"Ayah...!!!" teriak mereka bersamaan.
Davian baru saja keluar dari mobilnya dan teriakan dari anak - anaknya yang sedang bermain di teras bagaikan suara yang indah yang selalu didengarnya setiap hari. Mereka selalu berlari dan berebut ayahnya ingin digendong.
" Salim dulu Nak sama Ayah" perintah Navysah yang kebetulan sedang bercakap - cakap dengan ustadzah Lisna di teras. Dirinya melihat Inha yang sudah digendong Davian dan satu persatu anak - anak mencium tangan Ayahnya dengan tertib.
"Ini kuenya bu, tadi saya buat cake. Terima kasih ya sudah sabar mengajari anak saya mengaji. Maaf mereka sangat aktif" Navysah menyodorkan cake yang baru dibuatnya bersama Kinan.
"Wah..., ndak usah repot - repot bu Navysah,saya jadi tidak enak sendiri ibu sering memberi saya makanan. Untuk anak-anak saya tidak ambil pusing bu, mereka memang aktif tapi saya tahu Khalif dan Khaffa anak yang cerdas, mereka bisa mengikuti apa yang saya ajarkan. Kalau Raffa tidak usah ditanya lagi, dua jempol untuknya. Semoga mereka selalu menjadi anak - anak sholeh ya bu "
" Aamiin..., ini bu kue nya buat ngemil adek Rara di rumah "
" Matursuwun bu Navy"
Davian menghampiri istrinya dan ustadzah Lisna." Assalamualaikum, bu ustadzah mau pulang ya? "
" Walaikumm salam " balas mereka bersamaan dan Navysah mencium tangan suaminya dan mengambil tas kerjanya.
" Iya pak, ini baru kelar mengaji. Tadi cerita nabi dulu sama anak-anak. Kalau begitu saya permisi dulu pak Davian, bu Navysah. Assalamualaikum "
" Walaikumm salam " bu ustadzah meninggalkan rumah kediaman mereka menggunakan sepeda motor tuanya.
"Ayo Alif, taruh sepatu Ayah di rak seperti biasa. Jangan diacak - acak ya tempatnya" perintah Davian. Alif menganggukan kepalanya dan membawa sepatu Ayahnya ke dalam rak.
"Fafa..?" dirinya menepuk dadanya ingin meminta pekerjaan ringan seperti kembarannya.
"Oh Fafa mau bantuin Ayah? Yaudah bawain tas Ayah kedalam ini" Davian mengambil tas kerjanya dari tangan Navysah dan memberikan pada anaknya.
"Beyat yah..." ucapnya sembari berlari ke dalam, menyeret tas kerja Ayahnya dan meletakkan di depan tv.
"Pinter-pinter banget anak Ayah, sini ayah cium, Cup, Cup, cup, cup, cup" Davian menciumi semua anaknya dan terkekeh melihat kelakuan anak - anaknya yang selalu ingin membantu setelah seharian bekerja. "Kinan sini Nak" perintahnya. Dirinya melihat Kinan yang hanya diam mematung melihat keakraban keluarganya. Kinan menghampiri Davian dan duduk di sisinya.
"Cup" Davian mencium keningnya layaknya anak sendiri. " Tadi ngaji nggak sama mas Raffa?" tanyanya
"Ngaji Om" jawabnya. "Eh, Ayah" Kinan masih sedikit takut dengan Davian. Terkadang wajah Davian tidak bersahabat dan jarang tertawa sehingga Kinan merasa kurang nyaman jika memanggil Ayah. "Yang pintar ya Nak ngajinya biar jadi anak sholeha" Davian mengelus rambut Kinan dan mendapat anggukan darinya "Iya, Ayah"
Raffa bergelayut di lengan ayahnya dan membisikan sesuatu di telinga Ayahnya agar adik - adiknya tidak mendengar apa yang diucapkanya. "Oke, nanti malam nungguin adik masuk kamar ya sayang" dan Raffa pun menggangguk.
Inka yang belum digendong Ayahnya merasa iri dan selalu menangis. " Yah.., yah.." dirinya merentangkan tangannya
"Yaudah sini Ayah gendong" dirinya menggendong Inha di kanan dan Inka di kiri sembari berputar dan kedua anaknya tertawa lepas.
