3. Si Tua Usil

3.🐌

Bitha yang tengah asik memainkan ponselnya mendongak mendapati Azam tengah berdiri menatapnya.

Terlalu tiba-tiba, hingga tak ada kata 'silahkan' yang keluar darinya.

Azam menarik kursi dihadapan Bitha. Menyamankan tubuhnya disandaran kursi.

"Kenapa?!." Tanya Azam

"Apanya?!." Bitha tetap terlihat santai meski dadanya terasa nyeri. Terlebih perutnya belum terisi.

"Kamu gak suka aku duduk disini?!."

"Enggak, biasa aja!." Ucapnya sembari menyeruput jus apel.

Batin Bitha berperang menghalau ego nya yang ingin sekali mencakar pria dihadapannya yang sungguh bermuka tebal.

Azam tersenyum menatap wanita yang pernah mendiami hatinya dulu, atau mungkin masih sampai saat ini.

"Kamu gak takut ketahuan isterimu berduaan gini?!."

"Takut kenapa?."

"Ya takut kalo nanti dia cemburu gitu!."

"Kita udah pisah!." Lirihnya dengan senyum hambar

Bitha kembali tercengang dengan jawaban Azam. 'Gila! Belum setahun nikah udah cerai aja!' Batinnya bergumam.

Dokter cantik itu tetap memasang wajah woles nya meski hatinya kepo, tampak tak berniat membahas masalah sang mantan yang terlihat sebaliknya.

"Kamu gak mau nanya kenapa gitu?!."

"Buat apa?!."

"Buat mastiin keadaan hati kamu ke aku!."

"Gak usah macem-macem deh!."

"Seriusan Bith."

"Itu urusan kalian. Gak ada hubungannya sama aku."

Azam terkekeh mendengar jawaban santai namun pedas dari wanita dihadapanya.

"Bith, bisa gak kita kaya dulu lagi?." Ucapnya tak tahu malu

Belum sempat Bitha menjawab, Seorang pramusaji menyela dintara mereka membawakan pesanan keduanya.

Bitha makan dengan lahap, begitu yang terlihat padahal nyatanya ia sedang berburu waktu agar segera selesai guna menghindari manusia bermuka tebal yang sedang bersamanya.

"Pelan-pelan." Ujar Azam yang tengah memegang cangkir espresso

Namun Bitha sama sekali tak mengindahkannya, terlihat kepulan asap dari kuah soto yang menandakan bahwa itu panas tak ia pedulikan asal cepat selesai dan pergi dari situ.

Duabelas menit, Bitha telah merampungkan makan sorenya. Ia pamit kepada Azam untuk melanjutkan urusannya. Sebuah anggukan ia dapati dari pria itu sebagai jawaban.

......

Senja menyapa, Bitha melajukan mobilnya menuju Bank tempat Sarah bekerja. Menanti wanita itu diparkiran sembari memainkan ponselnya.

Pintu penumpang nampak terbuka, Sarah melepas heelsnya dan mengganti dengan sandal jepit kemudian menyamankan duduknya sembari memasang seatbelt.

"Bith! Gosip!." Sarah benar-benar seperti lambe lumrah.

"Ih, males ah. Gosip melulu kamu tuh!." Keluh Bitha dibalik kemudi

"Eh, beneran ini gosip buat kamu!."

Bitha hanya melirik sekilas karena posisi mereka di tengah padatnya jalanan kota.

"Aku ketemu sama Tari tauk, adeknya Azam!! Ternyata dia baru kerja di bagian pemasaran."

"Terus kenapa?!."

"Dia cerita kalo Azam ternyata udah pisah sama bini nya, dan sedihnya anak mereka baru aja meninggal tiga bulan lalu. Ya ampun kasian banget Bith!."

Bitha yang mendengarkan cerita Sarah hanya diam,

"Tari sih gak ceritain detailnya, cuman yang dia tau si Diana (iparnya) itu ternyata simpanan bosnya Azam." Sarah menggeleng tak percaya,

Bitha, Sarah dan Azam adalah teman satu sekolah yang berarti juga satu daerah asal.

Pertama tahu jika Azam menjalin hubungan dengan Bitha, keluarga Azam sangat senang. Bahkan Azam sendiri sempat mengutarakan rencana lamarannya kepada kedua orang tuanya akhir tahun lalu, sebelum akhirnya Azam menikahi Diana karena kebobolan.

