Mereka mengantarkan Kinan ke rumahnya dan bercengkrama dengan Shafiq dan Ifa di ruang tamu.Bu Erni duduk disamping Navysah dan memegang tangannya " Bagaimana kabar anak - anak Nav?" tanyanya, " sudah lama ibu tidak kesana"
"Alhamdulillah mereka sehat bu, mereka sangat aktif terkadang aku merasa lelah dan stress menghadapinya". Navysah bergelayut di lengan bu Erni dengan manja layaknya orang tua sendiri. "Aku kangen ibu"
"Iya ibu juga kangen, nanti ibu kapan - kapan kerumah kamu lagi. Terkadang Khaffi rewe, l kasihan si mbak nya. Kinan sering dirumahmu masa ibu mau ninggalin Khaffi kan nggak bisa juga"
"Navy tunggu kedatangan ibu,dan navy tahu ibu sibuk mengurus Khaffi, Ibu jaga kesehatan ya" Navysah sedih melihat wajah bu Erni yang terlihat lelah, dirinya tahu walaupun ada baby sitter untuk Khaffi, bu Erni akan tetap mengawasi dan menjaga cucunya dengan baik.
"Ayah, Aku dapat gamis baru dari mama Navysah ada tiga di lemari buat aku mengaji disana. Dan tadi ke toko buku beli ini" Kinan menunjukkan buku, tas dan tempat pensil miliknya yang baru dibeli.
"Bagus kan mah?" tanyanya pada Ifa.
"Bagus, Nanti kalau beli apa - apa bilang sama mama Ifa dan Ayah Shafiq dulu ya sayang. Masa mama Navy terus yang beliin"
"Iya mah, tapi mama Navysah tidak marah kok" Kinan menundukkan kepalanya dan duduk disamping Navysah meminta pembelaan.
"Santai saja fa, aku nggak papa kok. Jangan kayak orang lain kita sudah seperti keluarga" Navysah mengelus rambut Kinan.
"Kinan cengeng suka pamer" cebik Raffa yang bergelayut di lengan Ayahnya sedari tadi dirinya ingin disisi ibunya, namun Raffa selalu kalah cepat dari Kinan.Kini dirinya mulai mengantuk dan sering menguap.
Shafiq yang sedang bercerita dengan Davian sembari mendengarkan para wanita mengobrol.
" Kinan selalu berada disana, ada apa - apa selalu bilang padamu Navysah, sedangkan padaku dan Ifa terkadang dia tidak seterbuka itu. Aku jadi heran orang tuanya aku atau kamu sih?" Shafiq menggelengkan kepalanya dan melihat Kinan yang selalu menempel disamping Navysah .
" Iya, aku juga heran padahal kasih sayang kami pada Kinan tidak berkurang tapi Kinan selalu betah disana padahal dirumah ada adiknya sendiri,tapi dia lebih menempel padamu. Nanti jika dewasa nikahkan saja dengan Raffa. Dia selalu mengekori anakmu kemanapun" Ifa terkekeh dan mengingat anaknya selalu merengek pada Raffa untuk menuruti semua keinginannya dan selalu mengikuti Raffa di sekolah manapun.
Davian memutar bola matanya malas "Masih kecil tidak usah memikirkan perjodohan, biarkan anak - anak memilih sendiri mana jodoh yang terbaik untuknya.Walaupun nantinya mereka tidak berjodoh, Kinan sudah kuanggap anakku sendiri" tegasnya.
"Betul, apa yang dikatakan Davian. Masih jauh memikirkan hal itu, bagiku Kinan bisa tumbuh jadi anak yang baik itu sudah cukup. Aku ingin dia fokus belajar dan bercita - cita menjadi dokter seperti kita fa" Shafiq membenarkan perkataan temannya.
"Aku kan cuma bercanda kenapa kalian sangat serius!, Cari lelaki yang baik di masa depan akan sulit. Aku hanya ingin anakku mendapatkan suami yang baik dan menjadi keluarga bahagia. Aku tidak ingin anakku salah menikah " gerutu Ifa.
"Sudahlah, jangan berantem kayak anak kecil !" Navysah menghentikan obrolan dan mengganti topik lainnya hingga bersenda gurau.
"Ya sudah kami pulang dulu ya Shaf, takut si bocil nangis kejer" ucap Navysah. "Kinan bobo ya sudah malam, besok sekolah lagi sama Raffa. Mama pulang dulu" Navysah memeluk Kinan dengan penuh kasih sayang dan menciumi pucuk rambutnya.
"Iya mah" balasnya
"Oiya Navysah, berapa uang yang tadi Kinan pakai. Dia juga dapat baju baru darimu. Nanti aku transfer, jangan gratisan terus aku malu denganmu" Shafiq akan menekan nomor pada M-banking nya.
"Seratus juta!" Navysah sengaja meledek Shafiq dan terkekeh. " Berani transfer aku cium dirimu" ledeknya kembali , namun sepasang mata melirik tajam kearahnya dan Shafiq melihat hal itu.