Navysah menghampiri membawakan secangkir kopi hitam tanpa gula dan kue buatannya. "Minum dulu mas, pasti capek. Sini Inka, Inha sama mama"
Davian duduk lesehan di depan tv bersama semua anaknya sembari menyesap kopi. "Tadi Raffa bilang mau beli buku di M, maghrib, nunggu anak sapi masuk kandang" ucapnya. Setiap kali mereka ingin pergi keluar Davian dan Navysah selalu menggunakan kalimat kode agar Khalif dan Khaffa tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Iya, sama Kinan nanti. Nggak bisa lama si anak sapi kiri rewel kalau nggak ada induknya. Apa mau dibawa saja satu?" Navysah melirik Inka yang sedang bermain di sisi ayahnya.
"Jangan!, Aku mau quality time. Sudah lama kita nggak jalan berdua. Biarkan si anak sapi sama mbak kali ini" ucapnya sembari mengerlingkan matanya.
"Nggak usah genit..!, malu sama umur, ekor udah lima" gerutu Navysah
"Pumpung ada kesempatan jalan, si bocil di amankan dulu" bisiknya.
Navysah memutar bola matanya malas "Mau makan dulu atau mandi dulu?"
"Mandi dulu"
"Yaudah aku siapkan air hangat dan bajunya" dirinya bergegas ke lantai dua membawa Inha di gendonganya.
***
Selepas maghrib Navysah, Davian, Kinan dan Raffa pergi ke Mall terdekat untuk membeli buku pelajaran. Mereka harus mengendap-endap dan kucing - kucingan dengan si double twins. Dan bergegas ke toko buku dan mencari apa yang dibutuhkan.
"Ayo Raff, buku apa yang mau dibeli?" tanya Navysah sembari memilih buku yang dibutuhkan anaknya.
Raffa dan Kinan memilih - milih buku. " Buku paket matematik mah" ujarnya.
"Yang ini bukan?" Navysah menyodorkan buku yang cukup tebal kearah anaknya.
"Iya ini mah" Raffa membaca sampul depan dan membuka tiap lembar buku tersebut.
"Oke, ambil dua sama Kinan. Terus apalagi yang mau dibeli?" Navysah berjalan ke arah rak buku cerita, dirinya memilih beberapa buku disana. Davian menghampiri istrinya dan membawa beberapa tas punggung boneka. "Sayang, aku ambil ini dua untuk Kaka dan Haha. Mereka pasti senang dengan tas bulu ini" Davian memperlihatkan tas bulu berwarna pink berbentuk gajah dan warna hijau bergambar keropi. Dirinya mengingat Kaka dan Haha selalu antusias melihat Raffa yang setiap hari bersekolah, si Haha yang selalu menyeret tas Raffa kesana kemari dan berakhir menangis karena berebut tas dengan Inka.
Navysah menggerakkan tas ke tangan yang satu dengan tangan yang lain "Okelah, ini tidak berat untuk mereka bawa masih aman. Mereka pasti senang. Mas belikan juga untuk Alif dan Fafa, tas punggung kecil yang ringan biar mereka tidak iri" pinta Navysah
"Baiklah" Davian segera kembali ke area tas dan memilih untuk anaknya. " Yang ini warna hitam gambar mobil - mobilan dan yang satu warna biru gambar robot" Davian menunjukkan tas pilihannya pada Navysah.
"Good job suamiku yang paling tampan" bisik Navysah ditelinganya. Davian tersenyum mendengar pujian dari istrinya yang jarang sekali terlontar dari mulutnya. "Jangan memancing imanku, nanti saja dirumah kita bisa bebas" bisiknya di telinga Navysah dengan senyuman mesumnya.
"Idiiihhh..!, siapa juga yang merayu kamu. Aku sudah capek ya dari pagi sama bocil nggak ada gitu - gituan" sembari mendelik kearah suaminya.dan hanya dibalas senyuman dari Davian. "Kamu beli apa sayang?"
Navysah menunjukkan satu buku yang cukup tebal "Ini buku cerita untuk anak - anak, dan ini beberapa buku mewarnai untuk Alif dan Fafa.
Raffa dan Kinan menghampiri ibunya"Mah, Raffa mau ini " dirinya menunjukkan satu pack pensil warna komplit yang berisi dua puluh empat warna dan pensil 2B,4B dan buku gambar besar.
