pernikahan part 1

‘’Hanafi  Abqari Agam bin Handoko Abqari Agam saya nikahkan engkau dengan seorang wanita bernama

Insha Humairah binti Abdullah dengan mas kawin uang 5 juta rupiah, perhiasan emas seberat  25 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai.’’

‘’saya terima nikahnya Insha Humairah binti Abdullah dengan

mas kawin uang 5 juta rupiah,perhiasan emas seberat 25 gram dan seperangkat

alat sholat di bayar tunai’’dengan lantang dan tegas

Kedua saksi dari pihak keluarga Insha menganggukan kepala

sambil serentak bilang ‘’sahh’’. Riuh seluruh keluarga yang menghadiri

pernikahan Hanafi dan Insha juga mengatakan sahh sambil tersenyum lega.

Acara akad nikah berlangsung hikmat, semua berjalan lancar.

Pak penghulu melantunkan doa-doa untuk kedua mempelai keadaan nampak tenang dan

semua mengaminkan do'anya.

Hanafi memandangi istrinya yang ada di sampingnya, sedari

tadi Hanafi sama sekali tak melihat Insha, ia takut melihat istrinya dengan

kecantikannya hanya akan menghilangkan fokus nya pada akadnya hari ini.

Insha menoleh pada Hanafi, ia terlihat sangat cantik dengan

balutan kebaya warna putih yang panjang sampai kakinya, di bagian kakinya ia

memakai kain batik yang anggun pula. Wajahnya nampak berseri bahagia, polesan

makeupnya tidak berlebihan, ia memakai hijab putih dengan di selipkan rangkaian

bunga melati pada sisi kiri wajahnya yang membuatnya tampak semakin menawan. Di

tangannya yang lembut ia memakai henna warna kecoklatan dengan berbagai gambar

bunga yang indah memenuhi kedua tangannya, tak lupa terselipkan nama di tangan

kanannya ‘’Hanafi’’ dengan tulisan huruf arab yang indah.

Hanafi pun tak mau kalah, ia memakai jas hitamnya dengan

gagah, wajahnya yang sangat tampan bersemu merah saat melihat kecantikan

istrinya Insha. Di lehernya ia juga memakai rangkaian bunga melati yang membuat

wanginya semerbak memenuhi seluruh ruangan.

‘’Mas Han..’’ celetuk Insha lembut, yang membuat Hanafi

tersadar dalam kekagumannya akan kecantikan istrinya itu. Hanafi terlonjak dan

meraih tangan kanan Insha memakaikan cincin permata indah berwarna merah yang

di sambut sorak orang di sekitarnya juga kilatan cahaya kamera menyorot pada

keduanya seakan tak ingin kehilangan momen paling bahagia ini.

Kini Insha yang nampak gugup meraih tangan kanan hanafi, ia

tertunduk malu dan memakaikan cincin dengan aksen batu permata putih kecil di

tengah nya. Terselip senyum kecil di bibir merahnya, saat itu juga Insha

terlonjak kecil menyadari ada tangan yang lembut dan cukup dingin memegang

belakang lehernya menahannya untuk tidak bergerak. Ya.. itu tangan suaminya

yang perlahan juga memberikan kecupan lembut di keningnya. Wajah insha bersemu

merah malu sekaligus gugup yang ia rasakan.

Tangan siapa ini,mas Han..apa ada ini kenapa jantungku serasa mau meledak begini,tangan ku tiba-tiba

juga dingin, apa begini rasanya semua pengantin baru, huuffh... tenang Insha ..tenang

Insha tertunduk menggenggam jemarinya sendiri dan berusaha

menenangkan hatinya yang sudah tidak karuan rasanya. Tentu saja karna Insha tak

pernah kenal dekat seorang laki-laki sebelumnya, jangankan dekat untuk menjalin

hubungan, menatap laki-laki saja ia tak pernah. Ia takut menimbulkan dosa

nantinya, apalagi laki-laki yang bukan muhrimnya. Insha tinggal di lingkungan

pondok pesantren jadi waktunya setiap hari ia gunakan untuk merawat kebun

ayahnya juga membantu di pondok pesantren untuk sekedar mengajar membaca

Al-qur’an pada sore harinya, karna ia salah satu lulusan pondok terbaik jadi

sering kali di minta untuk membantu mengajar disana.

Perkenalannya dengan Hanafi pun tergolong singkat hanya 1

bulan mereka saling kenal dan dekat lalu 2 minggu kemudian sudah di langsungkan

pernikahan.

‘’Insha..’’

Dari belakang ada tangan menepuk pundaknya, Insha menoleh

menjabat tangan nya dan juga memeluknya.

‘’Selamat ya Insha, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah

warahmah, kau sangat beruntung Hanafi sangat tampan dan sangat menyayangimu,

bahagiakan dia Insha..’’kata Salma membisik di samping telinga Insha sambil

memeluknya.

‘’Terimaksih kak, maafkan aku’’ mata Insha berkaca-kaca.

Salma melepas pelukannya dan memandangi Insha ‘’ hei apa

yang kau lakukan, kau tak boleh menangis di hari bahagiamu ini, kenapa kau

meminta maaf padaku? ‘’

‘’Seharusnya aku menikah setelah kakak menikah bukan seperti

ini, maafkan aku..’’

‘’Insha jangan berkata seperti itu, kakak bahagia.. sungguh

bahagia melihat adik kakak yang manis ini menikah, apalagi dengan laki-laki

idaman seperti Hanafi..’’ terdiam sejenak memandangi Hanafi yang sedang

bersalaman juga kesana kemari dengan saudara dan keluarga Insha yang hadir.

‘’lihat dia, kakak yakin dia sangat menyayangimu dan juga

bisa menjadi imam yang baik untuk mu..sudah jangan khawatirkan kakak, kakak

baik-baik saja, kakak bahagia melihat mu bahagia..’’

‘’Lalu kapan kakak akan menyusulku menikah juga..’’ goda

Insha yang mulai terlihat cerah kembali

‘’nanti..’’ belum sempat Salma menjawab insha sudah

menyahutnya dengan nada gemas.

‘’nanti kapan ? dua tahun yang lalu ayah bertanya pada kakak

juga, itu yang kakak ucapkan..’’ jawab Insha cemberut dan kesal dengan jawaban

kakaknya. ‘’ aahh.. aku tau pasti menunggu kak Pras pulang kan..satu tahun lagi

kan pendidikannya di Kairo selesai kak..kakak bisa menikah setelahnya.’’

‘’ya..ya.. doakan saja semua selesai pada waktunya ya, biar

aku bisa segera sepertimu juga’’ jawab Salma dengan senyum menggoda adiknya.

‘’Sana temui bapak dulu’’

Insha segera beranjak dan berdiri sambil menunduk untuk

bersalaman pada ayahnya mengharapkan restu orangtua satu-satunya yang ia

miliki. Ibunya sudah meninggal saat Insha masih berusia 2 tahun,ayahnya sering

bercerita ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil bersamanya.Ayah, Salma dan

juga Insha berhasil selamat dari kecelakaan tersebut, sementara ibunya tak

dapat di selamatkan dan meninggal di tempat.

‘’restui Insha pak,..’’sambil menekuk lututnya menunduk pada

pangkuan ayahnya yang duduk di atas kursi.

Sudah 2 tahun ayahnya sering sakit-sakitan,ia mengidap

infeksi paru-paru yang membuatnya sesak nafas saat penyakitnya kambuh. Ayahnya

tak boleh terkena udara dingin, untuk duduk di lantai pun kadang bisa membuat

penyakitnya itu kambuh. Untuk itu ayahnya sengaja diberi tempat duduk di kursi

untuk menghindari hal tersebut.

‘’iya nduk, tentu bapak merestui mu, asalkan kamu bahagia

bapak juga ikut bahagia..semoga pernikahanmu ini sakinah mawaddah warahmah..’’

‘’maafkan Insha ya pak’’ nada suara Insha mulai merendah.

‘’sudah..sudah.. ini bukan waktunya untuk bersedih

nduk...apa yang kamu khawatirkan, sekarang kamu sudah menpunyai imam yang baik

untukmu..?’’

‘’maafkan Insha tak bisa menemani bapak lagi setiap malam,kalau

bapak tidak bisa tidur..’’

‘’Insha akan tetap tinggal disini pak kalau bapak inginkan..Insha

akan ijin pada mas Han..’’

‘’eeh..apa yang kamu katakan nduk, sekarang kamu adalah seorang

istri sudah sepatutnya kamu nurut pada kata suamimu, dia imam mu nduk, dia

panutanmu sekarang, bapak Cuma bisa merawatmu sampai saat ini,..lagian masih

ada kakakmu nduk yang menemani bapak disini’’membelai kepala insha seakan tak

percaya gadis kecil yang sedari dulu ia sayangi sudah tumbuh dewasa sekarang.

‘’nduk,kamu nurut sama mas Han ya, dia orang yang bijaksana

dan tegas, dia panutan yang baik buatmu, berjanjilah pada bapak jangan pernah

meninggalkan dan kecewakan suamimu nduk karna ridhonya adalah syurga untukmu

mulai sekarang’’

‘’iya pak Insha janji , tapi bapak juga harus janji ya,

bapak harus jaga kesehatan bapak meskipun Insha sudah tidak disini’’sambil

terisak insha memegang tangan ayahnya dan menciumnya lembut.

Di belakang pundaknya sudah ada tangan yang mengelusnya

lembut menenangkan, ya itu adalah tangan Hanafi dia juga berlutut di belakang

Insha untuk bergantian meminta restu ayah mertuanya. Insha sedikit menoleh dan

seakan paham dia segera mundur dan bergantian dengan Hanafi yang juga ingin

menemui ayahnya.

‘’Sini le..’’ tangan mertuanya sedikit melambai pada Hanafi

Hanafi berjalan pelan dengan lututnya mendekati ayah Insha.

Baru saja hanafi akan menunduk di lutut mertuanya, tapi mertuanya sudah meraih

pundak Hanafi dan menariknya mendekat untuk memeluknya hangat. Terdengar suara

mertuanya sedikit bergeming menahan air mata.

‘’Terimakasih le, kamu sudah bisa menerima Insha sebagai

istrimu dengan segala kekurangannya..’’

‘’Apa yang bapak katakan Insha wanita sempurna pak’’ jawab

Hanafi sambil menepuk-nepuk punggung mertuanya lembut.

‘’Semoga keluarga kalian sakinah mawaddah warahmah, maafkan

dia jika mungkin sifatnya sedikit kekanak-kanakkan nanti, semoga dia bisa

membahagiankanmu..’’Ayah insha melepas pelukannya dan menatap lekat wajah

Hanafi sambil memegang kedua pundaknya. ‘’Aku titip Insha ya le.. semoga kamu

bisa menyayangi dan menjaganya seperti bapak menyayangi dan menjaganya sejak

kecil, sekarang dia milikmu, bimbing dia selalu di jalan Allah bapak yakin kamu

imam yang baik dan tepat untuk anakku insha..’’

‘’Insya’allah pak saya akan menjaga amanah bapak dengan

baik, saya akan menjaga dan menyayangi Insha dengan tulus, semoga saya bisa

menjalankan amanah bapak sampai akhir hidup saya pak.’’

‘’Iya le bapak percaya sepenuhnya padamu’’ terselip senyum

yang tulus di wajah mertuanya yang mulai renta, ia memandangi wajah kedua

pengantin baru itu dengan penuh harap.

Kau beruntung nak

mendapatkan laki-laki yang baik seperti Hanafi, semoga pernikahan ini membawa

kebahagiaan untukmu Insha, putri kecil kesayangan bapak.

Insha dan Hanafi berjalan beriringan menjauh dari ayahnya,

mereka menemui  saudara dan juga

tamu-tamu yang hadir dengan senyum cerianya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Khayra

Khayra

ceritanya bagus

2022-03-11

1

Jabbar Jabir

Jabbar Jabir

Zhang San hadir menyapa kembali. semoga sukses karya nya.

