Waktu terus berlalu dan sekarang Raffa duduk kelas tiga SMA , setiap hari dirinya mengayuh sepeda ke sekolah. Walaupun ada mobil dan motor di rumah, Raffa lebih senang dengan sepedanya hitung - hitung olahraga setiap hari. Dirinya satu kelas dengan Kinan. Jarak sekolah dari rumahnya tidak terlalu jauh, namun jika dihitung jarak dari rumah Kinan ke sekolah itu cukup memakan waktu. Shafiq menyuruh Kinan untuk bersekolah di sekitar dekat rumah, namun dirinya menolak.
Saat Raffa sedang bercengkrama dengan Rio teman sebangkunya. Kinan menghampiri "Raffa, ayo kita ke kantin. Aku lapar" dirinya mengelus perut datarnya.
"Kamu saja sendiri, aku tidak lapar. Tadi mama Navysah memberiku bekal roti. Aku sudah kenyang"
"Cie.. Cie ke kantin aja minta anter abangnya. Raffa Kinan, Raffa Kinan. Lama - lama kalian jodoh karena kamu nempel terus si Kitis " seloroh Rio, " Yuks biar abang Rio yang anterin kamu" ajaknya.
"Ih.., Ogah banget dianterin kribo kering. Maap ye, aye juga pilih-pilih ngajak cowok. Satu lagi, aye Kinan bukan Kitis" salaknya dengan galak.
"Lu itu Kitis alias Kinan tipis, hadewh.. heran gue udah remaja bodi gini-gini aja" Rio melihat tubuh Kinan dari ujung rambut ke ujung kaki. "Apa kau butuh vermakan? Aku siap menerima dengan ikhlas, kau tinggal pilih ingin seperti Elena atau Zaskia" Rio meremas tangannya sendiri seolah menggerakkan sesuatu.
"Najis banget!, dasar otak mesum. Kinan berfikir tentang bodi Elena dengan dada yang penuh dan Zaskia dengan b*kong yang padat.
" Plak...!! " Raffa menggeplak lengan temannya." Kita belum cukup umur untuk kearah sana. Jangan kotori otakmu dengan hal seperti itu" sambungnya lagi.
"Maaf pak ustad, saya khilaf. Tapi masalahnya aku suka yang khilaf - khilaf pak ustad,semoga Allah memaafkan diriku. Aamiin " sembari menadahkan tangannya dan mengusapkan ke wajahnya.
" Aku bukan ustadz" Raffa hanya menggelengkan kepalanya melihat teman yang sama frekuensinya seperti Kinan.
" Aku juga suka yang khilaf - khilaf yo, tapi masalahnya Raffa nggak mau ngilafin aku " seloroh Kinan sembari tertawa keras. Dirinya berhigh five dengan Rio namun Raffa menatapnya dengan tajam.
"Jaga mulutmu Kinan, bicara harus yang baik-baik. Aku tidak suka kamu bicara seperti itu. Aku mengganggapmu adikku, tidak lebih" dirinya bergegas pergi dari kelas menuju perpustakaan.
"Nah loh, dia marah tuh. Elu sih Kitis ngomong nggak pake jemuran. Marah tuh si abang Raffa terganteng"
"Nggak pake aturan bukan jemuran dodol" ketusnya. " Biarkan saja Raffa marah, sang putri malu yang cantik jelita akan segera menangani dengan segera. Tidak perlu khawatir, Raffa mah cingcai" dirinya menjentikkan jari tangannya.
"Putri malu-maluin" cibirnya. "Eh Kitis, ngomong - ngomong kalau gue jadi Raffa, gue juga ogah sama elu. Rugi banget dapet lu yang kayak gini" ejeknya.
"Yang kayak gini gimana. Aku cantik, kulit kuning langsat, pintar, kenapa kamu bilang rugi" Kinan menjitak kepala Rio dengan keras.
