru inget sama aku!."

📩😁😁😁

📨"😠"

📩jan mayah - mayah bu doktel!. Rumah idaman aku buat kamu deh! Gimana?!

📨"Itu rumah orang inem!! Ndosah kepedean😒"

📩🤣

.

.

.

Selesai OP Bitha berjalan menyusuri lorong menuju kantin, menjelang sore perutnya terasa sedikit perih karena siang tadi ia hanya mengganjal lambung dengan sup krim dan kroisan yang dibawakan oleh seorang bidan yang biasa menemaninya praktek.

Bita menempatkan dirinya disalah satu meja kantin yang saat itu terlihat lenggang.

"Boleh duduk disini?!."

Ujar seorang pria dihadapannya.

Terpopuler

Comments

Rafa Aqif

Rafa Aqif

ituu rumah orang inem... 😄😄😄😆😆😆. pasti nnti jd rumah bu dokter... 😄😄😄

2021-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!