Arsi berjalan cepat menuju taman kampus, berharap dapat menenangkan hatinya.
"Dasar nyebelin, kenapa sih gue harus punya kakak seperti dia" gerutu Arsi sembari mendudukan dirinya di salah satu bangku taman di dekat pohon yang melindunginya dari pancaran sinar matahari.
Arsi mengeluarkan ponselnya sembari menghidupkan layarnya yang sedang mati. Terlihat foto dirinya sedang tersenyum memeluk kakaknya, raut wajah Arsi berubah menjadi sendu. Ia merasa sedih jika mengingat kehangatan bersama kakaknya dulu.
"Apa dia pacar loe? " ucap seseorang membuat Arsi terlonjak kaget.
"Astaga!!!!! Alex.... loe bisa gak sih gak ngagetin gue " hardik Arsi mengusap dadanya yang hampir kehilangan jantung. Alex hanya nyengir, lalu ikut duduk di samping Arsi.
"Bukan salah gue kali.. loe ajah yang ngelamun" kila Alex mengelak. Arsi mendengus kesal mendengar jawaban Alex, lalu kembali menatap ponselnya.
"Dia kakak gue" jawab Arsi menekan tombol power ponselnya lalu menyimpan nya ke dalam saku bajunya. Alex mengerut, ia belum sempat, melihat wajah yang ada di foto itu.
"Sukurlah gue pikir dia pacar loe" jawab Alex lega.
"Dimana dia sekarang? " tanya Alex lagi namun tak di jawab oleh Arsi.
"Ngapain loe kesini? " tanya Arsi tampa menoleh, ia menatap lurus kedepan.
"Nemenin pacar gue! " jawab Alex santai, Arsi menoleh padanya dengan tatapan mematikan.
"Bercanda... " jawab Alex nyengir tanpa dosa. Ia tahu jika Arsi marah setiap ia mengatakan hal itu.
Alex Prawijaya, anak dari konglomerat kaya di negeri ini, yang pasti setara dengan Arsi. Tapi tak ada yang tahu akan hal itu, mereka mengira Asri berasal dari keluarga biasa dan mendapat beasiswa dari kampus.
Arsi memang sengaja menyembunyikan identitas nya, ia tak ingin di dekati oleh teman temannya karena statusnya. Arsi ingin mendapatkan teman teman yang tulus ingin bersamanya.
Sementara Alex, pria yang menyukai Arsi sejak awal masuk kuliah, ia bertemu dengan Arsi ketika mereka sama sama mengerjakan perintah dari senior, disana Arsi membantunya ketika senior terus memaksakan keinginan mereka pada juniornya. Alex yang tak bisa melawan karena memang ia tak ingin membawa statusnya ke urusan seperti itu. Alex tak ingin di anggap memanfaatkan kekuasaannya.
"Gak lucu" ucap Arsi bangkit.
"Mau kemana? " tanya Alex ikut bangkit.
"Mau makan" jawab Arsi melangkah pergi, namun baru beberapa langkah Arsi kembali berhenti dan menoleh pada Alex.
"Loe harus traktir gue makan, karena sudah buat jantung gue hampir lepas" ucap Arsi lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Sementara Alex mengembangkan senyumnya langsung mengejar Arsi dengan senang hati.
Arsi dan Alex memasuki kantin kampus, sebenarnya Alex sudah menawarkan pada Arsi untuk ke restoran saja, atau ke kafe saja. Tapi Arsi menolak dengan alasan ingin makan di kantin saja.
"Mau pesan apa? " tanya Alex menatap Arai yang sudah duduk di depan nya.
"Biasa deh" jawab Arsi, membuat Alex mengangguk paham. Mereka sudah sering makan bersama.
Alex dan Arsi berbeda jurusan, sehingga mereka sangat jarang bertemu dikampus, kecuali jika Alex yang menghampiri Arsi.
Banyak tanggapan bahwa mereka adalah sepasang kekasih, karena kemesraan dan perlakuan Alex yang berbeda terhadap Arsi membuat mereka berpikir seperti itu.
"Silakan makan ratu ku" ucap Alex menghidangkan semua makanan yang baru di pesannya.
"Lebai deh" ucap Arsi mencibir, namun ia merasa senang akan hal itu. Untuk sementara Arsi melupakan kekesalan pada Viki.
Alex selalu bisa membuat moodnya menjadi lebih baik.
"Gak papa lebai, asal putri Arsi senang" ucap Alex membuat ekspresi semanis mungkin. Mau tak mau Arsi tertawa melihatnya. Baginya Alex benar-benar lucu dengan ekspresi yang di buat buat itu.
"Udah ah, gue mau makan ini" ucap Arsi menghentikan Alex untuk membuatnya tertawa.
Di tempat yang sama, terlihat seseorang menatap wanita yang sengaja ia abaikan dengan tatapan yang sulit di artikan. Tangannya mengepal melihat sang adik tertawa karena lelaki lain.