Disitu orang tua Azam nampak sekali kecewa, terlebih sang ibu yang tak pernah menganggap Diana sebagai menantu mereka karena perilakunya yang kurang sopan terutama dalam hal berpakaian. Maklum ibu Azam sangat menjunjung tinggi adab dalam berbusana.

Bitha menyambungkan cerita Sarah dengan kejadian di kantin tadi.

'Oh...begitu toh alurnya' batinya.

Ia sudah menduga ada udang dibalik rempeyek melihat sifat yang ditunjukan Azam.

.

.

Dua hari berlalu sejak dirinya dilarikan ke UGD. Herland Alexander, kondisinya kini membaik. Ia berjalan dikamar rawat dengan mendorong tiang infus sembari tersenyum dengan dua orang pasien yang juga menempati kamar yang sama dengannya.

Pria tinggi itu hendak membuka pintu kamar, bersamaan dengan itu seseorang juga tengah mendorongnya dengan kuat dari arah berlawanan hingga menghantam jidat Alex yang kala itu tengah memperhatikan aliran infus ditangannya karena sedikit mengeluarkan darah kedalam selang.

AWWW!!!

Pekiknya,

Seketika Alex terhuyung kebelakang karena tubuhnya yang tak siap menerima tekanan.

Sontak dua orang yang tadi membuka pintu terkejut dan langsung menghampirinya.

Sembari memegang ranjang pasien disebelahnya, Alex berusaha berdiri, ia mendongak menatap kedua manusia yang baru saja menyebabkan ia limbung.

"Kamu?!." Ucap Bitha saat mata mereka bertemu.

Yang Bitha ingat adalah pria ini yang membuatnya malu. Ia tak sadar saat menolongnya waktu itu, sama sekali tak memperhatikan wajahnya. Yang ia lakukan adalah melakukan pertolongan pertama tanpa melihat siapa orangnya.

"Apa?!." Tanya Alex dengan mimik aneh

"Kamu yang waktu itu ngatain aku kan?!." Kesalnya

"Siapa?!."

"Kamu!!!."

"Bukan, kamu siapa?!."

Bitha melipat tangannya ke dada dan menggigit bibirnya sendiri karena kesal.

"Kamu yang ngatain aku 'jangan ngangak lebar-lebar!." Geramnya

Alex tambah mengerutkan dahinya.

"Gak ada tuh aku ngatain orang!."

Habis sudah kesabaran Bitha, segera ia pamit meninggalkan ruang rawat itu, melupakan niat awal yang ingin menengok tukang bangunan yang pernah ia antar kemari.

Entahlah, sejak teguran itu ia menjadi lebih sensitif terhadap pria. Terlebih itu adalah orang yang sama.

BLAMM...

Wanita dengan setelan gamis itu berlalu dari hadapan ke duanya. Semua orang dalam ruangan itu nampak bingung, pun dengan Alex dan seorang pengawas proyek yang bernama pak Usman, mereka saling pandang.

"Mbaknya kenal sama sampean mas?!." Tanya pak Usman.

"Gak tahu juga pak!."

Pria berwajah campuran Dayak - Manado - palembang itu hanya menggedikan asal bahunya.

Batinnya tertawa melihat wajah cantik itu terkejut saat menatapnya, dari awal ia sudah menduga jika wanita itu tidak mengenalinya, bahkan saat melakukan pemeriksaan didalam mobil sebelum kemari, karena Buff yang Alex kenakan masih terpasang sampai tiba di UGD.

"Pak Usman tinggal aja, saya besok sudah boleh keluar kok!." Ujarnya

"Iya mas, saya kasian sampean gak ada yang nungguin, sama bawain jajanan." Medok khas pak Usman

"Aman pak, ada GoGo bisa pesan antar." Jawabnya sembari menyebutkan salah satu Aplikasi pesan-antar makanan online.

"Ah iya! Saya lupa kalo sekarang jaman onlen!." Ucap pak Usman seraya menepuk jidatnya sendiri

"Kasihan temen-temen dibangunan entar gak ada yang ngurusin kalo bapak disini."