" Oke, kamu mau beli tas nggak sayang "tanya Navysah.
" Nggak mah, tas Raffa masih bagus sudah ada dua dirumah "
" Kinan beli apa? "
" Kinan beli tempat pensil ini mah lucu bentuknya, sama tas berwarna pink bergambar barbie. Boleh mah? "tanyanya
" Boleh dong"
"Asyik...!! Makasih mah" dirinya memeluk Navysah dengan erat. Dan terlihat Raffa tidak suka melihat pemandangan di depannya. Dirinya memeluk ibunya juga dari samping.
Davian berisik di telinga istrinya " Sayang, anak sapi sulung ini cemburu pada Kinan. Lihat saja mukanya udah kayak kuburan angker"
Navysah melirik anaknya dan memeluknya dengan erat "Raffa, mau beli cat air sama kanvasnya nggak? Coba nanti gambar di media lain pasti gambar Raffa lebih bagus lagi" Navysah merayu anaknya agar tidak cemberut, dirinya tahu Raffa suka menggambar dan jikalau anaknya iri dengan Kinan itu wajar, terkadang Raffa harus berbagi kasih sayang dengan keempat adiknya ditambah Kinan lagi.
"Beneran boleh mah..!" jawabnya antusias, dirinya senang ibunya selalu mendukung apapun yang ingin dia lakukan.
"Boleh dong, asal itu kegiatan positif. Mama senang Raffa pinter menggambar". Raffa bergegas mengambil beberapa kuas, cat air, palet, kanvas. Davian membantu anaknya memilih beberapa perlengkapan dan membawanya kedalaman keranjang.
"Sudah semua mah, Ayah yang pilih untuk Raffa tadi" ucapnya dengan senang.
"Ayo, kita ke arah sana biar Ayah yang antri di kasir"Navysah menggandeng keduanya ke area luar toko sedangkan Davian membayar semua tagihannya. Terlihat dari jauh mbak kasir senyum - senyum dengan suaminya, entah apa yang mereka bicarakan hingga Navysah mengenyit heran. Dan setelah pembayaran selesai sang kasir sempat berfoto dengan suaminya.
"Enak ya foto bareng dengan beberapa gadis muda nan cantik. Laris bener...?!!" sindir Navysah pura-pura manyun.
"Tadi mbaknya tanya, Davian Ahmad ya.Tampan banget, padahal sudah punya anak lima tapi nggak kelihatan menua. Boleh dong foto sebentar buat kenang - kenangan" dirinya menjelaskan apa yang terjadi pada istrinya.
"Iya kamu tidak menua, tapi aku yang menua karena dirumah terus sama anak-anak" salaknya dan cemberut.
"Nggak sayang, kamu tetap cantik dan langsing walaupun sudah punya ekor lima tetap saja badannya segini nggak melar,malah ini kurusan" Davian merengkuh pinggang istrinya. "Kamu makan yang banyak ya" dirinya mengucapkan hal yang baik agar Navysah tidak ngambek dan tidak berakibat fatal untuk keamanan stabilitas juniornya. Dirinya sebenarnya heran padahal istrinya selalu makan banyak, jika si double kembar makan tidak habis pasti Navysah yang akan memakan sisanya, namun tidak tahu entah kemana lemak tubuh istrinya pergi.
" Mendingan aku mengalah saja yang penting perutku kenyang, bawah tenang daripada dia merajuk, habis sudah duniaku, yang ada kacau balau" gumamnya dalam hati.
"Ayo kita makan dulu sayang" Mereka masuk ke area food court dan memesan beberapa makanan. "Mah, nanti ke tim*zone ya main sebentar. Kinan ingin kesana, sudah lama tidak bermain. Ayah Shafiq dan mama Ifa sibuk" pintanya
"Oke, tapi sebentar saja ya habis itu kita pulang. Nanti adek dirumah nangis kelamaan kita keluar. Nanti mama anterin Kinan pulang, besok kan sekolah"
"Iya mah"
Setelah bermain sebentar mereka pulang mengantar Kinan kembali ke rumahnya. Navysah mendapat telepon kalau si Inka menangis mencari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Lili Astuti
nyimak dulu
2021-08-02
0