"Kenapa kau tinggal di tempat seperti ini? apa mata mu buta? kenapa kau tidak melihat orang-orang di sini bisa membahayakan diri mu?" rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Edwin.
"Lalu aku harus tinggal di mana? aku bukan orang kaya yang bisa menyewa apartemen mahal." jawab Emily dengan santai nya.
"Jika kau mati di bunuh mereka bagaimana?"
"Bahkan jika aku mati sekalipun, tidak akan ada orang yang menangis ku...!" ucap wanita itu sedih.
Edwin menghentikan aktifitasnya, lelaki itu kembali duduk sejajar bersebelahan dengan Emily. "Jangan berkata seperti itu. Hidup harus tetap di jalani meski banyak rintangan yang menghadang mu."
Emily tertawa renyah, wanita itu bediri lalu menuangkan air minum ke gelas. "Untuk orang seperti mu sangat mudah berkata seperti itu, bagaimana dengan diri ku yang menjalani semua ini?"
Edwin terdiam, apa yang di katakan Emily ada benarnya juga. Selama ini ia tidak pernah mengalami hidup susah atau kekurangan uang.
"Siapa mereka, kenapa mereka selalu mengganggu mu?" tanya Edwin yang sebenarnya sudah tahu latar belakang Emily.
Emily menceritakan siapa Frans sebenarnya, mata nya berkaca-kaca kala mengingat perlakuan ayah tiri nya itu.
"Istirahatalah, aku akan kembali nanti." ucap Edwin berlalu begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari Emily.
Emily yang kesal namun apa mau di kata karena ia sendiri sedikit takut dengan Edwin. Wanita itu merebahkan diri di atas tempat tidur kecil nya, tubuh yang masih sakit membuat ia terlelap begitu saja.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Edwin datang dengan membawa banyak makan enak untuk Emily. Lelaki itu menatap wajah cantik Emily yang tergores memar akibat tamparan dari ayah tiri nya.
"Bagaimana dia bisa tidur di tempat seperti ini? panas!" ucap Edwin pelan.
Edwin kemudian membangunkan Emily untuk makan, namun bukan nya senang Emily malah terkejut bukan main, bahkan jantung nya berdegub sangat kencang dan dapat di lihat jika wajah Emily ketakutan.
"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Emily panik.
"Kalau tidur, jangan lupa kunci pintu. Untung saja aku yang masuk,jika ayah tiri mu itu yang masuk bagaimana?" ujar Edwin. "Makanlah, pasti kau belum makan sejak siang." perintah Edwin.
Dengan malu-malu Emily memakan makanan nya. Edwin yang melihat sikap Emily hanya bisa tersenyum tipis. Emily sangat berbeda, di saat wanita di luar sana berusaha mengejar nya dengan gaya anggun dan bermodalkan tubuh sexy nya namun Emily bersikap biasa saja bahkan terkadang gaya bicara nya pun seperti menentang.
"Jika kau mau, kau bisa tinggal di apartemen ku." tawar Edwin membuat Emily tersedak. Dengan cepat Edwin menyodorkan sebotol air mineral pada Emily.
"Tolong jangan bercanda, aku tidak suka itu...!"gumam Emily kesal.
"Aku serius,..."
Emily tertawa garing, "Apa kata semua orang jika aku yang rendahan ini tinggal di apartemen seorang Edwin? lucu, aku bahkan akan di hujat habis-habisan." .
"Jangan dengarkan apa kata orang,..." sahut Edwin kesal.
"Setiap orang yang memiliki hati dan perasaan, akan tetap merasa tersakiti jika ada orang yang menghina atau mengejek nya." ucap Emily mampu membungkam mulut Edwin.
"Wanita ini, kalau bicara suka benar!" batin Edwin kesal.
Edwin melirik jam yang melingkar di tangan nya,lelaki itu pamit pulang karena hari mulai larut malam. Emily, setelah makan dan minum obat wanita itu kembali tidur.
Malam berganti pagi, seperti biasanya Emily akan berangkat bekerja. Carry yang masih khawatir pada sahabat itu menyarankan untuk istirahat saja di rumah.
"Aku baik-baik saja. Jika aku tidak bekerja aku akan makan apa? kau tahu sendiri jika semua uang ku udah di rampas." ujar Emily sedih.
"Sabar Em, suatu saat mereka pasti akan mendapatkan balasannya." ucap Carry menguatkan.
Benar saja, siang ini Emily harus rela menahan lapar karena ia tidak punya uang sepeser pun.
"Aku hanya bisa membelikan mu roti Em,..." ucap Carry sambil menyodorkan sepotong roti pada Emily.
"Terimakasih Carr..." ucap Emily terharu.
"Kalian berdua....." panggil suara bariton mengangetkan Emily dan Carry.
"Iy...a....pakk...." jawab Carry gugup.
"Ayo ikut dengan ku..." ujar Edwin membuat Darren dan Carry terkejut sedangkan Emily bersikap biasa saja.
Tak berani bertanya atau pun menolak, Emily dan Carry berjalan di belakang Edwin dan Darren hingga membuat seisi kantor gaduh. Apa lagi ketika Emily dan Carry masuk ke dalam mobil mewah Edwin.
Ketika mobil BMW milik Edwin melaju, desas desus dan juga gosip mulai menyebar dari loby hingga ke lantai dua puluh. Ini adalah kali pertama Edwin membawa karyawan rendahan seperti Emily dan Carry pergi yang entah kemana tujuan nya.
Di restoran mewah, Emily dan Carry saling pandang tidak percaya apa yang mereka lihat di atas meja. Hidangan mewah dengan berbagai macam menu pilihan membuat Carry menelan saliva nya lapar.
"Makan lah...." perintah Edwin.
"Kami...makan....? apa tidak salah pak...?" tanya Carry tidak percaya.
"Jangan banyak bicara, cepat makan..." tegur Edwin.
Tanpa malu-malu lagi, Emily dan Carry mulai menyantap apa yang ada di depan mata mereka. Edwin sangat senang karena ke dua wanita ini tidak munafik perihal makanan. Kebanyakan wanita akan bersikap sok anggun dan sok manis jika di ajak makan namun berbeda dengan ke dua wanita ini.
"Jika kurang, kalian bisa memesan nya lagi." ujar Edwin.
"Terimakasih pak, ini lebih dari cukup..." ujar Carry.
Darren kaku, lelaki itu hanya bisa menelan makanan nya kasar melihat sikap Edwin yang tiba-tiba-tiba berubah. ketika ingin bertanya, Darren akan mengurungkan niat nya karena melihat tatapan tajam dari Edwin.
"Kenapa kau sudah masuk bekerja?" tanya Edwin pada Emily.
"Jika tidak bekerja, maka tidak akan makan." jawab Emily dengan santai nya. Carry yang mendengar jawaban dari Emily serasa nyawa nya berada di ujung tanduk. Menurut Carry, Emily sangat tidak sopan menjawab seperti itu padahal bagi Edwin itu adalah hal yang biasa saja.
Selesai makan, Edwin hanya mengantar Carry dan Darren kembali ke kantor sedangkan Emily di tahan di dalam mobil nya.
"Mereka akan kemana pak?" tanya Carry khawatir.
"Aku tidak tahu.Tapi, tenang saja kau tidak usah khawatir." ujar Darren.
Mereka berdua akhirnya kembali ke lantai delapan bersama-sama sedangkan Emily dan Edwin pergi ke apartemen milik Edwin.
"Kenapa kau mengajak ku kesini?" tanya Emily takut.
"Jangan takut. Mulai sekarang ini tempat tinggal mu yang baru. Tidak terlalu mewah sesuai kriteria mu." ujar Edwin.
"Tidak, aku tidak bisa menerima nya." tolak Emily merasa tidak enak hati.
"Kenapa? kau akan tinggal secara gratis di sini, tempat ini juga milik ku." gumam Edwin. "Aku tidak butuh penolakan, jika kau menolak silahkan keluar dari kantor ku." gertak Edwin membuat Emily putus asa.
Dengan membuang nafas kasar, mau tidak mau Emily menerima apartemen tersebut. "Terimakasih, tapi aku tidak ingin kau meminta imbal balik atas apa yang kau lakukan kepada ku." ujar Emily.
"Tidak, aku bukan jenis lelaki yang seperti itu." Ucap Edwin "Ini ada uang sedikit, pergunakan dengan baik. Aku yakin jika saat ini kau tidak memiliki uang sepeser pun." timpal Edwin kembali.
Hendak menolak pun percuma, nyata nya Emily memang sedang membutuhkan semua itu. Siang itu juga, Edwin mengantar Emily untuk mengambil barang-barang nya di apartemen kumuh tempat tinggal nya yang lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Azhure
sultan yg sesungguhnya ini pak bos mah 🤭🤭🤭
2023-10-18
0
Anie Jung
Baik nya pak boss😁
2021-08-11
0
Kopi Baygon
Aku mau duren yg kayak edwin. Ada yg mau gk silahkan daftar nanti akan saya seleksi siapa yg akan jadi milik saya. eaaakk bangun dari mimpi baru ingat kontrakan rumah belum dibayar🤣🤣🤣🤣
2021-05-25
2