"Ya sudah, kalo gitu saya tinggal ya mas Alex. Kalo perlu apa-apa telepon aja!." Jelasnya

"Sip!." Alex mengacungkan jempol tangannya

Pria itu kembali berjalan menuju pintu. Ia ingin turun ke lantai bawah untuk menghibur diri, menghilangkan rasa jenuh karena terus berada dikamar.

"Kak?." Panggil seorang wanita dari arah belakang saat hendak memasuki lift.

Alex menoleh, memastikan apakah dirinya yang baru saja dipanggil.

"Isna?. Sama siapa?." Tanyanya saat gadis itu mendekat

"Sama papa, nemenin mama abis OP !."

"Tante? Kenapa?."

"Mama Op benjolan diperut." Jelasnya santai

Keduanya memasuki lift. Baru menuruni dua lantai, lift kembali berhenti dan terbuka.

Seorang wanita yang tadi berdebat dengannya dikamar nampak terkejut mendapati manusia yang sama berada didalam lift yang akan ia masuki.

Sedikit ragu namun dengan terpaksa ia tetap masuk demi menghemat waktu. Saat melangkah Bitha sempat menatap dua manusia yang bersamanya, wanita dibelakangnya tengah melingkarkan tangannya dilengan si pria layaknya kekasih.

Tatapan keduanya bertemu melalui pantulan dinding elevator. Postur Alex yang tinggi sangat kontras dengan tinggi Bitha yang hanya sebahunya.

Bitha buru-buru mendongak, melihat kearah monitor yang menampilkan nomor lantai.

Pria itu tersenyum tipis. Beruntung ada Isna disampingnya, jika tidak bisa-bisa wanita cantik dihadapannya ini sudah menjerit akibat kehilafannya. Eh?

"Kak, kamu gak mau mampir kerumah ketemu anak-anak?." Tanya Isna setengah berbisik

Alex hanya menggeleng tanpa mengubah tatapan matanya dari pantulan dinding yang menampakan wajah sang dokter.

"Iih, mata kamu nakal banget!." Tegurnya saat ia melihat Alex tengah memindai tubuh dengan balutan gamis dihadapannya.

Isna mencubit pinggang pria disebelahnya. Memberinya tatapan tajam untuk menyudahi acara terawang-nya.

Bukannya tidak mendengar percakapan mereka, Bitha sudah tak sabar ingin segera keluar hanya saja itu tidak mungkin mengingat jika box besi ini memiliki pintu otomatis.

Alex mengedipkan sebelah matanya saat tatapan mereka kembali bertemu. Bitha segera mengusap kedua lengannya terlihat jika bibir manis itu tengah komat-kamit bak melafalkan mantra.

TIING!.

pintu terbuka tepat dilantai dua dan Bitha segera keluar dengan hati tak menentu.

"Gendeng!." Gumamnya saat mengingat kelakuan pria tadi

Alex tertawa ketika pintu telah tertutup rapat.

"Apa sih kak?! Nakal. Kasian tau perempuan baik-baik kamu gituin!." Isna tak habis pikir dengan kelakuan usil pria setengah tua yang tak lain adalah sepupunya sendiri itu.

Isna tidak pernah tahu jika perempuan yang merek bicarakan adalah teman sepermainannya saat anak-anak. Terlebih Bitha yang telah berhijab sejak bangku SMP.

Isna berteman dengan Sarah dan Bitha hanya sampai kelas empat sekolah dasar. Setelahnya ia memilih ikut bersama neneknya karena tak ingin berpisah dengan sang kesayangan. Itulah kenapa mereka sama sekali tak mengenali satu sama lain.

"Seneng aja gangguin dia!." Ucap Alex santai

"Ngaco', ditabok lakinya baru tau!." Ketusnya

"Gak akan!." Dengan mantabnya ia menyangkal

"Dihh, tua-tua ganjen!."

"Enak aja tua!. Muda loh yang dibawah!."

"Gilak!." Isna melepas tautan lengannya dengan kasar

Alex pun terbahak-bahak melihat respon sang sepupu yang auto connect dengan perkataannya.

Terpopuler

Comments

Budhiarti Sayekti

Budhiarti Sayekti

ceritanya seru bikin ketawa trs

2021-12-24

0

Mimin Switnawati

Mimin Switnawati

suka novelnya lucu bikin ngakak terus👍👍

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!