2022-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 pengenalan karakter
2 pernikahan part 1
3 Pernikahan part 2
4 Pernikahan part 3
5 Rumah Insha
6 Tidur bersama
7 Rumah sakit
8 Rumah sakit ( part 2 )
9 Rumah sakit ( part 3)
10 Baju baru
11 Restoran
12 Makanan kesukaan
13 Renovasi rumah
14 Rumah Utama
15 Makan siang
16 Masa lalu 3 pembantu
17 Malam pertama
18 Malam pertama ( part 2 )
19 Kerja yang tertunda
20 Apapun di beli
21 Sarapan untuk Hanafi
22 Hari pertama kerja
23 Hari yang membosankan
24 Pulang larut Malam
25 Pingsan
26 Pingsan ( part 2 )
27 Pingsan ( part 3 )
28 Cemburu
29 Di dalam kamar
30 Ponsel baru
31 Kriss
32 Pengawal pribadi
33 Masa lalu Kriss
34 Kamar mewah
35 Aktivitas yang tertunda
36 Villa tepi pantai
37 Tujuan ke negara X
38 Resepsi pernikahan
39 Alat test kehamilan
40 Garis satu
41 Kepulangan yang tiba-tiba
42 Alasan
43 Rumah sakit
44 Pulang
45 Makam ibu mertua
46 Kebenaran tentang Salma
47 Kebenaran tentang Salma ( Part 2 )
48 Kebenaran tentang Salma ( Part 3 )
49 Jadwal check up
50 ICU dadakan
51 Keinginan Ayah
52 Kekasih Salma
53 Perdebatan
54 Pernikahan kedua
55 Kedai ice cream
56 Pertengkaran
57 Makanan Andalan
58 Sholat bersama
59 Kepergian ayah
60 Kedatangan Pak Sun
61 Kue coklat lumer
62 Hujan Badai
63 Belajar mengemudi
64 Pulang lebih awal
65 Kejutan untuk Insha
66 Mobil baru
67 Nafkah untuk Salma
68 Belajar mengemudi
69 Sehari bersama Salma
70 Kemarahan Insha
71 Kemarahan Insha ( Part 2 )
72 Kemarahan Insha ( part 3 )
73 Mengurung diri
74 Tamu tak terduga
75 Pertengkaran
76 Kepergian Insha
77 Resto 99
78 Pelarian Insha
79 Informasi sang manager
80 Rekaman cctv
81 Kesibukan Kriss
82 Pak Sun
83 Villa puncak kota A
84 Tempat pelarian
85 Syarat dari Insha
86 Nomor tak di kenal
87 Prass
88 Bangkit kembali
89 Perkelahian
90 Kedatangan Prass
91 Keributan
92 Hilang tanpa kabar
93 Kabar mengejutkan
94 pengumuman
95 Malam terakhir Salma
96 Kebenaran tentang Insha
97 Kebenaran tentang Insha ( Part 2 )
98 Kondisi Salma
99 Flashback ( Part 1 )
100 Flashback ( Part 2 )
101 Flashback ( Part 3 )
102 Flashback ( part 4 )
103 Kemunculan Prass
104 Pemakaman Salma
105 Cinta yang hilang
106 Khanza
107 Gugatan cerai
108 Ending : Perceraian
109 Musim 2 Awal baru kehidupan Insha
110 Kedatangan Prass
111 Kedatangan Hanafi
112 Orangtua Prass
113 Rencana Orang Tua Prass
114 Insha dan pesantren
115 Masalah pada Khanza
116 Masalah yang tiada habisnya
117 Kabar tak terduga
118 Terpuruk
119 Teringat kembali
120 Penuturan Prass
121 Penuturan Prass ( part 2 )
122 Gedung Graha
123 Akan pergi
124 Bandara
125 Diary Salma
126 Rujuk
127 Wanita karir
128 Lelah
129 sakit
130 Rawat inap
131 1%
132 Suasana hati
133 USG
134 sup daging
135 Tingkah aneh
136 Pengakuan Hanafi
137 Pengakuan Hanafi ( part 2 )
138 kejahilan Insha
139 negara X
140 Air ketuban
141 Hafsah
142 Lagi dan lagi
143 Pengumuman
144 pengumuman
145 novel season 2 telah hadir
146 novel baru
147 "Kisah rumit Tamara sang wanita malam"
Episodes

Updated 147 Episodes

1
pengenalan karakter
2
pernikahan part 1
3
Pernikahan part 2
4
Pernikahan part 3
5
Rumah Insha
6
Tidur bersama
7
Rumah sakit
8
Rumah sakit ( part 2 )
9
Rumah sakit ( part 3)
10
Baju baru
11
Restoran
12
Makanan kesukaan
13
Renovasi rumah
14
Rumah Utama
15
Makan siang
16
Masa lalu 3 pembantu
17
Malam pertama
18
Malam pertama ( part 2 )
19
Kerja yang tertunda
20
Apapun di beli
21
Sarapan untuk Hanafi
22
Hari pertama kerja
23
Hari yang membosankan
24
Pulang larut Malam
25
Pingsan
26
Pingsan ( part 2 )
27
Pingsan ( part 3 )
28
Cemburu
29
Di dalam kamar
30
Ponsel baru
31
Kriss
32
Pengawal pribadi
33
Masa lalu Kriss
34
Kamar mewah
35
Aktivitas yang tertunda
36
Villa tepi pantai
37
Tujuan ke negara X
38
Resepsi pernikahan
39
Alat test kehamilan
40
Garis satu
41
Kepulangan yang tiba-tiba
42
Alasan
43
Rumah sakit
44
Pulang
45
Makam ibu mertua
46
Kebenaran tentang Salma
47
Kebenaran tentang Salma ( Part 2 )
48
Kebenaran tentang Salma ( Part 3 )
49
Jadwal check up
50
ICU dadakan
51
Keinginan Ayah
52
Kekasih Salma
53
Perdebatan
54
Pernikahan kedua
55
Kedai ice cream
56
Pertengkaran
57
Makanan Andalan
58
Sholat bersama
59
Kepergian ayah
60
Kedatangan Pak Sun
61
Kue coklat lumer
62
Hujan Badai
63
Belajar mengemudi
64
Pulang lebih awal
65
Kejutan untuk Insha
66
Mobil baru
67
Nafkah untuk Salma
68
Belajar mengemudi
69
Sehari bersama Salma
70
Kemarahan Insha
71
Kemarahan Insha ( Part 2 )
72
Kemarahan Insha ( part 3 )
73
Mengurung diri
74
Tamu tak terduga
75
Pertengkaran
76
Kepergian Insha
77
Resto 99
78
Pelarian Insha
79
Informasi sang manager
80
Rekaman cctv
81
Kesibukan Kriss
82
Pak Sun
83
Villa puncak kota A
84
Tempat pelarian
85
Syarat dari Insha
86
Nomor tak di kenal
87
Prass
88
Bangkit kembali
89
Perkelahian
90
Kedatangan Prass
91
Keributan
92
Hilang tanpa kabar
93
Kabar mengejutkan
94
pengumuman
95
Malam terakhir Salma
96
Kebenaran tentang Insha
97
Kebenaran tentang Insha ( Part 2 )
98
Kondisi Salma
99
Flashback ( Part 1 )
100
Flashback ( Part 2 )
101
Flashback ( Part 3 )
102
Flashback ( part 4 )
103
Kemunculan Prass
104
Pemakaman Salma
105
Cinta yang hilang
106
Khanza
107
Gugatan cerai
108
Ending : Perceraian
109
Musim 2 Awal baru kehidupan Insha
110
Kedatangan Prass
111
Kedatangan Hanafi
112
Orangtua Prass
113
Rencana Orang Tua Prass
114
Insha dan pesantren
115
Masalah pada Khanza
116
Masalah yang tiada habisnya
117
Kabar tak terduga
118
Terpuruk
119
Teringat kembali
120
Penuturan Prass
121
Penuturan Prass ( part 2 )
122
Gedung Graha
123
Akan pergi
124
Bandara
125
Diary Salma
126
Rujuk
127
Wanita karir
128
Lelah
129
sakit
130
Rawat inap
131
1%
132
Suasana hati
133
USG
134
sup daging
135
Tingkah aneh
136
Pengakuan Hanafi
137
Pengakuan Hanafi ( part 2 )
138
kejahilan Insha
139
negara X
140
Air ketuban
141
Hafsah
142
Lagi dan lagi
143
Pengumuman
144
pengumuman
145
novel season 2 telah hadir
146
novel baru
147
"Kisah rumit Tamara sang wanita malam"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!