"Aduh...!! kampret lu jitak - jitak pala aye. Ini sumber inspirasi, disini" dirinya mengelus kepalanya yang ditumbuhi rambut kribo nya. "Tapi beneran nih tis, coba lu lihat. Raffa tinggi, ganteng, kulitnya memang sawo matang tapi itu yang membuat dirinya bertambah manis, manis banget malah. Badan berotot karena sering olahraga, tiap hari naik sepeda padahal ada mobil yang bisa dia pakai, Otak encer, pengertian, perhatian sama teman yang nggak mampu, tidak pandang status sosial mereka. Dia jago menggambar sampai tingkat nasional, orang tua kaya, ibadah oke, Kurang apa coba? Cewek mana yang nggak mau jadi pacarnya. Kalau gue cewek pasti udah gue uber sampai ke liang lahat. Alhamdulillah gue cowok dan masih normal. Sedangkan lu!, yaelah cewek manja, cantik mah biasa aja nggak pake banget, pintar okelah. Kaya lumayan. Ini nih yang bikin gue mules, Lu itu mau nya diturutin terus, keras kepala, nggak mau ngalah. Kampret bangetlah, otak kurang se ons alias OON, terutama tentang cowok" sambungnya lagi dengan ucapan mendetail tentang kepribadian Kinan.
" Jahat banget mulut lu tentang gue "bentaknya." Tapi emang gue separah itu?" Kinan bertanya lagi.
" Iyalah, emang begitu kagak sadar diri. Untung Raffa sabar banget hadapin elu tapi jangan senang dulu, ingat semua gadis menunggu antrian untuk menjadi pacar Raffa, walaupun si pak ustad tidak tertarik dengan siapapun termasuk ELU! " dirinya sengaja menekankan kata terakhir.
" Yakin lu nggak ada cinta sama pak ustad? Aku mah tidak percaya cuma kakak adek. Dari bocil gitu lho bareng terus, nggak ada yang bisa jamin tentang perasaan ". Kinan merasa tersentil hatinya dengan ucapan Rio, apa benar dirinya selama ini menempel pada Raffa hanya sebatas sahabat atau ada perasaan lebih dari itu.
" Aku pergi dulu" dirinya bergegas ke toilet dan melamun di closet duduk.
- POV Kinan-
Dirinya mencoba untuk berfikir setelah mendengar ucapan Rio yang terakhir.
" Yakin lu nggak ada cinta sama pak ustad?, aku mah tidak percaya cuma kakak adek. Dari bocil, tidak ada yang bisa jamin tentang perasaan"
Kinan menutup matanya mencari ketenangan sejenak dan menghembuskan nafas kasarnya. Dirinya mengingat setiap kejadian bersama Raffa. Setiap memorinya merekam jelas tentang masa kecilnya bermain bersama Raffa dan tentunya mama Navysah yang sangat sayang padanya.
"Raffa, Raffa, Raffa" ucapnya dalam hati, dirinya mencoba meraba detak jantungnya setiap mengucapkan nama Raffa.
"Aku pasti sudah gila!" ucapnya " Aku akan memastikan perasanku" sambungnya lagi dan berjalan keluar dari toilet.
* **
Raffa masuk kedalaman perpustakaan untuk sekedar membaca buku,dan semua siswa menatap kearahnya. Entah kenapa, dimanapun dia berada selalu menjadi pusat perhatian.Dia memilih buku dan membacanya. Ketika semua siswa duduk di meja untuk membaca, dirinya lebih suka duduk lesehan di pojok sudut lemari. Baginya ini salah satu tempat ternyaman dan tidak menghalangi siswa yang berlalu lalang mencari buku.
