4.🐌
Bitha hampir terlelap saat tiba-tiba Sarah nyelonong masuk ke kamarnya tanpa mengetuk.
"Bith!. Denger gak?!." Ucapnya dengan wajah tegang
"Denger apa?!." Bitha yang terkejut langsung melupakan rasa kantuknya
Sarah memberikan tanda diam dengan jari telunjuk yang menempel di depan bibirnya.
Samar terdengar suara panggilan dari luar pagar rumah sewaan mereka.
"Siapa Sar?!. Aku merinding nih!." Ucapnya
"Itu dia, aku juga takut. Yok ngintip bareng!."
Keduanya pun berjalan menuju jendela, menyibak sedikit tirai yang menutupinya sekedar cukup untuk mengintip.
Dalam keadaan remang terlihat seorang pria memanggil Bitha, dengan sebutan Bu dokter.
"Bith, dia manggilin kamu. Perlu banget kali tu orang!." Ucap Sarah dengan fokus pada pria yang tengah berdiri di luar pagar
"Temenin Sar, aku juga takut!."
Dengan perasaan was-was mereka keluar rumah diwaktu hampir tengah malam.
"Bu dokter! Tolong!."
"Kenapa pak?!." Tanya Bitha
"Istri saya hampir melahirkan dok, mau saya bawa ke klinik tapi dia sudah gak bisa bangun, abis jatoh!." Jelasnya sedikit panik
"Ok pak! Saya ambil peralatan dulu."
Dengan setelan piyama lengan panjang dan kerudung instan Bitha dan Sarah berboncengan mengekori kemana pria itu mengendarai motornya.
Tiba disebuah rumah sederhana Bitha segera turun dari motor dan Sarah mengikutinya dari belakang.
"Disini bu dokter!."
Si bapak menyibak tirai yang menutupi sebuah kamar, terdengar rintihan seorang wanita didalamnya. Sarah yang takut pun hanya berani menunggu diruang tamu rumah itu.
Satu jam setengah berlalu, pukul 01.15 dini hari. Bitha selesai dengan urusan persalinannya.
Mendapati sahabatnya tertidur pulas di sofa ruang tamu, Bitha tak tega jika harus membangunkannya. Ia memilih untuk ikut tidur di rumah itu sekalian berjaga- jaga jika terjadi sesuatu pada wanita yang baru saja menjalani persalinan itu.
.
.
Pagi menjelang, mereka terbangun karena suara tangisan si bayi mungil.
"Ya Allah Bith!. Kita tidur disini dari semalem?!. Kok kamu gak bangunin aku kalo sudah selesai!?." Ujarnya
"Gak papa, aku kasian liat kamu pules banget. Lagian sekalian aku jaga-jaga kalo ada apa-apa sama si ibu." Jawabnya sembari membenarkan posisi kerudungnya yang sudah tak karuan rupa.
"Keras banget sih idup mu bu dokter!." Sarah berucap dengan menepuk pundak Bitha
"Apaan sih!!, lebay kamu!. Biasa juga gini kali." Bitha terkekeh
"Kamu gak sholat?!." Tanya Sarah
"Enggak! Lagi libur, kamu?!."
" sama!, pulang yok!. Risih nih, pengen ganti." Ucap Sarah setengah berbisik
"Ok, selesai aku cek si ibu kita balik."
Tak lama Bitha keluar dari kamar tempat si bayi, ia sudah merampungkan urusannya termasuk memandikan si bayi.
"Terimakasih bu dokter untuk bantuannya."
"Iya pak sama-sama. Oh iya pak, jangan lupa untuk bawa ibu segera periksa ke klinik atau rumah sakit biar lebih jelas kondisi tungkainya" Bitha memberikan secarik kertas keterangan darinya sebagai dokter yang menangani persalinan.
Mereka pamit kepada pemilik rumah untuk pulang dipagi buta karena pekerjaan Sarah yang mengharuskannya bersiap dipagi hari.
Dengan mendekap erat Bitha, Sarah yang berada diboncengan tertawa dengan kejadian semalam yang membuat mereka ketakutan.
Matahari baru mulai menampakan semburat kuning di ufuk timur dengan sedikit kabut yang masih menyelimuti bumi
"Sumpah Bith, cantik banget!!."
"Makasih Sar." Ucapnya
"Bukan kamu markonah!. Noh langitnya!." Sarah menepuk punggung Bitha
"Ihhh,,,baru liat ya!? Kasian deh!. Aku udah sering liat kali!." Cibirnya
Mereka kembali kerumah dengan menuruni bukit. Jarak antara rumah sewa dengan tempat si bayi sekitar dua kilo meter, melewati perbukitan yang dipenuhi atap rumah dan juga sebagian tanaman sayur mayur milik warga setempat.
Bitha dan Sarah memilih hunian sedikit jauh dari pusat kota, sekitar limabelas kilo meter. Sedangkan dengan tempat kerja mereka berkisar antara tujuh sampai delapan kilo meter saja tidak sejauh ke pusat kota.
Memasuki gerbang perumahan sebuah range rover mengikuti lambatnya jalan motor yang mereka tumpangi.
Bitha melirik sepion kanan yang menampilkan tampak depan mobil itu, hanya saja ia tak bisa melihat bagian kemudinya karena kondisi pencahayaan yang masih sedikit remang.
"Bith, kayaknya kita di intilin deh!." Bisik Sarah,
"His, jangan ngawur deh!."
"Beneran!. Ngapain coba dia dari tadi dibelakang, gak juga nyalip padahal jalanan masih muat tuh."
Tanpa aba-aba Bitha memutar laju gas motor Sarah. Membuat sang empu terpekik karena terkejut saat dirinya hampir terjatuh kebelakang.
"Ya Ampun Bithaa!!. Hampir aja aku gegar otak!." Teriaknya
"Gak papa!. Entar aku obatin!. Dari pada kita mati diculik kan lebih gak asik!." Balasnya tak kalah kencang
Tiga ratus meter berlalu, ternyata mobil itu masih pada gerak lambannya, membuat kedua wanita tadi memelankan sedikit laju motor mereka.
Bitha dan Sarah dapat bernafas lega setelah mengetahui jika mereka tidak di ikuti. Tanpa mereka ketahui jika sosok dibalik kemudi itu tengah menertawakan tingkah keduanya.
Ia sampai tak habis pikir dengan kelakuan dua wanita tadi yang pasti ia tahu siapa mereka.
.
.
.
.
.
.
Sarah mengabari Bitha jika ia tengah berada di loby setelah sebelumnya mereka janjian untuk makan siang bersama karena memang tempat kerja mereka berdekatan hanya sekitar tiga ratus meter terpisah oleh jembatan penyebrangan.
Seseorang yang Sarah kenali sedang tersenyum kearahnya.
"Sarah?!."
"Kamu Zam!?." Tanyanya memastikan.
"Iya, ini aku!. Biasa aja donk ekspresinya!."
Sarah hampir tak berkedip. Mendapati pria brengs*k, mantan dari sahabatnya berada di tempat yang sama.
"Kamu ngapain disini?!." Tanya Sarah menatap penampilan rapih Azam.
"Kerja donk, kamu!?."
"Kerja?! Kamu pindah kerja kesini?! Udah gak di APM lagi?!."
"Iya, capek di APM."
"Kenapa kamu milih disini?! Ini kan rumah sakit, gak sesuai sama basic kamu!?." Sarah kembali mencecarnya dengan pertanyaan penuh selidik.
"Lah emangnya kenapa? Harus gitu sesuai basic?! Rumah sakit kan juga perlu promosi?!."
"Ya enggak juga sih, cuman...." Sarah tersenyum miring
"Iya, aku tau kok pertanyaan kamu ngarahnya kemana!." Terang Azam
"Terus?!."
"Aku memang berusaha ngejar dia. Dan kemungkinan besar dia sendiri gak sadar kalo aku juga kerja disini." Ucapnya sembari menatap wanita cantik yang pernah ia sia-siakan tengah berjalan kearah mereka.
Bitha sadar siapa pria yang tengah bicara dengan Sarah, seketika itu pula ia mengubah ekspresinya dari senang menjadi datar.
Tiba diantara mereka, Sarah segera mengajak Bitha keluar dengan dalih waktu yang terbatas.