Viki meninggalkan kantin dengan aurah yang berbeda. rahangnya mengeras, giginya saling menekan, ia berjalan lurus menuju ruangannya.
Sebenarnya Viki tidak berminat untuk menjadi dosen di kampus tempat Arsi menimba ilmu, tapi karena tuntutan dari para direksi yayasan meminta nya untuk membimbing mahasiswa menggantikan pak burhan. Viki merupakan pemegang saham terbesar pada yayasan kampus ini, di tambah lagi ia adalah seorang pembisnis yang di jadikan panutan oleh golongan muda.
Tring~
Arsi meraih ponselnya ketika mendengar dering pertanda pesan masuk.
Kakak sialan
Pulang bersama gue!
Arsila melotot membaca pesan dari kakaknya, tidak masuk akal bukan? kakaknya tiba-tiba mengiriminya pesan yang menurut Arsi aneh. Tadi kakaknya sangat dingin dan sekarang malah seenaknya meminta nya untuk pulang bersama.
"Ada apa? " tanya Alex menatap Arsi yang masih menatap ponselnya.
"Tidak ada" jawab Arsi sembari menyimpan kembali ponselnya dan melanjutkan makannya. Arsi tak memperdulikan pesan dari Viki, ia tak akan pulang bersama kakaknya yang sudah membuatnya malu di kelas tadi.
Setelah makan bersama Alex, Arsi pamit pulang. Ia sudah tak memiliki jadwal kuliah lagi, sementara Alex masih ada satu mata kuliah yang harus ia ikuti.
"Hati-hati.. " ucap Alex menatap Arsi yang sudah memasuki mobilnya.
"Terimakasih" jawab Arsi sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kampus.
Sementara Viki masih saja menunggu Arsi di dalam mobilnya. Sesekali Viki menatap pesan yang ia kirim dan sudah di baca oleh Arsi namun tidak membalasnya.
"Mulai berani sekarang yah" gumam Viki melempar ponselnya ke bangku penumpang di samping nya. Lalu menancap gas mobilnya melaju meninggalkan kampus. Sudah 2 jam ia menunggu di parkiran, tapi Arsi tak kunjung datang.
Tiba di rumah Viki langsung menuju ke kamar Arsi yang tidak terkunci. Tanpa permisi ia langsung membuka kamar adiknya yang terlihat kosong. Viki sudah seperti pria yang cemburu sekarang, ia benar-benar tidak suka mengingat Arsi tertawa bersama pria lain selain dirinya.
"Kemana dia? " tanya Viki tak menemukan keberadaan Arsi di kamar. Viki kembali turun dan berniat untuk kembali mencari Adiknya.
"Baru pulang sayang? " tanya mama Sakira tersenyum pada putranya, membuat Viki menghentikan langkahnya.
"Apa Arsi sudah pulang ma? " tanya Viki tidak menjawab pertanyaan mamanya, tetapi malah menanyakan Arsi.
"Belum" jawab Sakira bingung.
"huh.... " Viki menghembuskan nafas gusar, tangan kirinya mengacak acak rambutnya asal.
"Ada apa? apa kalian bertengkar lagi? " tanya Sakira mendekat pada Viki.
"Sayang,,,, Arsi hanya tidak terbiasa dengan sikapmu yang terlalu dingin" lanjut Sakira mengusap bahu Viki sayang.
Viki tak mengatakan apapun, ia malah memeluk Sakira erat. Sikap mamanya tak pernah berubah, sejak ia kecil hingga sekarang Sakira tetap menyayanginya. Viki merasa beruntung karena mama Sakira yang membesarkannya, bukan mama kandung nya yang tega membuang dirinya.
"Viki hanya melakukan kesalahan kecil tadi, dan Viki ingin meminta maaf padanya" ucap Viki masih memeluk mamanya. Ia tak berniat mengatakan jika ia sedang kesal melihat Arsi bersama orang lain.
"Mandilah dulu, setelah itu makan lah sembari menunggu Arsi pulang" ucap Sakira melepaskan pelukan Viki.
"Iya ma" jawab Viki patuh, lalu berjalan menuju kamarnya.
*
*
*
*
...T E R I M A K A S I H...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makanya jangan jutek2 gitu,Kamu tau kan kalo Arsi itu udah gede,Jadi jangan pernah memperlakuin dia seenaknya..
2024-09-18
0
Qaisaa Nazarudin
Noh kan,ku bilang juga apa..wkwkwk ada yg kebalaran jenggot tuh..
Tapi Viki gak tau kan kalo ortu mereka menjodohkan mereka berdua..😅😅
2024-09-18
0
Qaisaa Nazarudin
Arsi bisa manpaatin Alex untuk mengetahui perasaan Viki,Eh tapi kan Arsi gak tau kalo perasaan Viki ke Arsi itu bukan oerasaan kakak ke adeknya..Arsi kan gak peka..😂😂
2024-09-18
0