"Wow...!! Mau dong dicium, Yaudahlah saya ikhlas dan senang hati menerimanya. Aku langsung transfer seratus juta biar dapat bonus darimu, hahahaha" dirinya sengaja tertawa keras untuk memancing siluman harimau didekatnya.
"Oh, mau dicium Navysah?! Langkahi dulu mayat Davian!" Ifa pun tak mau kalah menimpali perkataan suaminya. Dalam hatinya merasa ingin tertawa keras.
"Enak aja mayatku!, aku belum mau mati. Anak - anakku masih kecil! " jiwa ketus Davian kembali lagi. "Dan jika ada pria yang mencium istriku awas aja aku hajar dia habis-habisan!" ancamnya. Entah mengapa jika menyangkut istrinya dia tidak bisa bercanda, rasa cemburunya masih seperti yang dulu walaupun sekarang sudah memiliki lima anak.
"Ayo kita pulang!" ajaknya sembari menggandeng istrinya dengan erat dan menggendong Raffa yang tertidur.
"Assalamualaikum"
"Walaikumm salam"
" Dasar gila Davian!, masih saja cemburu padaku, aku kan cuma bercanda.Siapa juga yang mau mencium istri orang lain kalau istriku secantik ini" Shafiq merangkul pinggang istrinya. " Paling pulang dari sini ada perang Irak dan Iran, hahahaha" Shafiq tertawa keras.
Ifa mencubit pinggang suaminya "Ada Kinan dan Ibu , malu tahu" bisiknya. "Kamu dan Navysah juga, kalau bercanda nggak kenal tempat sudah tahu Davian modelnya begitu kamu bercandain"
"Sesekali boleh kali bangunin harimau ketus itu" Shafiq
* **
Di sepanjang jalan Davian selalu diam, tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya. Navysah melirik suaminya dan menghela nafas kasarnya. "Maaf, tadi cuma bercanda sama Shafiq. Jangan cemberut gitu napa sih, Mas masih cemburu sama Shafiq?"
Davian hanya diam tidak membalas pertanyaan istrinya hingga mobilnya masuk ke garasi rumah. Navysah bergegas masuk ke dalam rumah dan melihat anak - anaknya. Dirinya malas melihat Davian yang mendiamkan dirinya sejak tadi." Aku sudah minta maaf tapi dia selalu cuek. Bodo amatlah!" sembari memencet tombol lift ke lantai dua. Dirinya melihat Inka yang masih bermain boneka dan robot bersama Alif dan mbak Nita. Ketika melihat ibunya datang Inka langsung menangis kembali.
"Mah.. Mah.." rengeknya dan berjalan kearah ibunya.
"Iya, ini mama sudah datang. Tadi nyariin mama ya?" dirinya menghujani anaknya dengan banyak ciuman. "Alif kok belum bobo, kenapa sayang?" dirinya memeluk Alif dan menciumi juga.
"Alif elum ngantuk, tadi Fafa cama Kaka nangis kelas mah. Belicik" gerutunya.
"Iya bu, tadi Fafa sama Inka nangis terus nyariin ibu. Kini Fafa dan Inha sudah duluan tidur bareng mbak Siti, tinggal si bocil ini " Mbak Nita sembari membereskan mainan anak-anak.
"Makasih ya mbak sudah nemenin anak - anak. Tolong cuci kaki Alif dulu sehabis itu mba istirahat biar anak - anak tidur dengan saya"
"Baik bu" . Dan Alif menurut membersihkan kakinya bersama mbak Nita.
Navysah masuk dan melihat mbak Siti yang kelelahan menjaga anak - anak.
"Mbak tidur dikamar mbak saja, biar bocil sama saya dan bapak" perintahnya.
"Baik bu, saya permisi dulu"
Navysah menidurkan Inka di sampingnya "Sini nen dulu biar Inka cepet bobo" Navysah mengASIhi anaknya hingga bocil tertidur dengan pulas.Alif, Davian yang sedang menggendong Raffa pun masuk ke dalam kamar yang cukup besar dengan tiga springbed lantai berukuran besar yang dijadikan satu. Dirinya sengaja membuat satu kamar All in one untuk tidur bersama dengan semua anaknya. Sesekali mereka tidur di kamarnya sendiri.
Davian merebahkan anak-anaknya untuk tidur dan memberi Alif sebotol susu, ritual wajib sebelum tidur.
"Mas, tolong cek termosnya masih penuh nggak dan susu bubuknya coba dicek?" Navysah menunjuk termos yang berada di meja, takut nanti malam Khaffa akan menangis karena meminta susu botol.
Davian beranjak dan mengecek isi termos dan susu dalam kaleng. "Aman" dirinya masuk ke dalam selimut bersama anaknya.
"Kalau yang ini kamu nggak mau ngecek? Navysah melihat kearah bawah dan melirik Inka yang sedang nen.
" Nggak usah mancing - mancing, kalau aku khilaf kulibas juga kamu disini!" dirinya memeluk Alif dan memejamkan mata agar tidak tergoda gunungan sumber kehidupan anak - anaknya.
* **
Jangan lupa like, Vote and comment. Matursuwun All reader. Love you 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments