Rumah Insha

Insha berjalan menuju kamar mandi, pintu kamar mandi terbuka tetapi ada bayangan seorang di dalamnya.

Kak Salma pasti masih berada di musolla, ayah pun sedang sholat di kamar, lalu

siapa di kamar mandi ? mas Han..

Insha pun terdiam mematung jauh beberapa meter dari pintu

kamar mandi

, apa yang di lakukan

mas Han di dalam sana, kenapa pintunya tetap terbuka.. dalam hati Insha

bergumam, ia ingin melihat apa yang di lakukan suaminya disana, tapi ia juga

malu.

Apa aku harus

memanggilnya dulu, atau aku lihat saja langsung ke dalam, ahh tidak-tidak nanti

kalau mas Han tidak pakai baju harus bagaimana aku?

Langkah Insha maju kemudian ia mundur lagi sampai beberapa

kali karna kebingungan apa yang harus ia lakukan. Insha pun memutuskan untuk

kembali ke dalam kamar untuk menunggu Hanafi selesai, tetapi baru saja ia

selanhkah mundur menjauhi  kamar mandi

‘’Insha ini..’’

Hanafi sudah memanggilnya,Insha pun terdiam ingin

membalikkan badan ia takut kalau-kalau suaminya itu tak memakai baju.

Jantungnya berdebar lidahnya seperti kaku ingin menjawab panggilan itu. Dengan

perlahan ia pun menoleh ke arah Hanafi menundukkan kepala, terlihat jelas wajah

merah merona Insha, ia juga sedikit memejamkan matanya.

‘’Insha ini..dimana airnya?’’ melihat Istrinya tak menjawab

dan juga menundukkan kepala dengan wajah bersemu merah itu seakan Hanafi

mengerti apa yang ada di fikiran istrinya itu.Hanafi tergelak kecil dan

berjalan mendekati insha.

‘’Sayang, aku tanya dimana airnya kenapa kau diam

saja’’sambil memegang lembut dan mengangkat dagu Insha, terlihat wajah Hanafi

yang tampan dengan senyum manisnya.

‘’eeh anu mas, itu..iya saya akan mengisinya’’ hati Insha

makin berdebar mendengar panggilan Hanafi padanya, juga karna sentuhan di dagu

Insha yang membuat ia bisa melihat jelas wajah tampan suaminya yang semakin

membuatnya tak bisa berkata-kata.

‘’Dimana tombol airnya Insha’’

‘’Tombol air apa mas?’’

‘’Ya ini buat mengisi air, dimana beri tahu aku, biar aku

yang memencetnya’’kepala Hanafi menoleh kesana kemari berharap menemukannya

sendiri.

Insha belum sempat menjawab ia sudah tertawa geli melihat

perilaku suaminya ‘’saya yang akan mengisi airnya mas, mas Han duduk saja

didapur sebentar ya,’’ Insha pun beranjak membuka pintu belakang dan menuju

keluar rumah dengan tawanya yang masih melekat di wajah manisnya.

Begitu pintu di buka hawa dingin langsung menyeruak masuk,

tubuh hanafi yang semula terdiam melihat Insha berusaha menyilangkan tangan di

dadanya secepat kilat karna merasakan hembusan angin yang dingin itu.

‘’Insha kau mau kemana, diluar sangat dingin kembalilah’’

tak mendapat jawaban Hanafi mengikuti langkah Insha keluar dan melihat suasana

yang sudah mulai gelap. Ia mendapati istrinya dengan penerangan seadanya di

depan sebuah sumur yang cukup besar dan sedang memegang tali untuk menarik air.

‘’Apa yang kau lakukan Insha, cepatlah masuk disini dingin

sekali’’

‘’Saya sedang mengisi air mas Han,disini tidak ada pemancar

air jadi harus mengambil air dari sumur seperti ini’’ Insha memandangi wajah

suaminya dengan tersenyum.

‘’Mas Han masuk saja, disini memang dingin saya sudah biasa

melakukannya’’

‘’apaa...apa kamu melakukan ini setiap hari’’Hanafi mendekat

masih dengan tangannya yang menyilang di dada. Membuat Insha semakin tergelak

melihat tingkah suaminya seperti anak kecil yang kedinginan.

‘’iya mas, sudah mas Han masuk saja tunggu di kamar

mandi  sebentar lagi airnya juga penuh’’

‘’Kalau begini saja aku juga bisa, mana aku saja yang akan

mengisinya,’’ Hanafi berusaha merebut tali yabf ada di tangan Insha dan mulai

menarik air.

‘’Berat juga ya..apa tidak ada cara lain untuk mengambil air

di sumur ini, kenapa tidak memakai PDAM saja sih, kenapa harus berjuang seberat

ini buat mendapatkan air, berapa kali kamu menarik air disini dalam sehari ‘’

Hanafi bertanya pada Insha sambil nafasnya terengah-engah.

‘’Kan sudah saya bilang saya saja mas yang menarik airnya,

tentu berat kalau mas Han belum terbiasa. Ya setiap airnya habis saya akan

mengisinya, sehari bisa berkali-kali  tidak pasti.’’

‘’Lebih baik uangnya dibuat untuk makan setiap hari mas daripada

saya harus membayar air perbulannya yang tentunya tidak murah’’ jawab Insha

sambil beranjak ke dalam melihat air di kamar mandi yang sudah mulai penuh

Hanafi yang merasa bersalah bertanya seperti itu kepada

istrinya ia terdiam. Memikirkan keluarga istrinya setiap hari harus menarik air

seperti ini yang tentu tidak mudah baginya apa lagi bagi seorang perempuan

seperti Insha.

Maafkan saya Insha,

saya menyesal tidak mengenalmu dari dulu dan harus membiarkanmu hidup seperti

ini. Saya akan mengurusnya besok, mulai besok tidak ada orang yang akan menarik

air di sumur ini lagi. Gumam Hanafi didalam lamunannya.

‘’Sudah cukup mas Han, airnya sudah penuh’’ teriak Insha

dari dalam kamar mandi

‘’Oh iya..tinggal satu lagi Insha’’

Hanafi pun masuk kedalam rumah dan mengunci pintu belakang

seperti semula. Setelah itu Insha dan Hanafi bergantian mengambil air wudlu dan

melakukan sholat magrib. Sedikit terburu-buru karna waktu magrib segera

berakhir. Itu karna terlalu lama Hanafi menarik air tadi. Belum sempat makan malam

adzan isya’ sudah berkumandang, Hanafi pun segera menunaikan sholat isya’ juga

sebelum beranjak meninggalkan kamarnya.

Kamar yang di tempati Insha pun tak terlalu luas hanya

berukuran 3x3 meter di sudut ruangan terdapat lemari berukuran sedang, di

sebelahnya ada sebuah meja kecil tempat beberapa bedak Insha tergeletak disana

juga tempat tidur yang mungkin cukup sempit untuk 2 orang dewasa. Ruangan

dikamarnya menyisakan sedikit celah untuk melaksanakan sholat. Dirumahnya tak

ada tempat khusus untuk melakukan sholat. Sebenarnya Hanafi pun ingin mengajak

istrinya untuk sholat berjamaah yang pertama kalinya, tapi melihat keadaan

disana Hanafi mengurungkan niatnya.

Setelah melakukan sholat isya’ di kamar Salma Insha beranjak

untuk segera menyiapkan makan malam di dapur. Salma pun baru terlihat pulang

dari musolla dengan mengenakan mukenahnya.

‘’Ayo kak cepat taruh mukenaknya kita makan malam bersama’’

‘’ iya In..sebentar ya kamu duluan saja, aku akan memanggil

bapak juga’’

‘’Iya kak, aku akan mengajak mas Hanafi juga untuk makan’’

Insha berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan

kamar Salma. Terlihat Hanafi telah selesai dengan sholatnya dan sedang memegang

ponselnya mengetikkan sesuatu disana. Yang tentu Insha tidak tahu Hanafi sedang

berhubungan dengan siapa.

‘’Mas Han’’

‘’Iya sayang’’Hanafi menoleh secepat kilat dan tersenyum

manis, masih dengan mengenakan baju yang ia kenakan untuk sholat tadi dan juga

sarung yang masih menempel pada kakinya.

‘’Ayo kita makan dulu mas,bersama kak Salma dan ayah juga’’

‘’Oh iya, kamu duluan ya, aku mau ganti baju dulu, setelah

itu aku kesana’’

Insha mengangguk faham dan meninggalkan Hanafi  menuju dapur dengan jantung yang masih

berdebar mendengar panggilan sayang dari Hanafi tadi.Hanafi pun segera mengganti baju dan berjalan menuju dapur. Disana sudah terlihat mertuanya, Salma dan juga Insha duduk menunggunya.

''Sini le, kita makan dulu'' Sambut ayah Insha sambil menunjuk kursi di sampingnya.

''Iya pak, maaf sudah menunggu lama'' jawab Hanafi sambil duduk di kursi.

Insha pun mengambil piring yang telah diisi nasi lengkap dengan lauk pauknya, dan juga Salma telah asyik dengan makanannya sendiri. Meja di dapur itu cukup kecil untuk ukuran 4 orang disana. Di tambah lagi dengan lauk pauk yang cukup banyak, yang telah di masak oleh para pembantu Hanafi sore tadi, membuat meja itu semakin sempit dengan menyisakan sedikit celah di pinggir meja untuk makan. Mereka menyantap makanan dan berbincang-bincang, dalam beberapa menit Hanafi sudah akrab dengan keluarga inti istrinya itu. Tidak di ragukan lagi itu karena Hanafi telah banyak berpengalaman dalam menghadapi banyak orang saat berbisnis. Membuatnya semakin pandai dalam mengambil hati siapa saja lawan bicaranya.

Makan malam telah usai, ayah dan juga Salma kembali ke dalam kamar untuk beristirahat. Menyisakan Hanafi dan juga Insha yang masih berada didapur. Insha mencuci piring yang telah di gunakan tadi, sedangkan Hanafi membantu Insha membereskan makanan yang masih tersisa di meja. Malam pun semakin larut Hanafi beranjak menuju kamar begitu pun Insha yang berada di belakangnya, ia sedikit berjalan tertinggal karena ia masih mematikan lampu di dapur. Hanafi pun sudah terlihat memasuki kamarnya Insha berjalan perlahan mengikutinya.

 

Bersambung...

Episodes
1 pengenalan karakter
2 pernikahan part 1
3 Pernikahan part 2
4 Pernikahan part 3
5 Rumah Insha
6 Tidur bersama
7 Rumah sakit
8 Rumah sakit ( part 2 )
9 Rumah sakit ( part 3)
10 Baju baru
11 Restoran
12 Makanan kesukaan
13 Renovasi rumah
14 Rumah Utama
15 Makan siang
16 Masa lalu 3 pembantu
17 Malam pertama
18 Malam pertama ( part 2 )
19 Kerja yang tertunda
20 Apapun di beli
21 Sarapan untuk Hanafi
22 Hari pertama kerja
23 Hari yang membosankan
24 Pulang larut Malam
25 Pingsan
26 Pingsan ( part 2 )
27 Pingsan ( part 3 )
28 Cemburu
29 Di dalam kamar
30 Ponsel baru
31 Kriss
32 Pengawal pribadi
33 Masa lalu Kriss
34 Kamar mewah
35 Aktivitas yang tertunda
36 Villa tepi pantai
37 Tujuan ke negara X
38 Resepsi pernikahan
39 Alat test kehamilan
40 Garis satu
41 Kepulangan yang tiba-tiba
42 Alasan
43 Rumah sakit
44 Pulang
45 Makam ibu mertua
46 Kebenaran tentang Salma
47 Kebenaran tentang Salma ( Part 2 )
48 Kebenaran tentang Salma ( Part 3 )
49 Jadwal check up
50 ICU dadakan
51 Keinginan Ayah
52 Kekasih Salma
53 Perdebatan
54 Pernikahan kedua
55 Kedai ice cream
56 Pertengkaran
57 Makanan Andalan
58 Sholat bersama
59 Kepergian ayah
60 Kedatangan Pak Sun
61 Kue coklat lumer
62 Hujan Badai
63 Belajar mengemudi
64 Pulang lebih awal
65 Kejutan untuk Insha
66 Mobil baru
67 Nafkah untuk Salma
68 Belajar mengemudi
69 Sehari bersama Salma
70 Kemarahan Insha
71 Kemarahan Insha ( Part 2 )
72 Kemarahan Insha ( part 3 )
73 Mengurung diri
74 Tamu tak terduga
75 Pertengkaran
76 Kepergian Insha
77 Resto 99
78 Pelarian Insha
79 Informasi sang manager
80 Rekaman cctv
81 Kesibukan Kriss
82 Pak Sun
83 Villa puncak kota A
84 Tempat pelarian
85 Syarat dari Insha
86 Nomor tak di kenal
87 Prass
88 Bangkit kembali
89 Perkelahian
90 Kedatangan Prass
91 Keributan
92 Hilang tanpa kabar
93 Kabar mengejutkan
94 pengumuman
95 Malam terakhir Salma
96 Kebenaran tentang Insha
97 Kebenaran tentang Insha ( Part 2 )
98 Kondisi Salma
99 Flashback ( Part 1 )
100 Flashback ( Part 2 )
101 Flashback ( Part 3 )
102 Flashback ( part 4 )
103 Kemunculan Prass
104 Pemakaman Salma
105 Cinta yang hilang
106 Khanza
107 Gugatan cerai
108 Ending : Perceraian
109 Musim 2 Awal baru kehidupan Insha
110 Kedatangan Prass
111 Kedatangan Hanafi
112 Orangtua Prass
113 Rencana Orang Tua Prass
114 Insha dan pesantren
115 Masalah pada Khanza
116 Masalah yang tiada habisnya
117 Kabar tak terduga
118 Terpuruk
119 Teringat kembali
120 Penuturan Prass
121 Penuturan Prass ( part 2 )
122 Gedung Graha
123 Akan pergi
124 Bandara
125 Diary Salma
126 Rujuk
127 Wanita karir
128 Lelah
129 sakit
130 Rawat inap
131 1%
132 Suasana hati
133 USG
134 sup daging
135 Tingkah aneh
136 Pengakuan Hanafi
137 Pengakuan Hanafi ( part 2 )
138 kejahilan Insha
139 negara X
140 Air ketuban
141 Hafsah
142 Lagi dan lagi
143 Pengumuman
144 pengumuman
145 novel season 2 telah hadir
146 novel baru
147 "Kisah rumit Tamara sang wanita malam"
Episodes

Updated 147 Episodes

1
pengenalan karakter
2
pernikahan part 1
3
Pernikahan part 2
4
Pernikahan part 3
5
Rumah Insha
6
Tidur bersama
7
Rumah sakit
8
Rumah sakit ( part 2 )
9
Rumah sakit ( part 3)
10
Baju baru
11
Restoran
12
Makanan kesukaan
13
Renovasi rumah
14
Rumah Utama
15
Makan siang
16
Masa lalu 3 pembantu
17
Malam pertama
18
Malam pertama ( part 2 )
19
Kerja yang tertunda
20
Apapun di beli
21
Sarapan untuk Hanafi
22
Hari pertama kerja
23
Hari yang membosankan
24
Pulang larut Malam
25
Pingsan
26
Pingsan ( part 2 )
27
Pingsan ( part 3 )
28
Cemburu
29
Di dalam kamar
30
Ponsel baru
31
Kriss
32
Pengawal pribadi
33
Masa lalu Kriss
34
Kamar mewah
35
Aktivitas yang tertunda
36
Villa tepi pantai
37
Tujuan ke negara X
38
Resepsi pernikahan
39
Alat test kehamilan
40
Garis satu
41
Kepulangan yang tiba-tiba
42
Alasan
43
Rumah sakit
44
Pulang
45
Makam ibu mertua
46
Kebenaran tentang Salma
47
Kebenaran tentang Salma ( Part 2 )
48
Kebenaran tentang Salma ( Part 3 )
49
Jadwal check up
50
ICU dadakan
51
Keinginan Ayah
52
Kekasih Salma
53
Perdebatan
54
Pernikahan kedua
55
Kedai ice cream
56
Pertengkaran
57
Makanan Andalan
58
Sholat bersama
59
Kepergian ayah
60
Kedatangan Pak Sun
61
Kue coklat lumer
62
Hujan Badai
63
Belajar mengemudi
64
Pulang lebih awal
65
Kejutan untuk Insha
66
Mobil baru
67
Nafkah untuk Salma
68
Belajar mengemudi
69
Sehari bersama Salma
70
Kemarahan Insha
71
Kemarahan Insha ( Part 2 )
72
Kemarahan Insha ( part 3 )
73
Mengurung diri
74
Tamu tak terduga
75
Pertengkaran
76
Kepergian Insha
77
Resto 99
78
Pelarian Insha
79
Informasi sang manager
80
Rekaman cctv
81
Kesibukan Kriss
82
Pak Sun
83
Villa puncak kota A
84
Tempat pelarian
85
Syarat dari Insha
86
Nomor tak di kenal
87
Prass
88
Bangkit kembali
89
Perkelahian
90
Kedatangan Prass
91
Keributan
92
Hilang tanpa kabar
93
Kabar mengejutkan
94
pengumuman
95
Malam terakhir Salma
96
Kebenaran tentang Insha
97
Kebenaran tentang Insha ( Part 2 )
98
Kondisi Salma
99
Flashback ( Part 1 )
100
Flashback ( Part 2 )
101
Flashback ( Part 3 )
102
Flashback ( part 4 )
103
Kemunculan Prass
104
Pemakaman Salma
105
Cinta yang hilang
106
Khanza
107
Gugatan cerai
108
Ending : Perceraian
109
Musim 2 Awal baru kehidupan Insha
110
Kedatangan Prass
111
Kedatangan Hanafi
112
Orangtua Prass
113
Rencana Orang Tua Prass
114
Insha dan pesantren
115
Masalah pada Khanza
116
Masalah yang tiada habisnya
117
Kabar tak terduga
118
Terpuruk
119
Teringat kembali
120
Penuturan Prass
121
Penuturan Prass ( part 2 )
122
Gedung Graha
123
Akan pergi
124
Bandara
125
Diary Salma
126
Rujuk
127
Wanita karir
128
Lelah
129
sakit
130
Rawat inap
131
1%
132
Suasana hati
133
USG
134
sup daging
135
Tingkah aneh
136
Pengakuan Hanafi
137
Pengakuan Hanafi ( part 2 )
138
kejahilan Insha
139
negara X
140
Air ketuban
141
Hafsah
142
Lagi dan lagi
143
Pengumuman
144
pengumuman
145
novel season 2 telah hadir
146
novel baru
147
"Kisah rumit Tamara sang wanita malam"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!