Belum juga Bitha melangkah, seorang pria menyapanya.
"Eh!. Bu dokter disini!? Kok gak visit saya hari ini dok?!."
Ucapan Alex membuat ketiga manusia itu bingung. Jelas saja karena Bitha adalah Sp.Og untuk apa menangani pasien pria, apa mungkin dia transgender yang ingin hamil?!
Sarah menatap Bitha, sedangkan Bitha sendiri menatap Alex dengan mata yang hampir keluar, tak percaya dengan cicitan pria itu.
"Kamu Alex kan?!. SMA DHARMA 02?!."
Tanya Azam setelah memindai penampilan pria dihadapannya. Kaos oblong hitam dipadu celana kolor dengan corak pantai, rambut kecokelatan dan sedikit panjang hingga bagian poninya di ikat keatas menggunakan karet sayur, memperjelas wajah tampannya. Menenteng paperbag yang entah isinya apa. Tampak seperti bukan pasien.
Alex memicingkan matanya yang terlihat tajam.
"Iya! Kamu siapa?!."
"Adik kelas! Teman Bitha!."
"Hooo...makasih loh udah di ingetin kalo aku punya adik kelas se-unyu kalian!." Ucapnya sumringah sembari melirik Bitha.
Azam menatap tak suka dengan keberadaan Alex, dan Alex sadar akan hal itu namun ia semakin bertingkah.
"Bu dokter makasih ya buat bantuannya!. Hari ini saya sudah boleh pulang." ucapnya kembali disertai kedipan mata.
Benar-benar terlihat menyebalkan dimata Bitha, berbeda dengan Sarah yang menatap penuh tanda tanya.
"Ayok!." Bitha menarik lengan Sarah dengan terburu-buru.
Tiba di luar rumah sakit Sarah meminta penjelasan kepada sang dokter sepulang mereka bekerja.
Sedangkan dua pria yang terabaikan tadi tengah berdiri menatap kepergian mereka.
"Ada hubungan apa sama Bitha?!." Tanya Azam tanpa basa - basi.
Alex melirik Azam sekilas yang tengah menatapnya intens.
"Aku.................................Siapa?!."
Ucapnya sambil ngeloyor pergi meninggalkan Azam yang terlihat bodoh menanti jawabanya.
Azam hampir mengumpat kasar setelah mendengar jawaban konyol Alex.
"Sialan!." Gumamnya
Jawaban Alex benar-benar bisa membuat orang emosi.
.....
Malam menjelang, kedua wanita itu tengah asik bersantai di sofa malas. Penjelasan demi penjelasan diberikan Bitha kepada Sarah yang terus-terusan menerornya setelah mendengar cicitan Alex saat di loby beberapa jam lalu.
"Sekarang aku ingat siapa dan dimana pernah ketemu dia!." Ucap Sarah dengan manggut-manggut mengingat ucapan Azam yang mengatakan jika Alex pernah menjadi kakak kelas mereka.
"Siapa?!."
"Alex!. Dia murid pindahan, dan yang bikin aku gak asing sama wajahnya pertama kali itu karena dia sering banget berdiri dilapangan, bebal banget!. Suka nongkrong di warung mang ujang sebelah sekolah!." Jelasnya
"Kok kamu sampe hapal gitu?!. Aku malah gak tau kalo ada kakak kelas kaya dia selain trio bengal."
"Ya kan dulu aku suka dengerin anggita ngegibah tentang cowok-cowok ganteng!. So pasti Alex masuk list dong secara muka dia semriwing. Tapi kayaknya dia cuman setahun aja sih satu sekolah sama kita?!." Kenang Sarah.
Bitha berusaha mengingat namun nihil karena yang ada di otaknya hanya seputaran pasien.
"Kok bisa aku gak tau kalo ada orang macam dia ya?." Gumamnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"
ya ampun ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ pengen ketawa, tpi dosa gak y 😄
2022-10-20
0
Mimin Switnawati
terhibur baca ini makasih ya
2021-12-23
0
Rafa Aqif
ngakak tok baca novel iki.. syuukkaaaaaakkkkk sma bu dokter😆😆
2021-12-05
0