"Bibi Sin, saya titip Yueri sebentar. Saya akan pergi ke pasar,” ucap Jia kepada tetangganya.
“Iya.” Dia mengambil Yueri dari gendongan Jia.
“Mama pergi, Yueri jangan nakal ya.”
“Iya,ma.” Jia mencium pipi putrinya sebelum pergi.
Bibi Sin sedang mengajak Jia bermain tiba-tiba seorang pria memakai sepeda datang menghampirinya, “Bi Sin... suamimu jatuh kelaut dan belum ditemukan.”
“Pak cepat bawah saya ke sana.” Dia segera duduk di kursi penumpang, pria itu segera menjalankan sepedanya.
Tiba ditepi pantai orang-orang sudah berkerumun karena suami Bi Sin sudah ditemukan namun sudah tidak bernyawa. Bi Sin jatuh pingsan di sana, Yueri menangis karena jatuh bersama Bi Sin, salah satu wanita di sana menggendong Yueri.
“Mama... eng.. Mama...” Yueri masih menangis.
Wanita itu mengeluarkan permen dari tasnya, “Kita akan menemui Mamamu, jangan menangis lagi oke.”
“Ya.”
Tanpa ada yang menyadari, jika wanita itu membawa Yueri semakin menjauh. Yueri dibawah menaiki mobil marcedes-Benz W124, wanita itu segera menjalankan mobilnya. Dia terlihat senang dan berucap, “Anak ini begitu cantik, harganya pasti mahal.”
Mobil marcedes-Benz W124 berwarna silver melaju cukup kencang di jalanan mereka sudah berada jauh dari daerah pesisir, mobil itu melaju menuju kota. Jalanan cukup sepi saat mobil berada dua puluh meter dari tikungan, tiba-tiba saja sebuah mini bus melaju kencang di jalur mereka dan menabrak mobil yang berada tepat dihadapan mereka.
“Brak...” Mobil itu melayang kearah mobil yang dia kendarai. Si wanita membanting setir ke kanan karena disebelah kiri adalah jurang, namun dihadapannya muncul mini bus lain dan kecelakaan tidak dapat dihindari.
6 tahun kemudian,
Seorang gadis kecil berusia sekitar 8 tahun duduk menekuk lututnya dibawah papan nama Panti Asuhan Harapan. Gadis dengan pipi gendut begitu juga tubuhnya, namun dia memiliki kulit yang putih bersih persih terlihat seperti bakpao kukus. Dia nampak sangat sedih namun tidak menangis.
“Hei gadis manis,” ucap seorang wanita paru baya menghampirinya dan duduk tepat disebelahnya.
“Aku melihat teman-temanmu sedang berkumpul di sana mengantar salah satu anak yang diadopsi, kenapa kamu menyendiri disini?”
“Karena aku tidak senang.”
“Apa kamu cemburu?”
“Tidak, aku hanya merasa telah dibohongi oleh dia.”
“Dia membohongimu, mungkin dia punya alasan sendiri. Tidak baik menyimpan amarah pada temanmu sendiri, apa lagi kalian kemungkinan tidak bertemu lagi.”
Mendengar kalimat itu gadis kecil itu menangis, namun dia buru-buru mengelap air matanya dan berucap, “Aku juga tidak berharap bertemu dia lagi.”
“Coba ceritakan apa yang terjadi diantara kalian.”
“Aku dan Weni berjanji akan selalu bersama, dia adalah teman terdekatku lebih tepatnya dia kakak untukku. Awalnya keluarga itu ingin mengadopsi ku, Weni terlihat sangat sedih mendengar kabar itu. Aku memutuskan menjadi anak nakal, sengaja mengencingi tempat tidur, membuat anak lain menangis, bahkan aku menyiram kopi ke baju orang yang akan mengadopsi ku agar mereka membatalkan niatnya. Keinginanku terwujud mereka tidak jadi mengadopsi ku tapi memilih anak lain, dan itu Weni. Aku kira Weni akan menolak tapi dia dengan suara keras menyetujuinya.”
Gadis kecil itu, tidak bisa tidak menangis membayangkan teman terdekatnya berbuat seperti itu padanya. Wanita paru baya itu segera memeluk si gadis kecil karena dia merasa kasihan di usianya semuda ini sudah merasakan perasaan dikhianati. Namun, dia juga tidak menyalahkan anak bernama Weni karena semua anak ini mengharapkan memiliki keluarga baru, itu adalah respon normal bagi anak-anak.
“Sekarang aku sendiri, semua teman-teman sekamarku sudah pergi,” gumam gadis kecil itu.
“Aku juga sendirian di rumah, semua anggota keluargaku berada jauh dari rumah. Mereka akan kembali hanya satu kali dalam setahun. Bagaimana kalau kamu ikut nenek ini saja ?”
Yueri itu menatap wanita paru baya yang memeluknya, “Apa anda hanya ingin menghiburku, nenek jangan memberi harapan palsu pada anak kecil.”
“Saya serius, siapa namamu ?”
