Malam kedua setelah pernikahan, dikamar Mayra. Ia sedang menemani Rio yang tengah asik menyedot air putih yang dikasih gula dari dot kesayangannya. Beberapa kali Rio menggoda Mayra yang hanya diam menatapnya.
Rio menepuk pantatnya sebagai tanda ia ingin Mayra menepuk pantatnya sebelum ia tidur. Mayra pun tersenyum kemudian menepuknya dengan sangat lembut hingga dot kesayangannya itu lepas dari bibirnya. Akhirnya Rio pun sudah terlelap di alam tidur. Sedangkan Mayra masih memikirkan perlakuan Tuan Zio kepada ia dan adiknya.
Tiba-tiba dari jauh terdengar suara teriakan yang meneriakan namanya,
"Mayra!"
Mayra bergegas bangun dan segera berlari menuju asal suara. Ternyata Tuan Zio memanggilnya.
"Iya, Tuan!" ujar Mayra gugup.
"Ikuti aku." Tuan Zio berjalan mendahului nya.
Mayra pun segera mengikuti langkah kaki Tuan Zio. Tuan Zio membawanya ke kamar, dan menyuruhnya untuk masuk.
"Pijat kan punggung ku, aku sangat lelah." katanya sambil melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer nya.
"Tapi, aku tidak bisa memijat, Tuan." Mayra tertunduk
"Terus, bisa mu apa?" lelaki itu duduk di tepi tempat tidur sambil menatap Mayra yang berdiri di depannya.
Mayra semakin menundukkan kepalanya.
"Mayra, kamu itu makan dan minum secara gratis dirumah ini. Apalagi kau tidak perlu membayar uang bulanan untuk sewa rumah. Jadi berbuat baik lah pada diriku yang menanggung beban dirimu dengan adik mu itu." ucapnya sambil menatap Mayra tanpa berkedip.
"Baiklah, Tuan. Akan saya coba memijat tubuh anda dan semoga anda senang." ujar Mayra.
"Begitu donk!" Tuan Mayra segera membaringkan tubuhnya dengan posisi telungkup.
Mayra mendekati lelaki itu dan mulai memijat punggungnya dengan sangat lembut.
"Mayra, apa kamu sudah punya pacar?" tanya Tuan Zio tanpa beban.
"Saya tidak pernah pacaran, Tuan." kata Mayra sambil terus memijit pundak lelaki itu.
"Malang sekali nasibmu." ucapnya
Mayra tidak menjawab, dia terus mencoba membuat dirinya berguna untuk Tuan yang sudah memberinya makan dan tempat tinggal itu.
"Kenapa tidak mencoba untuk berpacaran? Kan kamu bisa jalan-jalan, berpelukan, berciuman dan lain-lain." sambung Tuan Zio
Mayra membulatkan matanya,
"Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" Mayra sempat melirik wajahnya, memastikan lelaki itu tidak sedang mengigau.
Tiba-tiba lelaki itu membalikkan badannya dan berbaring sambil menatap wajah Mayra.
"Karena kamu itu sebenarnya cantik, Mayra. Coba sedikit saja kamu merias wajahmu. Pasti aura kecantikanmu akan keluar." ucapnya sambil membelai wajah cantik Mayra.
Mayra sempat memundurkan kepalanya, Tuan Zio malah tergelak melihat ekspresi Mayra.
"Lihat wajahmu, memerah! Kau pasti malu, kan?" katanya sambil menertawakan Mayra.
"Mayra, sebenarnya dimana keluarga ayah dan ibumu? Tidak mungkin kan, kedua orangtuamu itu tidak memiliki keluarga sama sekali." tanyanya sambil menatap lekat wajah Mayra yang tertunduk.
"Ayah dan ibuku sama-sama berasal dari panti asuhan, Tuan. Mereka juga tidak tahu, mereka masih punya keluarga atau tidak." Mayra meneteskan air matanya sambil mencengkeram rok yang sedang ia kenakan.
"Tiba-tiba Zio malah teringat akan orangtuanya yang berada dinegara berbeda dengannya.
"Sudah, sudah! Jangan menangis. Lebay deh! lanjutkan pijatan nya, aku masih belum puas." ucapnya seraya membalikkan badannya lagi.
Mayra pun kembali memijat lelaki itu.
"Oh ya, Mayra... Kamu masih perawan kan?" tanya lelaki aneh itu sambil melirik Mayra.
"I-iya Tuan...." ucap Mayra sambil menahan malu.
"Tuan ini bagaimana sih, pertanyaan kok aneh-aneh." batin Mayra.
"Wuih! Perawan kan, mahal." katanya tanpa tahu malu.
Tiba-tiba Mayra sesenggukan setelah mendengar perkataan lelaki itu. Mendengar ada suara sesenggukan, Tuan Zio menoleh kearah Mayra.
"Tuan tidak akan menjual ku, kan?" tanya Mayra
"Astaga! Apa yang kamu pikirkan? dasar gadis bodoh!" hardiknya.
"Tak apa jika aku dikatakan bodoh olehnya. Asal dia tidak berpikir menjual keperawanan ku saja, aku sudah sangat bahagia." batin Mayra.
"Sudahlah, sekarang kamu kembali saja ke kamarmu. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur." ucapnya sembari mendorong tubuh Mayra.
Mayra membungkuk hormat dan segera melangkahkan kakinya. Namun belum sampai di pintu kamar lelaki itu,
"Mayra, ingat! Aku tidak suka sama anak-anak! Jadi jangan biarkan adik mu berkeliaran dirumahku. Aku takut tidak bisa mengontrol emosi ku dan melakukan hal yang tidak aku inginkan. Dan jika itu terjadi, maka aku tidak akan bertanggungjawab." ucapnya sembari menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Baik, Tuan." jawab Mayra.
Setelah menutup pintu kamar lelaki itu, Mayra berjalan menuju kamarnya. Sesampainya dikamar, ternyata Rio terbangun dan menangis sesenggukan dikamar itu sendirian.
"Sayang, ini Kakak. Maaf, Kakak meninggalkan mu." Mayra memeluk Rio dan membaringkan tubuh adiknya sambil menepuk pantatnya lagi.
"Tidurlah Sayang, semoga esok adalah hari yang baik untuk kita." Mayra mengecup kening Rio yang sudah kembali ke alam tidurnya.
Keesokan harinya, Mayra sudah berkutat di dapur bersama Bi Inah sejak pagi-pagi buta. Mempersiapkan sarapan untuk sang baginda raja yang belum juga muncul dari persembunyiannya.
Tak berselang lama, sang baginda raja itupun muncul. Ia berjalan menuruni anak tangga sambil merapikan setelan jas nya yang belum tertutup sempurna.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan ia segera mengangkat panggilan itu. Mayra memperhatikan lelaki itu sambil meletakkan makanan keatas piring nya. Setelah selesai bicara ditelpon, Tuan zio menatap wajah Mayra dengan tatapan misteriusnya.
"Mayra, nanti siang bersiaplah. Aku akan menjemput mu." ucapnya sambil meraih sendok dan garpu.
Si kecil Rio tiba-tiba datang dan menghampiri Kakaknya sambil memeluk kakinya. Tuan Zio sempat melirik bocah cilik itu namun ia kembali fokus pada makanannya.
Rio memperhatikan buah apel yang ada di atas meja. Kemudian ia menengadah kearah Mayra sambil tersenyum dan memperlihatkan telapak tangannya kepada Mayra. Artinya adiknya itu ingin minta buah itu.
Dada Mayra bergetar, ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Tiba-tiba Tuan Zio mengambil buah itu dan menyerahkannya kepada Rio.
"Hei, ambil ini. Sekarang pergilah!" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.
"Terimakasih, Tuan." Mayra meraih Rio yang bahagia karena mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dan membawanya ke dapur menemui Bi Inah.
"Ibu dengar, Tuan akan menjemput mu nanti siang, benarkah itu?" tanya Bi Inah.
"Iya Bu. Tapi aku bingung, kemana aku harus menitipkan adikku ini. Tuan Zio pasti tidak mengizinkan aku mengajaknya. Dia kan tidak suka anak-anak." kata Mayra lirih
"Titip sama Ibu aja. Rio mau gak tinggal disini bersama Ibu?" tanya Bi Inah kepada Rio yang tengah asik memakan apel pemberian Tuan Zio.
Rio mengangguk sambil tersenyum.
"Bagus, anak yang pintar. Nanti Rio sama Ibu jalan-jalan di taman, dibelakang rumah, ya!" bujuk Bi Inah.
Rio pun bersemangat mendengar ucapan Bi Inah.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Aidah Djafar
suami Blang*sak 😠
2023-12-04
0
🌹🪴eiv🪴🌹
keasyikan baca lupa sapa author nya
aku disini 🤗
2023-02-01
1
Windha Winda
jngan kejam2 outhor.. kciang mayra
2022-12-27
0