"Dia kan Raffa Raihan anak tiri Davian Ahmad"
"Anaknya pintar dan ganteng banget"
"Juara melukis, animasinya juga keren "
" Jangan harap bisa jadi pacarnya, dia dekat dengan Kinan"
"Davian Ahmad yang terkenal itu, sayangnya dia hanya anak tiri. Makanya wajah dan warna kulitnya berbeda dengan adik - adiknya"
Perkataan dan bisik-bisik dari teman lainnya selalu dia dengar, baginya ucapan dan bullyan sudah seperti makanan setiap hari, namun Raffa tidak ingin ambil pusing. Bersekolah di tempat elite yang notabene untuk kalangan menengah keatas, status dan latar belakang keluarga sangat berpengaruh. Terdapat beberapa gate yang dibuat dengan sengaja oleh beberapa kalangan anak kaum atas. Untuk siswa berprestasi dengan keluarga sederhana jangan berharap banyak, tidak mendapat bullyan dan masalah saja sudah cukup beruntung. Rio, salah satunya. Siswa berprestasi yang masuk dengan jalur beasiswa. Anak kalangan bawah yang mampu bersekolah disini, dan dengan penampilan yang berbeda dengan lainnya sudah otomatis menjadi bahan candaan dan bullyan tentang fisiknya. Rambut yang kribo dan warna kulit sawo matang dengan ciri khas masyarakat Indonesia bagian timur. Wajah yang diturunkan dari perpaduan gen Ayah dari timur dan ibu dari betawi, namun tidak menyurutkan semangat belajarnya walaupun setiap hari cacian dan ejekan selalu dia terima.
"Kalau begini siapa yang harus disalahkan. Melapor pada guru pun percuma. Hari ini lapor, besok tutup buku. Tidak ada penyelesaian. Terkadang aku berfikir, apa yang salah denganku yang seorang anak tiri dari Davian Ahmad" gumam Raffa dalam hati. Dirinya mengeluarkan earphone dan memasang di telinganya agar tidak mendengar semua percakapan teman lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Han hania
Setiap anak mewarisi gen 50%Dna dr masing-masing orang tua, tetapi ada gen2 tertentu dr Ayah ataupun ibu yang lebih mendominasi. Bentuk wajah dan karakter tertentu dapat diturunkan dlm keluarga, sehingga seringkali kita dpt melihat bentuk wajah yang serupa dlm sebuah keluarga besar. Dan penampilan fisik tiap anak masih bisa terus berubah, karena struktur tulang baru akan terbentuk sempurna di usia 20an. Bentuk wajah dan tubuh seseorang ditentukan oleh bentuk tulang, otot dan cadangan lemak di tubuhnya. Jadi meskipun saat kecil anak tampak mirip ibunya, seiring bertambah usia ia lebih mirip bapaknya. (sumber Alodokter).
Selain itu faktor lingkungan mempengaruhi pigment kulit. Disini karakter Raffa mempunyai kulit yang lebih sedikit gelap dari adik kembarnya karena ia setiap hari lebih suka memakai sepeda untuk pergi ke sekolah, bentuk wajah dan karakter sifatnya lebih dominan ke arah almarhum Raihan.bukan karena kurang ganteng, hanya perbedaan warna kulit saja.
Dalam novel ini, saya tidak menggambarkan kulit Davian yang kuning langsat. yang kuning langsat itu Kinan dlm novel ini (saya lupa bab berapa di season kedua, hehehe). Si double kembar mempunyai pigment kulit yang lebih putih karena diturunkan oleh ibunya.
Terima kasih sudah mengkritisi novel ini, saya suka reader yang positif seperti ini. Matursuwun
2021-05-05
2
Piet Mayong
bukannya dulu raffa kecilnya ganteng cerewet trus putih gemesin gthuya makanya davian cs langsung suka n sayang sama raffa tp kenapa makin dewasa jadi dibikin kurang ganteng dr saudara tirinya...gak kebalik kah thorr??
bukannya davian kulitnya kuning langsat kok malah anak2 jd putih putih?
aku apa msh gagal paham kaliii y thorr???
2021-05-05
1