“Yueri, Yueri Angelina Zheng.”
“Kita memiliki marga yang sama berarti kita jodoh.”
Yueri memberi jarak diantara mereka, kemudian berucap, “Nenek, semua anak disini bermarga Zheng, apa itu artinya mereka semua berjodoh denganmu?”
Si wanita paru baya itu tersenyum, karena pertanyaan anak itu, dia berniat menghibur namun sekarang dia merasa terlihat bodoh sendiri.
“Kakak, apa yang kamu lakukan disini?” Seorang wanita paru baya lain mendekati mereka.
“Saya sedang mengobrol dengan Yueri.”
“Yueri kenapa kamu tidak mengantar Weni ?”
“Tidak,” wajah Yueri masih terlihat tidak senang.
“Wanwan, saya ingi membawa anak ini kembali ke negara A. Tolong urus berkas adopsinya.”
“Serius kak?”
“Iya, saya merasa nasib kami sama. Sama-sama ditinggalkan.” Dia menatap pada Yueri, “Mulai sekarang kamu akan menjadi cucu tertua Zheng Xia.”
“Benarkah?” Mata Yueri terlihat bahagia.
“Tetapi, kita hanya akan tinggal berdua. Hanya ada Yueri dan Nenek saja di rumah.”
“Aku tidak keberatan.”
Dikediaman keluarga Song sangat ramai, halaman depan terdapat beberapa meja dan kursi yang telah disusun dan didekorasi dengan cantik, setiap sudut di penuhi bunga-bunga yang ditata hingga terlihat sangat indah. Jia mengenakan gaun putih berdiri di pinggir jendela, dia dapat melihat tamu sudah memenuhi halaman depan.
“Jia...” Suara pria dengan lembut memanggilnya. Namun Jia tidak bergeming, yang ada air matanya mengalir di pipinya.
“Jia, jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini ayo kita batalkan.”
“Tidak kak Geri, ini adalah permintaan terakhir kak Wenxia. Sebagai adik sudah semestinya saya memenuhinya. Kalian sudah sangat baik padaku selama 6 tahun ini kalian terus membantuku menemukan Yueri walau hasilnya masih sama saja.”
Alex mengelap air mata Jia dengan sapu tangannya, “Kita tidak boleh menyerah, kita tetap akan mencari Yueri.”
“Terima kasih. Setelah pernikahan ini mungkin aku hanya menjadi istri di atas kertas saja tapi aku akan berusaha menjadi istrimu yang sesungguhnya, jadi tolong beri aku waktu.”
“Ya, aku juga butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan kita.” Bukan hal yang mudah menerima kenyataan jika istri yang disayang telah meninggal, walaupun itu sudah setengah tahun yang lalu tetap Geri merasa baru terjadi kemarin. Sekarang dia harus memperistri adik iparnya sendiri atas permintaan terakhir istrinya.
Hari keberangkatan Yueri ke Negara A, Zheng Wanwan memberikan sebuah kotak pada Yueri. Kotak itu berisi kalung berwarna emas dengan bandul seperti koin dan terukir namanya di sana.
“Ini kalung mu, saya sengaja menyimpannya takut hilang karena ini adalah benda satu-satunya peninggalan orang tuamu.”
“Bolehkah aku tahu siapa orang tuaku ?”
“Saya tidak tahu siapa dia, tetapi dia meninggal saat kecelakaan mobil dan kamu berhasil diselamatkan. Polisi sudah mencoba menemukan identitasnya hanya saja tidak dapat ditemukan, plat mobil yang dia gunakan palsu sehingga tidak dapat di lacak. Jadi, polisi mengirim kamu ke panti asuhan di tempat saya bekerja, setelah beberapa bulan terjadi insiden kebakaran sehingga anak-anak dipindahkan ke beberapa panti asuhan. Kamu dan lima anak lainya ikut bersama saya dan pindah ke kota ini.”
Yueri memegang kalung itu, dan ada ukiran namanya di sana dan juga tanggal lahirnya dibelakangnya, dia merasa senang dan berucap, “Setidaknya aku memiliki nama yang diberikan oleh orang tua kandungku.”
“Ayo Yueri, kita berangkat nanti ketinggalan pesawat.”
“Ya, Nenek.”
Yueri membungkuk 90 derajat pada Zheng Wanwan, “Terimakasih, sudah merawat ku selama ini.”
Dia kembali berdiri tegap dan Zheng Wanwan memeluknya. Kemudian berucap, “Tetap menjadi Yueri yang baik, jangan menyusahkan kak Xia karena dia sudah tua.”
“Saya tidak setua itu, Wanwan,” cela nenek Xia.
“Sampai jumpa, nenek Wanwan,” Yueri melepaskan pelukannya. Wanwan mengantar mereka sampai menemukan sebuah taxsi, ketika taxsi itu menghilang baru dia kembali kedalam.
................................................................
...Maaf ya readers jika banyak kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat....
...Jangan lupa tinggalkan like, vote, komentar, dan favorite. Kasih bintang Lima ya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments